Elektabilitas Demokrat Jatim Kian Merosot, Peneliti SSC Sebut Gaduh Musda Jadi Biang Kerok

Reporter : barometerjatim.com -
Elektabilitas Demokrat Jatim Kian Merosot, Peneliti SSC Sebut Gaduh Musda Jadi Biang Kerok

BERBENAH: Surokim Abdussalam, sarankan Emil Dardak berbenah agar Demokrat tak kian merosot. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS

SURABAYA, Barometerjatim.com Makin merosot saja elektabilitas Partai Demokrat di Jatim. Dari hasil survei terbaru lembaga Surabaya Survey Center (SSC), tingkat keterpilihannya hanya 6,8% atau sama dengan Golkar.

Bahkan dalam simulasi terbuka (top of mind), partai yang dinakhodai Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak itu kalah tipis dari Golkar, yakni 5,4rbanding 5,6%.

Survei SSC digelar mulai 1 hingga 10 Agustus 2022 di 38 kabupaten/kota di Jatim. Sebanyak 1.200 responden dipilih sebagai responden dengan metode stratified multistage random sampling. Margin of error kurang lebih 2,83n tingkat kepercayaan 95%.

Peneliti Senior SSC, Surokim Abdussalam membeber, biang kerok merosotnya Demokrat di Jatim yakni imbas dari gaduh Musyawarah Daerah (Musda) yang diikuti loncatnya Bayu Airlangga ke Golkar.

"Jelas punya pengaruh Musda, hingga ramai-ramainya kemarin. Mundurnya Mas Bayu juga membuat internal Demokrat ini goyah," katanya usai rilis hasil survei SSC di Surabaya, Senin (29/8/2022).

Menurut Surokim, mundurnya Bayu memberi pengaruh besar terhadap merosotnya elektabilitas Demokrat. Tidak hanya itu, kepindahannya ke Golkar juga memberi angin segar buat Partai Beringin.

"Karena Mas Bayu juga pindah ke Golkar otomatis jadi bawaannya ikut. Mas Bayu kan ya tokoh dengan di belakangnya ada Pakde Karwo. Gerbong kepindahan kader Demokrat ke Golkar itu juga harus diselesaikan Demokrat kalau enggak ingin kehilangan ceruknya," katanya.

Surokim menyebut, merosotnya suara Demokrat harus bisa dimanfaatkan Golkar. Terlebih saat ini semakin kompetitif dan punya peluang sangat besar menyalip Demokrat.

"Masih ada waktu 1 tahun 6 bulan, semua perkembangan masih terjadi. Tapi posisi hari ini Golkar patut menyambut baik karena bisa kompetitif terhadap Demokrat. Ini menarik, irisannya sama antara Demokrat dan Golkar," jelas Surokim.

"Kalau kemudian ini bisa dikelola dan di-maintenance dengan baik, potensi Golkar nyalip dan menjauh dari Demokrat sangat besar. Apalagi Demokrat sekarang proses rekonsiliasi di internalnya," sambungnya.

Turun sebagai Ketua Demokrat

Tidak hanya faktor Bayu, Surokim melihat gaya kepemimpinan Muhammad Sarmuji di Golkar juga sangat baik dan jauh dari kegaduhan. Hal ini menjadi keuntungan untuk menggaet suara rasional.

"Selain faktor Bayu ada juga faktor Pak Sarmuji yang tipikal pemimpin enggak suka gaduh. Lempeng-lempeng saja, saya kira untuk partai tengah itu positif karena biasanya pemilih rasional tengah itu pemilih yang enggak suka kegaduhan," katanya.

"Tinggal penguatan dari Pak Sarmuji, soal progresifitas yang harus dikuatkan. Partai tengah progresnya harus terus terlihat," imbuh Surokim.

Sedangkan untuk Demokrat, Surokim melihat tugas berat ada di pundak Emil. Dengan sisa waktu 1 tahun 6 bulan menuju Pileg 2024, Emil harus bisa menghilangkan egonya untuk suara Demokrat.

"Ini pertaruhan Mas Emil bagaimana mengonsolidasikan internal Demokrat, apa bisa mulus atau tidak. Kalau Mas Emil bisa konsolidasi dengan baik dan merangkul faksi yang berseberangan, hasilnya akan baik. Mas Emil juga harus sering turun sebagai ketua partai, tidak hanya Wagub saja," bebernya.

"Di sisi lain, partai level tengah berharap konsolidasi Demokrat tidak mulus. Ini catatan untuk Demokrat, kalau tidak bisa merawat maka ceruk suara akan diambil partai lain," tuntas Surokim.

  • 10 BESAR ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK
1. PDIP: 27,2% 2. PKB: 19,0% 3. Gerindra: 11,0% 4. Demokrat: 6,8% 5. Golkar: 6,8% 6. Nasdem: 3,5% 7. PKS: 3,4% 8. PPP: 3,1% 9. PAN: 2,2. Perindo: 1,5%

» Baca berita terkait Pileg 2024. Baca juga tulisan terukur lainnya Roy Hasibuan.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.