Imunisasi Campak-Rubella Masih Tuai Penolakan di Jatim

Ilustrasi (Ist)
SURABAYA, Barometerjatim.com Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim tak membantah kalau imunisasi campak dan rubela di Jatim masih menemui beberapa penolakan. Padahal, di Jatim sempat ditemukan beberapa anak yang terjangkit campak maupun rubella.
"Total sasaran kami 8.468.603 jiwa anak umur 9-15 tahun. Kami tidak bisa menghitung secara pasti, sudah berapa yang terjangkit di Jatim. Sebab ada yang sakit campak tapi tidak lama. Ada pula yang diperiksa ternyata ada rubella-nya," terang Kepala Dinkes Jatim, Kohar Hari Santoso.
Dia mengakui ada beberapa kelompok yang belum paham tentang imunisasi campak dan rubella. Mereka terkesan menolak. Masyarakat menganggap penyakit yang sering disebut "gabaken" ini telah dianggap biasa.
Tetapi setelah diberikan penjelasan mengenai pentingnya imunisasi terhadap penyakit yang menyerang anak usia sekolah ini, mereka pun sadar.
Baca: Meluruskan Sejarah Hubbul Wathon Karya Mbah Wahab
Imunisasi ini sendiri, menurut Kohar, adalah upaya Pemprov Jatim dalam memblokade penyakit rubella karena tingkatan menularnya cukup tinggi.
"Ini jadi program prioritas Kemenkes, karena sudah 141 negara melakukan imunisasi rubella dan kita termasuk yang terlambat," bebernya.
Data yang dimiliki Dinkes, kendati belum ada data akurat, hasil laboratorium yang masuk menyebutkan pada 2015 jumlah kasus diambil spesimen serum sebanyak 1.625, suspek campak 158 dan rubella 525.
Setahun berikutnya, dari 1.439 yang campak 101 dan rubella 188. Jumlah tersebut terus menurun di 2017, dari 1004, campak sebanyak 239 dan rubella 58. Sedangkan pengidap paling banyak pada anak usia 5-9 tahun.
Generasi Sehat
Sementara kalangan DPRD Jatim berharap masyarakat mendukung program imunisasi campak dan rubela. "Seharusnya segala imunisasi untuk anak ini kita dukung, karena konsteksnya agar semua anak dan balita kita memiliki antibodi dalam melakukan aktifitas," kata Anggota Komisi E DPRD Jatim, Moch Eksan.
5-Fakta-Vaksin-MR-barometer 5 Fakta Vaksin MR. Grafis by barometerjatim.com
"Generasi sehat jauh lebih baik dari pada generasi sakit. Semua imunisasi ini merupakan ikhtiar untuk menciptakan generasi sehat."
Baca: Kalaupun Jadi Provinsi, Mensos: Madura Tetap Indonesia
Mengenai adanya penolakan yang terjadi pada imunisasi rubella ini hingga menimbulkan keengganan melakukannya, politikus asal Partai Nasdem tersebut mengakui hal itu merupakan hak mereka dan harus dihormati.
Namun dirinya mengingatkan, kepastian akan kandungan dalam imunisasi adalah kewenangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Tetapi saya melihat, semestinya pemerintah sudah melakukan kajian tentang kemanannya dan keabsahanya sebelum di bagikan ke masyarakat," urainya.