Ketua PCNU Mojokerto: Sokong Khofifah Sampai Jadi Gubernur

SIAP MENANGKAN KHOFIFAH: KH Syihabul Irfan Arief (kanan) mengajak warga NU Mojokerto untuk menyokong Khofifah di Pilgub Jatim 2018, saat memberikan sambutan pada peringatan HUT ke-72 RI di Dawarblandong, Minggu (13/8). | Foto: Barometerjatim.com/ABDILLAH HR
MOJOKERTO, Barometerjatim.com Sekali lagi, inilah bukti bahwa ijtihad politik pimpinan Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur tak linier dengan satu pilihan bakal calon gubernur di Pilgub Jatim 2018.
Jika "kelompok 21 kiai" di PWNU Jatim mendukung Saifullah Yusuf, kondisi di pimpinan cabang (PC) ke bawah justru lebih menghendaki Ketua Umum PP Muslimat NU yang juga Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa.
Terbaru, dukungan untuk Khofifah dilontarkan Ketua PCNU Kabupaten Mojokerto, KH Syihabul Irfan Arief. Tak sekadar mendukung, dia juga mengajak Nahdliyin di Mojokerto dan Jatim untuk menyokong Khofifah hingga terpilih dan dilantik menjadi gubernur.
"Ibu kita itu luar biasa cerdasnya. Pinter banget dan tahu betul bagaimana cara membangun Jatim," kata Kiai Irfan saat memberikan sambutan saat peringatan HUT ke-72 RI yang digelar MWCNU Dawarblandong, Mojokerto, Minggu (13/8).
Baca: 4 Alasan Kiai Pengasuh Ponpes Besar Dukung Khofifah
Karena itu, ajak Kiai Irfan, "Kita insyaallah seluruh warga NU, jika diperkenankan oleh Allah Swt dan masih diberi umur panjang, kita sokong beliau (Khofifah) sampai jadi (gubernur)."
Kiai Irfan menilai kehadiran Khofifah di acara yang dihadiri ribuan Nahdliyin tersebut sangat penting, karena para kiai di Jatim dan Madura dalam beberapa bulan terakhir ini gencar memintanya mencalonkan diri sebagai gubernur di Pilgub Jatim 2018.
"Para ulama Jatim dan Madura juga sudah meminta agar Presiden Joko Widodo mengizinkan Bu Khofifah mengikuti Pilgub Jatim, karena itu khadiran Bu Khofifah malam ini sangat penting sekali buat masyarakat Mojokerto," paparnya.
SAMBUTAN HANGAT: Khofifah Indar Parawansa mendapat sambutan luar biasa dari warga NU Kabupaten Mojokerto saat menghadiri peringatan HUT ke-72 RI yang digelar MWCNU Dawarblandong, Minggu (13/8). | Foto: Barometerjatim.com/ABDILLAH HR
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Irfan juga meminta presiden agar meninjau kembali atas Permendikbud No 23 Tahun 2017 yang menekankan waktu sekolah lima dari pagi hingga pukul 17.00 WIB.
"Ini permintaan Nahdliyin dan para ulama kita, agar presiden mau meninjau kembali. Permen ini tidak saja memberikan manfaat, tapi juga mudharat cukup besar buat kehidupan beragama kita," katanya.
Kalau ini diterapkan, menurut Kiai Irfan, justru pendidikan yang diselenggarakan pondok pesantren dalam bentuk pendidikan agama dan pembentukan moral bisa hancur. "Sebab mereka sudah wajib belajar lima hari kerja dan dilaksanakan sampai jam 5 sore," tandasnya.