Belum Bertarung, Elektabilitas Gus Ipul Malah Turun

MAKIN TURUN: Saifullah Yusuf, elektabilitasnya makin turun jelang running Pilgub Jatim 2018. Di sisi lain popularitasnya ikut macet. | Foto: Barometerjatim.com/ DOK
SURABAYA, Barometerjatim.com Rabu, 26 April 2017, di salah satu rumah makan di Surabaya. The Initiative Institute milik Airlangga Pribadi Kusman meliris hasil survei calon gubernur Jatim. Hasilnya incumbent Saifullah Yusuf melewati kandidat lain, baik dari sisi popularitas (82,8 persen) maupun elektabilitas (33,2 persen).
Sebaliknya, Khofifah Indar Parawansa yang memiliki basis lebih riil di Jatim lewat warga Muslimat NU dan grass-root, hanya 'ditempatkan' di posisi kedua dengan popularitas 81,4 persen dan elektabilitas 28,3 persen. Pun demikian dengan Tri Rismaharini. Wali Kota Surabaya itu meraih popularitas 75,4 persen dan elektabilitas 26,1 persen. Survei dilakukan pada periode Januari-Maret 2017.
Baca: Khofifah Terpopuler, Anang Masuk Empat Besar
Dalam rentang waktu enam bulan, sejak survei dilakukan The Initiative Institute, giliran Surabaya Survey Center (SSC) mengeluarkan hasil surveinya yang dilakukan pada periode 10-30 Juni 2017 di 38 kabupaten/kota. Survei dirilis di salah satu hotel di kawasan Jemursari, Surabaya, Rabu (12/7) lalu.
Hasilnya di luar dugaan. Elektabilitas Gus Ipul bukannya naik, malah terjun bebas di angka 26,60 persen dengan popularitas cenderung stagnan (84,60 persen). Posisinya ditempel ketat Risma dengan elektabilitas 24,10 dan popularitas 79,80. Di sisi popularitas, Khofifah mengalami lonjakan ke angka 90,00 persen dengan elektabilitas 16,80 persen.
Di Atas 50 Persen
Apa makna dari pergerakan persentase tersebut? Dalam bahasa riset, posisi Gus Ipul jauh dari zona aman untuk memenangi Pilgub Jatim 2018. Terlebih elektabilitasnya terjun bebas dan popularitas cenderung macet. Padahal, menurut Airlangga, zona aman bagi kandidat yakni di atas 50 persen dengan selisih persentase dari kandidat di belakangnya di atas 10 persen.
"Bahkan di atas 10 persen pun belum terlalu aman jika melihat peta persaingan di Pilgub Jatim kali ini," katanya dalam perbincangan dengan wartawan di salah satu hotel di Surabaya, beberapa waktu lalu.
Baca: Raker Komisi VIII Jadi Arena Dukungan Parpol untuk Khofifah
Pengajar di Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut lalu mencontohkan persaingan antara Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilgub DKI Jakarta 2017.
Sebelum 'pertarungan' dimulai, Ahok berselisih 10 persen dengan Anies. Namun saat pemilihan justru Anies bisa membalikkan keadaan. "Karena itu semuanya masih bisa berubah, apalagi ini selisihnya tipis di antara kandidat," tandasnya.
Situasi inilah, mungkin, menjadi salah satu alasan mengapa safari politik Gus Ipul selama Juni lalu tak membuahkan hasil maksimal. Minus Gerindra dan PKS, dari tujuh partai yang didatangi tak ada satupun yang secara gambalang siap diajak PKB untuk ber-holopis kuntul baris mengusung Gus Ipul di Pilgub Jatim 2018.
Baca: Tatap Grahadi, Khofifah Mulai Samakan Frekuensi
Belakangan, Ketua DPD Partai Demokrat Jatim, Soekarwo juga mempertegas kendati Gus Ipul sudah dua periode menemaninya memimpin Jatim, tapi secara dukungan Parpol tidak ada kekhususan.
"Semua peluang sama, baik eksternal maupun internal, dan yang dilihat partai hasil survei," ungkap politikus yang juga gubernur Jatim tersebut.