Kiai Asep: Gus Ipul Jadi Wagub Saja Sudah Tidak Mampu, Apalagi Gubernur!

Reporter : -
Kiai Asep: Gus Ipul Jadi Wagub Saja Sudah Tidak Mampu, Apalagi Gubernur!
ULAMA SATU SUARA: 380 ulama dari 38 kabupaten dan kota di Jatim berkumpul di Ponpes Amanatul Ummah Pacet, siap memenangkan Khofifah-Emil di Pilgub Jatim, Minggu (3/6). | Foto: Barometerjatim.com/ROY HASIBUAN

MOJOKERTO, Barometer Jatim - Pengasuh Ponpes Amantul Ummah Pacet, Mojokerto, KH Asep Saifuddin Chalim menegaskan, seruan dan fatwa fardhu 'ain untuk memilih Khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2018 didasari persyaratan terwujudnya Jatim yang adil dan makmur.

"Dan yang memiliki persyaratan terwujudnya Jatim adil dan makmur adalah pasangan Bu Khofifah dan Pak Emil," kata Kiai Asep dalam Halaqoh Ulama Jatim untuk Merumuskan Seruan dan Fatwa Fardhu 'ain dalam memilih Khofifah-Emil di Ponpes Amantul Ummah, Minggu (3/6).

Halaqoh tersebut dihadiri 380 kiai dari 38 kabupaten dan kota di seluruh Jatim. Mereka di antaranya KH Fauroq Alawy, KH Abdullah Syaukat Syiradj, Habib Jakfar, KH Suyuti Toha, KH Bahar, KH Hisyam Syafaat serta sejumlah kiai berpengaruh lainnya di Jatim.

Kiai Asep menambahkan, persyaratan terwujudnya Jatim adil dan makmur, pertama, jujur dan dapat dipercaya. Kedua, bisa mewujudkan program, gagasan, perencanaan yang rasional. Ketiga, mampu mewujudkannya dalam bentuk nyata.

"Berkaitan dengan hal ini, Ibu Khofifah lebih baik, bahkan mohon maaf jauh lebih baik daripada Gus Ipul-Puti," katanya.

Referensi dan argumentasinya, jelas Kiai Asep. Pertama, rekam jejak. Khofifah ketika menjadi Menteri Sosial (Mensos) bisa ikut serta berkontribusi menurunkan angka kemiskinan dan termasuk menteri terbaik.

Sementara Gus Ipul selama menjadi wakil gubernur (Wagub) yang memiliki tugas sebagai koordinator dan ketua tim pengentasan kemiskinan, justru membuat Jatim sebagai menjadi provinisi terbesar soal angka kemiskinan.

"Artinya beliau untuk menjadi wakil gubernur saja sudah tidak mampu, apalagi menjadi gubernur. Tidak layak kalau di Jatim angka kemiskinannya paling tinggi. Mestinya NTB, NTT atau Papua yang masih terbelakang," katanya.

Mengapa hal itu terjadi di Jatim? "Karena ketua dan koordinator tim pengentasan kemiskinan di Jatim tak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik," katanya.

"Maka menjadi fardhu 'ain kita memilih yang akan mampu mewujudkan Jatim maju, adil dan makmur sesuai amanat yang diberikan kepada kita oleh kemerdekaan ini."

Kedua, yakni argumantasi syar'i. "Barang siapa yang memilih pemimpin, dia tahu bahwa ada orang lain yang tidak dia pilih lebih baik dari yang dia pilih, maka sungguh orang yang demikian ini berkhianat kepada Allah, rasulnya dan orang mukmin," jelasnya sambil mengutip kitab al Bujairimi jilid IV halaman 318.

Ketiga, Khofifah dinilai lebih pandai tentang Al Qur'an dan hadits. "Saya sering sekali mendengar ayat-ayat Al Qur'an, utamanya yang berkaitan dengan dakwa, terlontar dari lisannya Bu Khofifah dan menjadi referensi saya ketika ceramah," ucap Kiai Asep.

Keempat, Khofifah-Emil menyepakati bahwa ulama akan mendapat perhatian khusus. "Insyaallah, mungkin  4-6 bulan sekali kepemimpinan beliau nanti selalu melakukan diskusi dengan ulama-ulama di Jatim, untuk memberikan masukan, nasihat dan saran," ujarnya.

Sehingga, lanjut Kiai Asep, "Akan tetap berada di trek yang benar dan diridhoi Allah Swt, menunju pada tanggung jawabnya dalam menegakkan keadilan dan wujudkan kesejahteraan di Jatim."

Kiai Asep menambahkan, seruan dan fatwa ini merupakan kelanjutan dari serupa serupa yang dilakukan para kiai di Karongan, Sampang, Madura, 15 Mei lalu.{*}

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.