Bupati Lamongan Terusik Data Angka Gizi Buruk Kronis

TERUSIK GIZI BURUK KRONIS: Bupati Lamongan, Fadeli (kiri) didampingi Wakil Bupati Lamongan, Kartika Hidayati. Terusik data angka gizi buruk kronis yang dirilis TNP2K. | Foto: Barometerjatim.com/HAMIM ANWAR
LAMONGAN, Barometerjatim.com Bupati Lamongan, Fadeli terusik dan geram dengan munculnya data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang menyebutkan angka gizi buruk kronis (stunting) yang menyebabkan pertumbuhan tubuh menjadi pendek di Lamongan masih tinggi.
"Sebetulnya saya tidak menyalahkan data yang dirilis TNP2K. Data itu benar, dari hasil survei yang dimuat pun benar karena memang yang diambil sampling ada enam kabupaten di Jatim, termasuk Lamongan. Tapi jangan berbicara sangat kronis, sebab masih banyak yang lebih tinggi dari Lamongan," kata Fadeli saat acara open data publik Dinas Kesehatan Lamongan di Guest House Pemkab Lamongan, Jumat (14/7).
Fadeli menambahkan, data yang diambil TNP2K sebenarnya bukan data yang ter-up date saat ini. Namun mengambil data Badan Pusat Statistik (BPS) yang terjadi pada 2013.
Baca: Jumlah Balita Kurang Gizi Kronis di Jatim Terus Menurun
Mengacu data TNP2K, disebutkan Kabupaten Lamongan bersama dengan Kabupaten Probolinggo, Sampang, Bangkalan, Jember, dan Sumenep termasuk sebagai daerah di Jatim yang terjangkit gizi buruk kronis pada tahun ini.
Dari data TNP2K menyebutkan persentase stunting di Lamongan mencapai 48,87 persen atau 4.403 anak. Setelah kami komunikasikan dengan Dinas Kesehatan Jatim tahun 2013 sebetulnya kami di tingkat Jawa Timur tidak sejelek itu, katanya.
Fadeli membeberkan, berdasarkan data dari Dinkes Jatim, gizi buruk di Lamongan hanya 25,2 persen. Lamongan ini sebetulnya berdasarkan tinggi badan, berat badan, usia ada 330 anak kalau dipersentasikan 25,2 persen, tuturnya.
Baca: Kurang Terpelihara, Situs Patakan Dirusak Orang
Angka 25,2 persen tersebut, lanjutnya, tidak terlepas dari upaya Pemkab melalui Dinkes dalam menanggulangi gizi buruk. Di antaranya upaya penanganan dan penanggulangan gizi buruk yang terus didorong melalui pemberian tambahan makanan.
Selain itu sosialisasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan, seperti membiasakan cuci tangan di sekolah sekolah dan di rumah.
Apalagi dalam tiga tahun terakhir terus kita dorong upaya mengurangi masalah gizi buruk. Dan upaya-upaya kita, seperti di bidang sanitasi kita berupaya Lamongan bebas ODF (Open Defecation Free), jambanisasi, bebas pasung, plesterisasi, terutama di bidang kemiskinan, tuturnya.