Prasasti Makam Gus Dur Dibuka untuk Umum
PRASASTI MAKAM GUS DUR: Keluarga dan handai taulan Gus Dur di prasasti makam "Pejuang Kemanusiaan". | Foto: Ist
JOMBANG, Barometerjatim.com Sejak dipasang 21 Juni 2017, prasasti makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terletak di kompleks makam keluarga Ponpes Tebuireng akhirnya dibuka untuk umum, Sabtu (9/9) malam.
Peresmian dilakukan Nyai Hj Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (istri Gus Dur), didampingi dua putrinya, Alissa Qotrunnada Munawaroh (Alissa) dan Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid). Beberapa keluarga dan orang dekat Gus Dur di antaranya Ngatawi Al-Zastrow juga tampak mendampingi.
Tampak hadir pula Wakil Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz dan Nyai Hj Lelly Lailiyah serta beberapa kerabat dekat Gus Dur di Tebuireng. Usai peresmian, Nyai Shinta menyempatkan beramah tamah di Dalem Kasepuhan Tebuireng.
Baca: Setelah Tujuh Tahun, Wasiat Gus Dur ke Khofifah Terpenuhi
Yenny Wahid, putri kedua Gus Dur menuturkan, peresmian prasasti makam tersebut dilakukan secara sederhana. "Hanya tahlilan bersama keluarga dan beberapa teman dekat Gus Dur," ujarnya.
Yenny menambahkan, prasasti makam tersebut bertuliskan pesan yang pernah disampaikan Gus Dur: Di Sini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan". Wasiat tersebut baru bisa diwujudkan oleh keluarga setelah hampir sewindu Gus Dur wafat.
Tulisan dalam prasasti sengaja dibuat dalam empat bahasa, yakni Indonesia, Arab, Inggris dan China untuk menggambarkan universalitas sosok Gus Dur.
Baca: Ternyata, Gus Dur Lebih Senang Disebut Bapak Kemanusiaan
Gambaran universalitas sosok Gus Dur juga tercermin dari pilihan batu yang menjadi bahan prasasti. Prasasti berukuran 115 x 60 cm setinggi 45 cm itu tersusun dari tiga batu yang mewakili tiga peradaban dan telah berusia ribuan tahun.
Batu besarnya adalah Verde Patricia, marmer hijau dari India. Di tengahnya terdapat onyx dari Persia. Sedangkan tulisan yang berisi pesan Gus Dur dalam empat bahasa dipasang di Statuario, batu marmer dari Italia.