Gaduh Demokrat Jatim, Kader Kian Kencang Minta Pelantikan Emil Dardak Ditunda

TOLAK EMIL DARDAK: Dodik Mulyadi, minta pelantikan Emil Dardak sebagai Ketua Demokrat Jatim ditunda. | Foto: Barometerjatim.com/IST
SURABAYA, Barometerjatim.com Penolakan terhadap rencana pelantikan Emil Elestianto Dardak sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jatim, 22 April 2022, kian kencang disuarakan kader di akar rumput karena dinilai tidak sesuai dengan keinginan mayoritas DPC saat Musyawarah Daerah (Musda) 20 Januari lalu.
Terbaru, penolakan datang dari Ketua DPC Partai Demokrat Sidoarjo, Juana Sari yang menyebut DPP tidak bisa melihat kondisi akar rumput di Jatim. Padahal, mayoritas suara kader menginginkan Bayu Airlangga yang dibuktikan dengan raihan 25 dukungan DPC saat Musda.
"Masyarakat bisa melihat apa yang terjadi di Jatim. Jatim ini barometer Demokrat, kalau di sini saja masih ramai, 25 DPC itu tidak sedikit. Menyatukan 25 DPC dibanding 13 DPC kan bisa dilihat berat mana, kami prihatin dengan keputusan DPP," kata Juana di Surabaya, Sabtu (16/4/2022).
Juana mengungkapkan, Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) seharusnya turun langsung melihat kondisi kader di seluruh 38 kabupaten/kota Jatim yang mayoritas mendukung Bayu. Tidak hanya itu, kata Juana, alasan kader lebih memilih dan mendukung Bayu saat Musda karena menantu mantan Gubernur Jatim Soekarwo itu rajin turun ke akar rumput.
"Kami prihatin sebagai ketua DPC tidak mendapatkan perhatian yang lebih, seolah-olah kita ini dikatakan tidak siap kalah. Sebetulnya bukan itu, kami sebagai salah satu pendukung Bayu merasakan betul peran Bayu dalam menggalang dukungan, membesarkan partai, turun ke bawah," paparnya.Hal senada dikatakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPC Demokrat Kota Surabaya, Dodik Mulyadi yang menyayangkan keputusan DPP. Dia bahkan menyebut Demokrat mengkhianati asas demokrasi.
"Saya menyayangkan. Awalnya saya bangga sama Demokrat, sama ketum (AHY), termasuk Pak SBY. Adanya Demokrat ini partai yang cukup lengkap, nasionalis, dan religius. Nasionalis menjunjung tinggi demokrasi, tapi kenyataannya kok kayak gini," kata Dodik.
"Religius dulu, adanya Pak SBY dekat ulama. Demokrat sekarang kok berbuat zalim. Saya kader di bawah kecewa. Saya mikirnya kecewa, karena Demokrat partai bagus. Saya pikir awal gitu, sekarang kok begini, apa Mas AHY sebenarnya tahu kondisi seperti ini," lanjutnya.
Menurut Dodik, DPP seharusnya mendengar aspirasi kader di bawah, termasuk peninjauan Peraturan Organisasi (PO) yang digunakan saat Musda lalu. PO tersebut dinilai melanggar AD/ART."Saya mendengar juga soal DPP yang meminta kader mengirim protes ke Mahkamah Partai. Sebenarnya masuk akal juga ketika kader mempermasalahkan PO dan AD ART. Poin-poinnya memang tidak sesuai dengan eranya Demokrat dulu di era SBY," katanya.
Karena itu, tegas Dodik, kalau DPP masih nekat melantik Emil Dardak sebagai Ketua DPD Demokrat Jatim, maka sama saja tidak menghargai aspirasi kader di bawah. Dia meminta pelantikan ditunda.
Dodik juga mengingatkan, selama ini partai bisa berjalan karena kerja keras kader di akar rumput. Mulai DPC, PAC, hingga ranting. Kalau kader bawah mengatahui Demokrat tidak demokratis, bisa-bisa kader membelot.
"Saya pesan, Demokrat di awal nasional religius. Jangan tidak sesuai itu, jangan sampai saling sikut-sikutan dan zalim lah," ucapnya.
» Baca berita terkait Demokrat. Baca juga tulisan terukur lainnya Roy Hasibuan.