PARA KANDIDAT: (Dari kiri) Khofifah Indar Parawansa, Abdul Halim Iskandar dan Saifullah Yusuf saat hadir di Konferwil Muslimat NU Jatim di Malang, Januari tahun lalu. | Foto: Barometerjatim.com/Dok
SURABAYA, Barometerjatim.com - Juni 2017, Abdul Halim Iskandar bakal mendeklarasikan diri sebagai calon gubernur di Pilgub Jatim 2018 yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). (Baca: Halim Deklarasi Juni, PKB Tutup Peluang Gus Ipul)
Baca juga: Survei: 75,1% Warga Jatim Sebut Kinerja Khofifah Belum Sesuai Harapan, Cenderung Seremonial!
Namun dalam analisa Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo, statement itu hanya bagian dari test the water untuk memancing reaksi publik atau lawan politik sebelum mengeluarkan keputusan final.
"Tradisi di Indonesia itu menunggu injury time. Saya kira saat ini partai masih test the water. Masih melihat siapa yang berpotensi besar, meski ada putra mahkota (kader partai)," ujarnya, Selasa (21/2) malam.
"Termasuk PKB yang dari awal mendeklarasikan mendukung Halim masih memungkinkan akan mengusung calon lain. Di Indonesia tidak ada koalisi ideologi, yang ada koalisi kemenangan."
Baca juga: Setoran PAD Kecil! DPRD Jatim Minta PT PWU, PT JGU, dan PT AB Diaudit Khusus
Baca: Peluang Menang Tinggi, Khofifah Paling Ditakuti
Bahkan, tak menutup kemungkinan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) masih bisa merapat ke PKB bergandengan dengan Halim. "Ya mungkin saja, partai kan melihat siapa yang berpeluang menang," jawab dosen FISIP Unair tersebut.
Baca juga: Target PAD dari BUMD Meleset, Komisi C ke Khofifah: Evaluasi Direksi-Komisaris!
Di sisi lain, peluang Khofifah Indar Parawansa diusung koalisi partai tengah -- di dalamnya termasuk Partai Demokrat -- juga cukup besar mengingat popularitas Mensos yang juga Ketum PP Muslimat NU ini cukup tinggi.
"Dalam politik tidak ada musuh abadi (merujuk dua Pilgub Jatim sebelumnya Khofifah yang tak searah dengan Demokrat). Dalam tradisi kita yang penting menang dan partai berpikir lebih realistis soal itu," tandasnya.
Editor : Redaksi