SURABAYA | Barometer Jatim – Bupati Sumenep. Achmad Fauzi Wongsojudo berkibar di bursa Pilgub Jatim 2024, bahkan paling moncer dari tiga kader Partai Banteng yang diusulkan PDIP Jatim ke DPP. Dua lainnya yakni Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin dan Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana.
Sudut Pandang
Duga Ada Korupsi Triliunan Rupiah Hibah Pemprov Jatim, LIRA Laporkan Khofifah ke KPK: Dia Harus Bertanggung Jawab!
DI TENGAH perkara kurupsi hibah pokok-pokok pikiran (pokir) DPRD Jatim dengan terdakwa Sahat Tua Simandjuntak disidangkan di Pengadilan Tipikor Surabaya, Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Jatim melaporkan dugaan korupsi triliunan rupiah hibah Pemprov Jatim ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Mundur dari Wakil Bendahara Demokrat Jatim, Sugiharto: Saya Mantan Aktivis, Peka Sekali Kalau Ada yang Overlap!
KEPUTUSAN Sugiharto mundur dari Wakil Bendahara membuat panjang daftar pengurus Partai Demokrat Jatim yang memilih angkat kaki. Sebelumnya anak Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Ali Mannagalli lebih dulu hengkang.
Dana Hibah Rp 7,8 T Bocor, Ridwan Hisjam: Tanggung Jawab Besar Ada di Pemprov, Bukan DPRD Jatim!
DUGAAN dana hibah Pemprov Jatim Rp 7,8 triliun mulai tahun anggaran 2020 bocor -- menyusul Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Wakil Ketua DPRD Jatim, Sahat Tua Simanjuntak -- membuat banyak pihak mengelus dada, termasuk Anggota DPR RI, Ridwan Hisjam.
Hibah Rp 46,7 M dari Pemprov Jatim Dituding Miring, Pengelola Masjid Al Akbar: Buka-bukaan? Oke!
KUCURAN dana hibah Rp 46,7 miliar dari Pemprov Jatim untuk Masjid Al Akbar Surabaya jadi sorotan tajam sejumlah pihak. Sebab, penggunaannya dinilai miring, terutama untuk perbaikan kubah masjid saja menelan anggaran hingga puluhan miliar rupiah. Bahkan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) sudah melaporkannya ke Polda Jatim.
MAKI Tunggu Hasil Penggeledahan KPK di Ruang Kerja Khofifah: Ini soal Kehormatan Masyarakat Jatim!
RABU, 21 Desember 2022, masyarakat Jawa Timur dikejutkan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melakukan penggeledahan di kantor Gubernur Jatim. Terlebih sampai menyasar ruang kerja Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wagub Emil Elestianto Dardak.
Gus Fawait Blak-blakan soal Sikap Kritisnya Terkait APBD Jatim 2023: Jangan Bercanda lah dengan Gerindra!
KETUA Fraksi Partai Gerindra DPRD Jatim, Muhammad Fawait blak-blakan pada Barometerjatim.com soal sikap kritisnya terhadap APBD Jatim 2023. Termasuk menegaskan, secara pribadi dirinya tak ada masalah dengan Sekdaprov Jatim, Adhy Karyono.
Gus Yusub: Ganjar Itu Nasionalis Berkarakter Santri, HISNU Tidak Akan Tolah-toleh Lagi
SANTRI FOR GANJAR: Yusub Hidayat, keliling pesantren di Indonesia ajak dukung Ganjar maju Capres 2024. | Foto: Barometerjatim.com/IST HIMPUNAN Santri Nusantara (HISNU) bergerak ke seluruh wilayah Indonesia untuk mengajak masyarakat, khususnya kalangan pondok pesantren (Ponpes) mendukung Ganjar Pranowo maju Capres di 2024. Apa yang diharapkan dari Ganjar jika terpilih menjadi presiden di 2024. Berikut wawancara Barometerjatim.com dengan Koordinator Nasional Himpunan Santri Nusantara (HISNU), Gus Yusub Hidayat, Senin (7/11/2022). HISNU keliling Indonesia mengajak santri dan pesantren mendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024, mengapa Ganjar? Pertama, kami melihat sosok Pak Ganjar ini orang yang punya integritas. Kedua, Pak Ganjar sosok yang bisa mempertanggungjawabkan dalam memimpin Jawa Tengah. Artinya bersih dari yang berbau nepotisme apalagi korupsi. Bahkan, beliau mewakafkan gajinya selama 10 tahun tidak diambil. Itulah yang menarik bagi sahabat-sahabat HISNU, karena melihat sosok yang berintegritas, dia bersih. Terpenting lagi yang menarik bagi teman-teman, beliau betul-betul serius membangun amanah yang diberikan, sampai-sampai gajinya tidak diambil. Ketiga, kenapa kita sampai keliling, masuk dari satu pesantren ke pesantren lainnya, karena beliau ini cucu dari Kiai Hisyam Abdul Karim, salah satu pengasuh Ponpes di Purbalingga. Sehingga kita punya semangat untuk bergerak, ingin Indonesia ini dipimpin santri kembali. Jadi Ganjar ada darah santrinya? Ya, berdarah santri. Selain nasionalis-religius, beliau punya karakter santri. Apa itu karakter santri? Secara keilmuannya boleh (mumpuni) dan bisa bergaul dengan siapa pun tanpa membeda-bedakan kelas. Bisa dilihat di media sosialnya bagaimana kedekatan Pak Ganjar dengan rakyat, santri, maupun kiai. Itu sosok yang susah didapatkan dan hari ini Indonesia butuh pemimpin seperti itu untuk menjadi perekat bangsa ini. Baik. Hari-hari ini hasil survei menyebut elektabilitas Ganjar masih yang tertinggi, tapi untuk bisa nyapres bukankah harus diusung partai dan PDIP belum memberi sinyal apa pun? Begini. Saya selalu mengatakan kepada teman-teman, termasuk pesantren, yang terpenting hari ini kami bergerilya dan bertaaruf pada pesantren dalam rangka bagaimana ikhtiar batiniyah ini terbangun. Ikhtiar spiritual ini bisa tersampaikan, sehingga kita adakan ziarah, doa, dan sebagaianya. Harapan kita Pak Ganjar bisa running di Pilpres 2024.
Gus Fahrur: Di NU Tak Harus Mati-matian Pertahankan Jabatan
DR KH AHMAD FAHRUR ROZI termasuk salah seorang kiai yang getol memperjuangkan agar ada regenerasi ketua umum Pengurus Besar Nahdaltul Ulama (PBNU) -- jabatan yang dalam dua periode (10 tahun) terakhir diemban KH Said Aqil Siroj. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Annur 1 Bululawang Malang itu, bahkan secara terbuka dan gencar menyuarakan dukungannya untuk KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Hasilnya, lewat ajang Muktamar ke-34 NU di Lampung, Gus Yahya berhasil mengalahkan petahana Kiai Said. Mengapa Gus Fahrur sampai berjuang habis-habisan agar ada regenerasi di PBNU, dan apa harapan terbesarnya setelah Gus Yahya terpilih? Kepada Barometerjatim.com, kiai yang juga wakil ketua PWNU Jatim serta ketua Ikatan Gus-Gus (IGGI) itu menuturkannya panjang lebar. Berikut kutipan wawancaranya. Apa makna kemenangan Gus Yahya? Ya maknanya adalah regenerasi berjalan dengan baik. Saatnya yang muda tampil ke muka. Kita ini kan punya bonus demografi anak muda yang berlimpah, maka sudah saatnya mereka harus diberi kesempatan dan ini kan memang secara alamiah mesti silih berganti. Dan terbukti kita mampu mengelola perbedaan itu dengan baik, selesai dengan happy, itu aja, bahwa kita ini rukun lah. Harapan terbesar setelah Gus Yahya terpilih sebagai ketua umum PBNU? Saya berharap dia bisa bekerja dengan baik, memajukan pendidikan, kesejahteraan, ekonomi, dan dia harus jadi perekat untuk semua friksi yang membuat kita terpecah, yang sudah ada itu harus disatukan kembali. Dia kan tagline-nya kan menjadi perdamaian dunia, itu harus dimulai dari perdamaian dengan kawan kita sendiri, he..he.. he Soal perbedaan dan kritik-kritik sebelum muktamar? Biasalah, dinamika. Sebelum acara kan biasa ada tabuhan-tabuhan gitu lah, he.. he.. he. Sebelum muktamar juga sempat ramai soal periode jabatan ketua umum PBNU, apakah memang harus dibatasi dua periode? Oh ya saya sangat setuju, bahwa harus berdedikasi untuk memberi kesempatan secara bergantian dan semua tidak harus bertahan di satu jabatan. Bahwa berkhidmat di NU itu bisa dilakukan di luar struktur. Makanya tidak semua harus mempertahakan jabatan mati-matian. Jadi kita semua harus menyadari bahwa jabatan itu akan berputar silih berganti. Ini harus menjadi tradisi ya, dan itu sudah menjadi kelaziman di era reformasi di seluruh dunia, bahwa pemimpin yang terlalu lama itu tidak akan efektif. Bisa jadi tidak produktif, dan itu akan membuat dia membangun satu kroni yang menjadi kultus, itu menjadi tidak sehat, menjadi sulit dikritik. Jadi dua periode itu sudah cukup. Dan harus dituangkan di AD/ART NU.. Ya kita usulkan, kita usulkan diajukan di AD/ART. Apakah batasan dua periode itu juga untuk seluruh badan otonom (Banom)? Ya, ya, ya, itu menjadi konsen kita semua. BERSAMA RAIS AAM: DR KH Ahmad Fahrur Rozi alias Gus Fahrur bersama Rais Aam PBNU, KH Miftachul Ackhyar. | Foto: Barometerjatim/IST BERSAMA RAIS AAM:Gus Fahrur (kanan) bersama Rais Aam PBNU, KH Miftachul Ackhyar. | Foto: Barometerjatim/IST Bagaimana dengan narasi yang terbangun, bahwa periode jabatan tidak perlu dibatasi karena itu merupakan pengabdian terakhir di NU? Begini, pengabdiannya itu tidak harus jadi pengurus, dia di luar pengurus pun tetap bisa mengabdi pada NU. Jadi di NU itu tidak dibatasi sebagai pengurus, tapi siapa pun boleh ngurus. Bantulah urusan ekonomi, pendidikan, atau apa. Itu saya setuju tidak dibatasi berkhidmat di NU. Artinya tidak dibatasi oleh jabatan, seumur hidup dia boleh berbuat baik, jangan terus minta menjabat. Itu justu membatasi dirinya di dalam skup yang kecil. Itu saya sepakat, pengabdian di NU tidak boleh dibatasi seumur hidup, tidak boleh dibatasi dalam satu jabatan, khidmatnya tetap. Kita ini kalau enggak jadi pengurus pun harus tetap komitmen pada NU, jangan waktu hanya menjabat aja, gitu lho, maknanya begitu. Jadi tidak boleh dibatasi oleh jabatan. Silakan tetap berkarya untuk NU, Kiai Said tetap akan memberikan pikirannya, ilmunya untuk NU. Itu tidak ada masalah. Baik. Soal ada yang mempertanyakan pendidikan Gus Yahya yang tak bergelar tinggi secara akademik? Oh, kepintaran orang itu tidak boleh diukur oleh gelar. orang tidak harus dipintarkan di sekolah, pendidikan ini adalah sekolah kita. Anda lihat Susi (Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI) tamatan SMP yang luar biasa. Jadi saya tidak setuju kalau kepintaran orang itu dibatasi oleh sekolahnya. Sekolah itu adalah salah satu sarana, tapi dia bisa belajar dalam kehidupan ini, dalam karya-karya dia. Banyak orang-orang hebat yang tidak lahir dari sekolah. Jadi sekolah itu bukan segala-galanya, orang-orang hebat itu tidak sekolah tinggi-tinggi. Kalau mau jadi rektor ya itu memang harus profesor. Ini pemimpin NU, bukan pemimpin perguruan tinggi, nanti ada ketua bidang perguruan tinggi, gitu lho. Apakah untuk jadi bupati juga harus dokter, kan enggak usah toh. Tinggal dicarikan dokter untuk kepala rumah sakit. Masak mau bilang wah ini banyak rumah sakit bupatinya bukan dokter, kan ndak perlu toh. Apakah Jokowi (yang tidak bergelar dokter) tidak layak jadi presiden, karena Indonesia ini punya ribuan rumah sakit. Itu logikanya, ini soal kepemimpinan. Jadi kalau urusan akademik, Gus Yahya tinggal panggil para doktor dan profesor di NU ya.. Tinggal panggil staf ahli, para profesor sesuai bidangnya. Jokowi tidak harus menjadi dokter, pilot, ada yang ngurusi kapal dan lainnya. Dia bukan manusia ajaib, tapi dia menjadi komposer dari semua itu. » Baca juga Opini Gus Fahrur