201 Desa Kekeringan, Solusi Pemprov Sebatas Dropping Air

barometerjatim.com

Ilustrasi (Ist)

SURABAYA, Barometerjatim.com Musim kemarau panjang -- diperkirakan puncaknya September ini -- membuat warga 201 desa di 23 kabupaten benar-benar kebingungan. Apalagi solusi yang bisa diberikan Pemprov Jatim sebatas dropping air.

Baca juga: Jaga Produksi Pangan Dampak El Nino, Bupati Ipuk Instruksikan Dinas Terkait Pantau Debit Air Irigasi

201 desa ini sudah tidak bisa diapa-apakan. Air sudah tak ada, daerahnya terpencil dan (pemasangan) pipa juga tidak mungkin. Selamanya harus pakai tangki (dropping air), ujar Gubernur Jatim, Soekarwo di kantor Gubernur Jl Pahlawan Surabaya, Jumat (8/9).

Soekarwo menuturkan, sepanjang 2015 terdapat 541 desa di Jatim mengalami kekeringan. Namun di 2016 sama sekali tidak ada kekeringan karena hujan turun hampir sepanjang tahun. Sedangkan tahun ini, terdapat 422 desa pada jarak 3 kilometer dari mata air yang mengalami kekeringan.

Sekarang tinggal 422 desa yang jarak dengan mata air bersih sejauh lebih dari 3 kilometer. Ini tersebar di 23 kabupaten. Kalau program ini (saluran pipa dan pengeboran sumur) dibiayai sekitar Rp 58 miliar, jumlah desa yang kekeringan turun menjadi 201, paparnya.

Baca juga: Ironis! Desa Tak Jauh dari SPAM Umbulan Alami Kekeringan, Anwar Sadad ke Pemprov Jatim: Segera Dropping Air Bersih

Baca: Tercekik Moratorium, Pemprov Kekurangan 5.500 Pegawai

Artinya, 201 desa tersebut akan dilakukan dropping air karena tak bisa dilakukan pemasangan pipa dan pengeboran sumur. Jadi nanti air akan diangkut menggunakan truk karena wilayahnya itu naik, sehingga pipa tidak kuat menarik air dari dalam, katanya.

Baca juga: Kemarau Panjang, Ribuan Warga Jatim Shalat Minta Hujan

Penyelesaiaan masalah kekeringan ini, lanjut Soekarwo, baru bisa dilaksanakan pada 2018. Di sisi lain, lahan pertanian juga menjadi perseoalan tersendiri karema air di posisi Bengawan Solo relatif tanahnya tidak bisa dipakai.

"Begitu pula dengan aliran sungai di Madura. Tetapi aliran sungai Brantas, Bedadung, Bondoyudho dan Pekalen masih bisa semua, tukasnya.

Editor : Redaksi

Sudut Pandang
Berita Populer
Berita Terbaru