Cak Anam: NU Lumpuh karena Jantungnya Dicomot Jokowi!

Reporter : Roy Hasibuan
Cak Anam, minta Munas-Konbes NU bahas kekosongan rais aam PBNU. Foto: Barometerjatim.com/roy hs

SURABAYA, Barometerjatim.com - Dewan Penasihat Pengurus Besar Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PB PPKN), Choirul Anam menyebut 'jatung' Nahdlatul Ulama (NU) hilang gara-gara Rais Aam, KH Ma'ruf Amin dicomot jadi Cawapres mendampingi Capres Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.

"NU itu jantungnya hilang sekarang. Rais aam PBNU ini sekarang kosong. Enggak ada orangnya, ditinggal melompat sama Kiai Ma'ruf," katanya di sela bedah buku berjudul NU Jadi Tumbal Politik Kekuasaan, Siapa Bertanggung Jawab? di Gedung Astra Nawa Surabaya, Selasa (26/2/2019).

Akibatnya, tandas tokoh NU Jatim yang akrab disapa Cak Anam itu, NU terpecah belah dan Nahdliyin -- sebutan warga NU -- terus-terusan saling curiga. "Ini gara-gara apa, Jokowi mencomot rais aam tanpa musyawarah. Itu jantungnya NU diambil, berarti lumpuh!" tegasnya.

Baca juga: Khofifah Temui Jokowi di Solo Usai Retret, Ada Maksud Politik?

"Jadi sekarang ini sebenarnya yang hidup NU kultural, struktural sudah enggak hidup karena rais aam itu pimpinan tertinggi," sambung mantan ketua PW GP Ansor Jatim dua periode tersebut.

Karena itu, PB PPKN meminta Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di  Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Banjar, Jawa Barat, yang akan dibuka Presiden Jokowi, Rabu (27/2/2019) siang ini agar membahas kekosongan posisi rais aam.

"Ini harus dibahas di Munas, mengangkat rais aam yang baru. Harus ada itu, kalau enggak, bahaya itu karena kosong," tandas mantan ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jatim dua periode itu.

Bukankah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah mengangkat Wakil Rais Aaam, KH Miftachul Akhyar sebagai Pejabat Rais Aam? "Bukan! Itu bukan (tidak sesuai) AD/ART, itu hanya akal-akalan PBNU," sergah Cak Anam.

Dalam Pasal 48 Ayat (1) Bab XV AD/ART NU, kata Cak Anam disebutkan: Apabila rais aam berhalangan tetap, maka wakil rais aam menjadi pejabat rais aam.

Tafsir berhalangan tetap itu, menurutnya, sudah pernah dipraktikkan NU ketika Rais Aam KH Bishri Syansuri wafat pada 1980, kemudian digantikan Wakil Rais Aam KH Aly Ma'shum melalui Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta, setahun kemudian.

Baca juga: Kejutan Prabowo Beri Hormat ke Khofifah, Isyarat Dini Bakal Dipinang di 2029?

Begitu pula ketika KH Sahal Mahfudh wafat pada 2013, posisinya digantikan Wakil Rais Aam, KH Mustafa Bisri (Gus Mus) sebagai Pejabat Rais Aam. Dengan demikian, wakil rais aam menjadi pejabat rais aam kalau rais aam-nya berhalangan tetap.

"Berhalangan tetap itu wafat. Lha Kiai Ma'ruf kan sehat, malah ditukar tempat di mustasyar. Itu ndak ada aturan, ndak boleh. Itu namanya akal-akalan," katanya.

"Itu termasuk PBNU melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan pasal AD/ART NU, bahwa tukar tempat, wakil rais menjadi pejabat rais aam dan rais aam-nya menjadi mustasyar itu akal-akalan. Ndak ada aturan, karena itu Munas harus membicarakan itu," jabarnya.

Saat dipertegas, apakah saat ini NU benar-benar terancam? "Bukan hanya terancam, NU jadi tumbal! Karena itu buku saya (berjudul) NU jadi tumbal politik kekuasaan," katanya.

Baca juga: Prabowo di Depan Muslimat NU: Saya Sebenarnya Tidak Terlalu Dekat dengan Ibu Khofifah!

Selain soal kekosongan rais aam, Cak Anam juga meminta Munas-Konbes NU membicarakan organisasi terkait keputusan muktamar, termasuk Muktamar ke-33 di Jombang. "Muktamar terburuk dalam sejarah NU itu harus dibicarakan," ujarnya.{*}

» Baca Berita Terkait Nahdlatul Ulama, Cak Anam

Editor : Redaksi

Sudut Pandang
Berita Populer
Berita Terbaru