Raih 10,28 Persen Suara, Pemilu 2019 Milik Nasdem

barometerjatim.com

Surya Paloh, strategi jitu membuat peningkatan elektoral Nasdem paling signifikan di Pemilu 2019. | Foto: IstSurya Paloh, strategi jitu membuat peningkatan elektoral Nasdem paling signifikan di Pemilu 2019. | Foto: Ist
Surya Paloh, strategi jitu membuat peningkatan elektoral Nasdem paling signifikan di Pemilu 2019. | Foto: Ist

JAKARTA, Barometerjatim.com Partai Nasdem menghentak di Pemilu 2019. Baru berusia tujuh tahun dan dua kali mengikuti Pemilu, Nasdem sukses menjadi Parpol dengan peningkatan elektoral paling signifikan dari Pemilu 2014 dibandingkan Parpol lainnya.

Baca juga: Khofifah Temui Jokowi di Solo Usai Retret, Ada Maksud Politik?

Catat rapornya! Pada Pemilu 2014, Nasdem masuk ke parlemen dengan raihan 6,7 persen suara. Kini, berdasarkan data sementara Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) di laman KPU, Nasdem melesat ke urutan empat Parpol peraih suara terbanyak dengan raihan suara 10,28 persen, atau meningkat 3,58 persen dibandingkan dengan Pemilu 2014.

Keberhasilan Nasdem meningkatkan elektabilitas dalam Pemilu 2019 kali ini, tidak terlepas dari kerja keras dan investasi jangka panjang baik yang dilakukan Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Surya Paloh maupun kader serta simpatisan.

Hal itu terlihat, di antaranya sejak awal Nasdem konsisten menerapkan politik tanpa mahar, serta total memberikan dukungan untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pakar politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno bahkan menyebut Pemilu 2019 secara tidak langsung dimiliki Nasdem.

Menurutnya, ketika Parpol lain gagal mendongkrak perolehan suara di Pemilu 2019, perolehan suara Nasdem justru melonjak tajam. Bahkan sekelas PDIP sebagai partai peraih suara terbanyak, hanya meningkatkan suara sebesar 1 persen jika dibandingkan dengan Pemilu 2014.

"Suka tidak suka, Pemilu 2019 ini sebetulnya milik Nasdem. Dari 2014 yang cuma 6,7 persen menjadi 10 persen berdasarkan penghitungan riil sementara dari KPU (Komisi Pemilihan Umum)," tutur Adi saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Adi yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia menambahkan, setidaknya ada tiga faktor yang membuat Nasdem mampu meraih hasil positif dalam Pemilu 2019. Yakni sikap politik tanpa mahar, penentuan Caleg tiap daerah pemilihan (Dapil), serta konsistensi Nasdem sebagai partai pendukung pemerintahan Jokowi.

"Ini tidak terlepas dari berkah Nasdem yang sejak awal menjadikan Jokowi sebagai brand yang terus dijaga sejak awal. Nasdem sama sekali tidak khawatir mengusung Jokowi, meskipun berisiko suara pemilih disedot PDIP," tuturnya.

Baca juga: Kejutan Prabowo Beri Hormat ke Khofifah, Isyarat Dini Bakal Dipinang di 2029?

Nasdem memang sejak awal serius memenangi Pemilu 2019. Hal tersebut terlihat dengan cara Nasdem memilih para Caleg berkualitas untuk bertarung di tiap dapil.

Nasdem mengusung Caleg yang berpotensi besar menang di tiap dapil. Tidak adanya mahar politik, menjadi magnet bagi para politisi untuk menjadikan Nasdem sebagai kendaraan politik mereka.

"Banyak juga Caleg yang sukarela pindah ke Nasdem untuk maju bersama. Mulai dari kepala daerah, mantan kepala daerah maupun para Caleg petahana dari partai lain. Itu artinya Nasdem memiliki satu daya tarik sebagai kendaraan politik di mata politisi," tutur Adi.

Buah Caleg Petahana

Surya Paloh, konsisten membawa Nasdem mendukung pemerintahan Jokowi yang berujung peningkatan elektoral. | Foto: IstSurya Paloh, konsisten membawa Nasdem mendukung pemerintahan Jokowi yang berujung peningkatan elektoral. | Foto: Ist
Surya Paloh, konsisten bawa Nasdem dukung pemerintahan Jokowi yang berujung peningkatan elektoral. | Foto: Ist

Dari 575 Caleg DPR yang diusung Nasdem, 50 Caleg di antaranya petahana. Artinya, mereka orang yang telah dipilih pada Pemilu 2014. Dari jumlah tersebut, 15 Caleg petahana di antaranya juga berasal dari Parpol lain.

Baca juga: Prabowo di Depan Muslimat NU: Saya Sebenarnya Tidak Terlalu Dekat dengan Ibu Khofifah!

Nasdem, setidaknya mendapat tujuh Caleg petahana dari Hanura, Parpol yang dilanda konflik internal awal tahun lalu. Selain itu, sejumlah mantan kepala daerah juga maju sebagai Caleg dari Nasdem.

Sementara Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masloman mengatakan para Caleg petahana dan mantan kepala daerah yang bergabung ke Nasdem memiliki modal sosial besar. Mereka terbukti telah lolos ke DPR atau memenangkan pemilihan kepala daerah (Pilkada) sebelumnya.

"Kenaikan suara Nasdem dipengaruhi pemilihan Caleg petahana, termasuk dari partai lain dan mantan kepala daerah," tuturnya. Ikrama menilai, kampanye "politik tanpa mahar" yang diusung Nasdem juga cukup banyak dibicarakan.

Secara tidak langsung mirip dengan program antipoligami ala PSI, atau janji pemberlakuan SIM seumur hidup yang dikampanyekan PKS. Program itu, meskipun menuai kontroversi, dipergunjingkan banyak orang jelang Pemilu 2019.

ยป Baca Berita Terkait Nasdem, Pemilu 2019, Surya Paloh

Editor : Redaksi

Sudut Pandang
Berita Populer
Berita Terbaru