Mabinda PMII Putri: Prof A’la yang Berkuasa, ya Sudah..

PINDAH TEMPAT: Tak diberi izin pihak rektorat UINSA Surabaya, PMII Putri Jatim akhirnya menggelar cara di Wisma Bahagia di bawah naungan Kementerian Agama. | Foto: Barometerjatim.com/NATHA LINTANG
SURABAYA, Barometerjatim.com Selama ini, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya (dulu IAIN Sunan Ampel) dikenal sebagai 'rumah besar' bagi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur.
Tapi Sabtu (11/11) ini justru menjadi hari kelabu nan ironis bagi Korps PMII Putri (Kopri) Jatim, karena tidak diizinkan pihak rektorat menggunakan gedung untuk menggelar acara di rumah sendiri dengan alasan pemadaman listrik.
Anggota Majelis Pembina Daerah (Mabinda) Korps PMII Putri (Kopri) Jatim, Gus Yaqub Baliyya Al Arif sebenarnya tak mempermasalahkan kalau yuniornya tidak diizinkan menggunakan gedung di UINSA Surabaya INSA untuk berkegiatan.
Baca: Lucu! Undang Khofifah, Izin Gedung Acara PMII Putri Dicabut
Tapi kalau hal itu dikaitkan dengan politik terkait Pilgub Jatim 2018 sangat berlebihan. Apalagi Mensos Khofifah Indar Parawansa yang diundang belum resmi mendaftar di KPU Jatim, selain dia juga alumnus PMII.
"Itu haknya pihak UINSA atau Prof Ala (tak memberi izin) karena beliau yang berkuasa di situ, ya sudah.. Kita ndak mau maksa untuk urusan seperti itu. Toh ini hanya kegiatan anak-anak, masih bisa mencari tempat lain selain di UINSA," katanya seolah menyindir.
"Tapi umpamanya dibatalkan itu karena politik terkait Cagub, ya itu paranoid. Terlalu berlebihan, Bu Khofifah itu belum mendaftar di KPU dan pendaftaran juga masih lama."
Baca: Prof Ala Membantah, Kiai Mukhlis: Tahulah Dia Dukung Siapa
Karena itu, Yaqub mengajak untuk bisa memilah. "Acara ini nggak ada kaitannya dengan Cagub-Caguban, hanya kegiatan anak-anak PMII putri yang mengadakan diskusi dan Bu Khofifah kebetulan alumni PMII, itu aja. Kalau ditarik ke ranah politik, ya kejauhan, paranoid-lah."
Terkait alasan bahwa izin tidak diberikan karena ada pemadaman listrik, Yaqub menanggapinya santai, "Ya sudah enggak apa-apa. Kalau bohong apa tidak, nanti kan ketahuan. Allah yang tahu," katanya.
Saat ditanya apakah ini bagian dari manuver Prof Ala yang disebut-sebut lebih condong ke kandidat lain, Yaqub enggan mengomentari pilihan seseorang. "Kalau itu urusan masing-masing. Tapi kalau dikaitan itu dengan politik, ya kejauhan. Pendaftaran KPU saja belum, kenapa harus takut seperti itu," tandasnya.
PMII Bukan Organisasi Liar
Sebaliknya, Ketua Umum PKC PMII Jatim periode 2011-2013, Fairouz Huda bereaksi lebih keras. Bahkan dia geram yuniornya disebut belum mengantongi izin sehingga gagal menggelar acara di tempat yang dijadwalkan.
"PMII itu bukan organisasi liar, tanpa aturan, dan basis nilai etik. Maka setiap program yang dilakukan, sudah pasti berlandas pada dua hal itu," katanya. "Jika ada pihak yang mengatakan kegiatan PKC Kopri Jatim tanpa izin, itu bisa dipastikan fitnah, hoax dan tendensius."
Fairouz justru mencium aroma sentimen politik atas pernyataan pihak rektorat terkait kendala yang dialami panitia untuk berkegiatan di UINSA. "Kenapa saya katakan sentimen politik, karena yang dihadirkan adalah Bu Khofifah," katanya.
Baca: Kasihan Umat, Stop Akrobat Politik Atas Nama Kiai Kampung
Semestinya, lanjut Fairouz, "Pak Rektor berbangga hati karena kampus yang dipimpinnya, dijadikan sebagai ajang diskusi gagasan. Lebih-lebih dihadiri menteri berprestasi."
Karena itu dia meminta agar berhati-hati dalam memberi pernyataan terhadap organisasi milik jutaan insan albab ini.
"Jangan salahkan jika sampai ada sahabat-sahabati yang melaporkan pernyataan Pak Rektor ke pihak yang berwenang, sebagai perilaku pencemaran nama baik rumah kehormatan para kader sekaligus alumninya," paparnya.