Melihat Ritual Seblang Olehsari Banyuwangi, Wisatawan: Saya Merinding!

BANYUWANGI | Barometer Jatim – Kabupaten Banyuwangi dikenal dengan kekayaan seni dan budayanya. Salah satunya Seblang Olehsari, ritual bersih desa yang dilakukan warga Desa Olehsari, Kecamatan Glagah.
Ritual ini digelar setelah perayaan Idul Fitri, biasanya sekitar 5 Syawal. Tahun ini, diawali pada Jumat (4/4/2025) dan bakal berlangsung hingga tujuh hari kemudian.
Pada ritual ini, seorang penari yang diyakini terpilih secara supranatural akan menari selama 7 hari dalam kondisi trance atau kesurupan.
Seblang Olehsari merupakan ritual kuno yang telah dilaksanakan sejak zaman leluhur masyarakat setempat. Penarinya merupakan keturunan dari para penari sebelumnya.
Tahun ini, penari Seblang Olehsari kembali diperankan Dwi Putri Ramadani (21 tahun), yang juga menjadi penari dalam beberapa tahun sebelumnya.
"Tahun ini saya kembali ditunjuk menjadi penari seblang, karena ini merupakan petunjuk dari leluhur saya," ucap Putri.
Dalam keadaan trance, tubuh Putri menari dengan lincah. Dia menari sambil mengenakan omprog (mahkota kepala) dari daun kelapa diiringi dengan gending-gending seblang.
"Banyuwangi sangat kaya akan tradisi adat dan budayanya, yang bagi kami warga Banyuwangi ini memperkaya khazanah seni budaya Banyuwangi,” kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Sabtu (5/4/2025).
“Kami akan tetap berupaya melestarikan tradisi ini sebagai warisan leluhur, dengan cara terus mendukung pelaksanaan ritual- ritual adat semacam ini," sambungnya.
Diwarnai Ritual Tundik
Seblang Olehsari mendapat animo tinggi dari warga dan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Salah satunya wisatawan asal Mesir, Ahmed. Dia mengaku sangat terkesan dan baru pertama kali disaksikannya.
“Ini pertama kalinya saya sangat menikmati dan respect dengan budaya dan tradisi masyarakat di sini,” katanya.
Ahmed menceritakan kalau saking kagumnya dengan tradisi Seblang Olehsari, dia sampai mencoba ikut menari dengan penari seblang, tapi ternyata ditolak.
Dalam Seblang Olehsari memang terdapat ritual “tundik” atau menari bersama penari. Tundik dilakukan saat penari membawa sampur atau selendang untuk mengajak penonton menari bersama.
Selendang itu kemudian dilempar ke arah penonton, yang mendapatkan selendang wajib naik ke atas panggung untuk menari bersama seblang.
“Saya tidak dapat selendang itu, tapi saya ingin merasakan pengalaman yang baru menari bersama seblang, makanya saya langsung naik tapi ternyata tidak boleh. Saya minta maaf karena tidak tahu aturannya, sepertinya tahun depan saya akan kembali lagi,” ujar Ahmed.
Kekaguman juga dilontarkan Muhammad Aqil Al Munawwar, wisatawan nusantara asal Kendari, Sulawesi Tenggara.
"Saat pertama kali melihat seblang memasuki lokasi, saya langsung merinding. Ketika tariannya dimulai, saya merasa ini sangat sakral. Saya harap tradisi ini terus dilestarikan," katanya.
Sementara itu Kepala Desa Olehsari, Joko Mukhlis, mengungkapkan rasa syukur atas kelancaran pelaksanaan ritual seblang tahun ini.
Dia menegaskan, ritual ini digelar sebagai upaya bersih desa untuk menghindarkan desa dari marabahaya dan wabah penyakit atau tolak bala.
"Ritual sakral ini dapat disaksikan oleh masyarakat luas, baik dari warga lokal maupun luar daerah. Kami berharap generasi muda di Olehsari terus menjaga dan melestarikan warisan leluhur ini," harapnya.{*}
| Baca berita Banyuwangi. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur