KRITIK ULTAH KHOFIFAH: Prof Nidom (foto kiri) dan pesta ultah Khofifah, pejabat jangan seolah-olah di level yang selalu benar. | Foto: Dok/IST
SURABAYA, Barometerjatim.com Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Chairul Anwar Nidom menyebut pesta ulang tahun (ultah) Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya dan bisa membuat abai terhadap protokol kesehatan (prokes).
Baca juga: Formasi Baru Direksi-Komisaris Bank Jatim, Ada Eks Pimpinan KPK!
"Oh, ya pasti! Pasti! Jadi artinya bahwa, lho kok saya saja. Sementara, bayangkan, masyarakat mudik itu ndak boleh, membuat hajatan mantu juga ndak boleh," katanya pada Barometerjatim.com, Jumat (21/5/2021).
Prinsip larangan mudik, papar Nidom yang juga ketua Tim Riset Corona & Formula Vaksin Professor Nidom Foundation (PNF), sebetulnya bukan melarang orang balik kampung atau mudik, tetapi melarang perpindahan virus dari satu tempat ke tempat lain.
"Tapi karena kita tidak bisa melihat virus, maka setiap orang dianggap membawa virus dan itu dilarang. Itu kan asumsi yang dikembangkan. Nah, kalau asumsi yang dikembangkan itu tidak menyentuh pimpinan, terus bagaimana?" ucapnya.Seharusnya, lanjut Nidom, setiap orang menyadari bahwa dirinya mempunyai potensi untuk membawa virus. "Itu yang harus diyakini. Sehat atau tidak, membawa virus atau tidak, kita punya potensi untuk menularkan atau tertular," kata Nidom.
Baca juga: VIDEO: 1 Persen pun Hibah Gubernur Jatim Tak Disentuh KPK, Kebal Hukumkah Khofifah?
"Oleh karena itu, pencegahan yang paling utama yakni minimal pakai masker. Saya sudah wanti-wanti dulu, bahwa memakai vaksin itu mempunyai efek psikologis yang kadang-kadang nanti tidak bisa terkendali," sambungnya.
Nah, kata Nidom, dengan adanya program vaksinasi menyebabkan masyarakat agak abai alias euforia. "Mungkin termasuk juga gubernurnya euforia, karena merasa sudah ada vaksinasi," katanya.Padahal akhir-akhir ini, dari berbagai laporan yang ada, beberapa vaksin menimbulkan problem yang tidak kecil. Artinya, satu sisi pemerintah membuat program vaksinasi agar dapat melindungi masyarakat, tapi di lain pihak menimbulkan perasaan seolah-olah sudah gagal menghadapi virus.
Sehingga protokol yang sederhana seperti memakai masker, menjaga jarak, dan sebagainya kayak mengikat kebebasan masyarakat sehingga menjadi diabaikan.Baca juga: Bank Jatim Catat Laba Bersih Rp 1,281 Triliun, Tertinggi di Antara BPD se-Indonesia!
"Kalau ada apa-apa, yang kami sayangkan itu masyarakat yang disalahkan. Padahal pejabat kan juga bagian dari masyarakat, seolah-olah mereka ini pada level yang selalu benar. Ini yang saya melihat membuat masyarakat jadi jenuh," katanya.
ยป Baca Berita Terkait Wabah Corona
Editor : Redaksi