
SURABAYA, Barometerjatim.com Mantan Komandan Korps Marinir, Letjen TNI (Purn) Suharto berharap Prabowo Subianto memenangi Pilpres 2019. Apalagi, menurutnya, kedaulatan negara dalam ancaman dengan masuknya tiga juta warga negara asing (WNA) ke Indonesia.
Baca juga: Ansor Surabaya Reaksi Balik Cak Anam: Itu Bukan Premanisme, tapi Menjaga Martabat Organisasi
"(Ancaman) dari dalam sudah ada tiga juta orang. Kalau kita ndak waspada dari sekarang, lumat kita!" katanya dalam diskusi publik bertajuk Perubahan 2019 untuk Pemulihan Kedaulatan dan Keutuhan NKRI yang digelar Pengurus Besar Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PB PPKN) di Graha Astra Nawa, Surabaya, Sabtu (16/3/2019).
Apalagi ratarata usia mereka yang masuk di atas 18 tahun. Artinya mereka telah mengikuti Wamil (wajib militer). Ini bahaya! tegasnya. Kekhawatiran tersebut ditambah dengan masuknya sejumlah senjata ke Indonesia.
Situasi ini membuat peran presiden angat penting, dan Suharto berharap Prabowo Subianto terpilih di Pilpres 2019, karena mantan Danjen Kopassus tersebut dinilai mampu menjaga kedaulatan negara.
"Saya terus terang, 2019 saya mengharapkan memang Prabowo yang menang. Prabowo jadi presiden, usir itu tiga juta orang keluar, usir! Bung Karno berani kok, masak dia enggak berani," katanya.
Suharto berharap Prabowo jadi presiden, karena dia mengenal baik cukup lama, termasuk saat operasi militer di Timor Timur yang sekarang berubah nama menjadi Timor Leste, hingga bersama-sama saat pengamanan Reformasi 1998.
Makin Amburadul
Baca juga: Deklarasi IKA Ansor Jatim Dibubarkan Banser, Cak Anam Bereaksi Keras: Itu Premanisme
Sementara pembicara lainnya, Suko Sudarso (Sukarnois, aktivis GMNI 1966) menyoroti nasib bangsa Indonesia tidak lebih baik pasca reformasi. Justru semakin amburadul lantaran amandemen UUD 1945 ditambah gagal paham para pemimpin nasional, membuat negara semakin terpuruk.
Tidak sekadar ganti orang, tetapi juga harus paham bagaimana menata bangsa ini. Kita yakin Prabowo lebih paham bagaimana mengembalikan jati diri bangsa ini, katanya.
Menurut Suko, ada tiga hal penting untuk mengawal perubahan tersebut. Pertama, kembali ke UUD 1945 yang setelah reformasi menurutnya sudah 'diobrak-obrik' (amandemen) politisi.
Baca juga: Dibubarkan Banser Surabaya, Deklarasi Ikatan Alumni GP Ansor Jatim Berakhir Ricuh
Kedua, harus ada reformasi agraria. Di sini kita butuh pemimpin yang paham, karena ini bukan sekadar bagi-bagi sertifikat. Ketiga, menerapkan Trisakti yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam sosial budaya, paparnya.
Diskusi diawali dengan pembacaan draft Maklumat Astra Nawa yang disampaikan Penasihat PB PPKN, Choirul Anam (Cak Anam) dan dihadiri pada kiai dan sejumlah elemen masyarakat. Di antaranya Mustahid Astari, KH Suyuthi Thoba Banyuwangi, dan KH Nur Maemon Sumenep.
» Baca Berita Terkait Prabowo, Pilpres 2019
Editor : Redaksi