Para Kepala Daerah Jempolan Berpeluang Loncat ke Surabaya

barometerjatim.com

(Dari kiri) Baddrut Tamam, Nur Arifin, Faida dan Ipong Muchlissoni. Berpotensi loncat ke Surabaya. | Foto: Ist

SURABAYA, Barometerjatim.com Perlahan, stigma kepala daerah maupun politikus 'kutu loncat' mulai terkikis. Dalam konteks Jatim, label itu pernah menyemat pada Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak yang baru dua tahun menjadi bupati, tapi meloncat ke provinsi lewat kontestasi Pilgub Jatim 2018.

Baca juga: Ra Fadil: Bupati Baru Harus Bikin Jember Everybody Happy

Meski menyandang stigma kepala daerah kutu loncat, Emil yang mendampingi Cagub Khofifah Indar Parawansa, sukses memenangi Pilgub Jatim 2018. Mengalahkan pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno dengan selisih signifikan, 7,1 persen.

Sukses Emil, menurut peneliti senior Surabaya Survei Center (SSC), Surochim Abdussalam tak lepas dari keseriusan dan kemampuan suami pesohor Arumi Bachsin itu dalam meyakinkan publik untuk membuat perubahan di Jatim -- terutama dalam mengentas kemiskinan -- bersama Khofifah.

Termasuk pula meyakinkan masyarakat Trenggalek, kalau kepergiannya ke Jatim justru akan membuatnya lebih mudah dalam membangun kabupaten yang terletak di pesisir pantai selatan tersebut, sekaligus menepis langkah politiknya bukan pragmatis.

"Masyarakat semakin cerdas, dan bisa menilai mana yang pragmatis dan mana yang berbasis pengabdian lebih luas. Saya kira stigma kutu loncat itu bukan menjadi momok lagi," kata Surochim di Surabaya, Minggu (20/1).

Nah, dalam konteks Surabaya, Dekan FISIP Universitas Trunojoyo Madura (UTM) itu melihat fenomena kutu loncat bakal semakin berlompatan 'menyerbu' di Pilwali Surabaya 2020.

Maklum, Surabaya merupakan kota metropolitan dan menjadi salah satu barometer nasional, termasuk dalam politik. Kontestasi Pilkada di Kota Pahlawan menjadi magnet nasional seperti di Kota Bandung dan DKI Jakarta.

Terlebih, menurut Surochim, siapapun yang pemimpin Kota Surabaya secara otomatis akan naik pamor menjadi tokoh nasional. Ini jelas investasi politik yang luar biasa untuk meloncat ke level berikutnya.

"Kepala daerah dari daerah lain punya kans untuk lompat ke Surabaya, karena mereka punya modal politik untuk bersaing. Apalagi kalau mereka berprestasi saat memimpin daerahnya, maka kansnya semakin besar," ujarnya.

Mereka Layak Loncat

Baca juga: Di Tengah Pemakzulan, Faida Terima Penghargaan dari Menag

Lantas, siapa kepala daerah potensial yang berpeluang meloncat ke Surabaya? Merujuk hasil survei SSC periode 20-31 Desember 2018, ada dua nama yang masuk pilihan responden, yakni Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni dan Wakil Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin yang bulan depan akan ganti 'baju' bupati setelah Emil dilantik menjadi Wagub Jatim.

Di kategori popularitas, Ipong dipilih 18,5 persen responden, Nur Arifin 13,4 persen. Untuk elektabilitas Ipong 2 persen, Nur Arifin 0,3 persen. Sedangkan top of mind kandidat Ipong 1 persen, Nur Arifin 0,2 persen.

Selain keduanya, Surochim menilai Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam juga dianggap layak loncat ke Surabaya. Nama politikus muda PKB itu mulai terekam publik, saat Pamekasan meraih Adipura 2018 untuk kategori kota kecil terbersih secara nasional.

Meski Baddrut baru menjabat, inovasinya dalam pelayanan izin satu atap dan memperkenalkan batik Pamekasan juga mendapat apresiasi publik. "Dalam survei SSC kemarin, nama Baddrut Tamam juga ikut disebut responden tapi persentasenya kecil," kata Surochim.

Persentase kecil, menurut Surochim, lantaran Baddrut belum pernah bicara atau disinggung sebagai kandidat di Pilwali Surabaya. Selain itu, namanya juga belum tercover media yang menjadi sumber informasi warga Surabaya.

Baca juga: Lawan Corona dengan Li Khomsatun, Khofifah Raih Penghargaan

Sebelumnya, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Nasdem, Effendy Choiri alias Gus Choi juga memunculkan nama Ipong dan Bupati Jember, Faida.

"Kader potensial di Nasdem itu banyak. Ketua Bappilu Jatim, Ipong Muchlissoni, misalnya, bisa juga. Setelah dari sana (bupati Ponorogo) bisa ditarik ke sini. Kan bisa saja, asal satu wilayah di Jatim. Periode satunya di sana, kemudian ikut bersaing di sini, kan boleh," katanya.

"Lalu ada dokter Faida, bupati Jember. Oke juga, lurus! Ini (Ipong dan Faida) orang-orang lurus. Insyaallah tidak kalah dengan Risma (Wali Kota Tri Rismaharini) lurusnya. Kita sekarang ingin pemimpin bersih, seperti Faida, secara ekonomi sudah selesai dia," sambung Gus Choi.

ยป Baca Berita Terkait Pilwali Surabaya

Editor : Redaksi

Sudut Pandang
Berita Populer
Berita Terbaru