JIHAD EKONOMI PEREMPUAN: Pembukaan Tanwir I Aisyiyah di Surabaya, Jumat (19/1). Semangat untuk mendorong semangat jihad ekonomi perempuan. | Foto: Ist
SURABAYA, Barometerjatim.com Tanwir I Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Surabaya dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat (19/1). Pembukaan dihadiri sekitar 2.000 peserta dan 500 peserta tetap perwakilan Muhammadiyah se-Indonesia.
Baca juga: Edukasi Masyarakat soal Gizi, Muslimat NU dan Aisyiyah Bergandengan Tangan
Tanwir Aisyiah diselenggarakan untuk kali pertama dengan mengambil tema "Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, Pilar Kemakmuran Bangsa". Terkait tema, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantin menjelaskan, hal itu bertujuan untuk mendorong semangat jihad ekonomi perempuan.
"Aisyiyah dengan potensi perempuan yang dimiliki ingin meneguhkan dan meluaskan gerakan jihad ekonomi perempuan, demi terwujudnya kemajuan ekonomi di Indonesia," katanya.
Baca: Pembangunan Ekonomi Perempuan, Jatim Paling Siap!
Ditambahkan, untuk mendorong semangat jihad ekonomi perempuan ini bukan perkara yang mudah. Karena itu, dia meminta Aisyiyah untuk terus berupaya bersinergi dengan pemerintah dan lembaga negara, serta dengan pihak swasta.
Baca juga: Raih Penghargaan, Ini Deretan Jasa Muslimat NU untuk Bangsa
Tanwir yang digelar kali ini, lanjutnya, diharapkan benar-benar mampu membangkitkan semangat lebih agar perempuan mampu berkiprah lebih luas dalam memajukan kehidupan bangsa lewat pemberdayaan ekonomi.
Apalagi berdasarkan realitas di lapangan, katanya, permasalahan ekonomi masih menimbulkan keprihatinan baik bagi pemerintah maupun organisasi, termasuk Aisyiyah.
Baca: Muhammadiyah: Khofifah Punya Kapasitas Bangun Jatim
Baca juga: Muslimat NU-Aisyiyah Kompak Menangkan Khofifah-Emil
"Jadi dalam Tanwir ini juga akan dibahas solusi untuk masalah kemiskinan, kesenjangan ekonomi, serta masih tajamnya penguasan air, bumi, dan isinya yang belum sesuai sepenuhnya dengan mandat konstitusi," papar Noordjannah.
Penyelesaian masalah itu, lanjut Noordjannah, selain menjadi tanggung jawab pemerintah juga menjadi tanggung jawab organisasi, termasuk Aisyiyah. Apalagi, perempuan memiliki peran yang luar biasa dalam upaya memperbaiki perekonomian di negeri ini.
"Terbukti saat krisis moneter tahun 1998, yang bisa bertahan dan menyelesaikan permasalahan ekonomi di rumah-rumah itu kan perempuan. Banyak laki-laki kehilangan pekerjaan, tapi perempuan masih bisa memperbaiki dengan mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan," katanya.
Editor : Redaksi