Tak Banyak Diungkap: Soekarno Pernah Jadi Pegawai Outsourcing di Stasiun Semut Surabaya

barometerjatim.com

JEJAK SEJARAH: Bung Karno (tanda panah) bersama pemuda lainnya indekos di rumah HOS Tjokroaminoto. | Foto: IST

SURABAYA, Barometerjatim.com Sejarah soal Soekarno seolah tak ada habisnya. Termasuk ini yang tak banyak diungkap: Saat remaja pernah menjadi pegawai tidak tetap di Stasiun Semut (Surabaya Kota) untuk membantu keuangan HOS Tjokroaminoto, sekaligus menghidupi biaya sehari-harinya bersama istrinya, Utari.

Hal itu dituturkan Inisiator Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo salam sarasehan kebangsaan memperingati hari lahir Bung Karno bertajuk "Warisi Apinya, Jangan Abunya" di Gedung Merah Putih, Kompleks Balai Pemuda Surabaya, Sabtu (11/6/2022).

Jadi ini yang enggak banyak diungkap pertama kali Soekarno menikah di Surabaya, tentu ia bekerja susah payah di Stasiun Semut. Itu ada catatannya juga di sebuah buku di Jepang, ditulis bahwa Bung Karno bekerja sebagai outsourcing, paparnya.

Mengapa keuangan HOS Tjokroaminoto harus dibantu Soekarno? Kuncar -- sapaan akrab Kuncarsono Prasetyo -- menceritakan sejarah, pada usia 21, Soekarno mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Bandung.

Selang setahun kemudian, pada 1921, dia mendengar kabar kalau istri HOS Tjokroaminoto wafat. Setelah menerima telegram dari Surabaya, Soekarno memutuskan untuk cuti selama tujuh bulan.

Saat itu HOS Tjokroaminoto merasa tiada harapan lagi. Tanpa istrinya, tokoh politik itu bahkan sempat linglung, karena sudah tidak lagi punya penghasilan dari hasil usaha istrinya.

Di sisi lain, saat Soekarno tinggal di Surabaya itu pula dia melangsungkan pernikahan dengan Utari dan cuti tujuh bulan itu dimanfaatkan bekerja sebagai outsourcing di Stasiun Semut.

Di Surabaya Indekos Gratis

Cerita indekos di rumah milik HOS Tjokroaminoto, kata Kuncar, saat Soekarno muda mengenyam pendidikan di HBS Surabaya. Di rumah yang terletak di Jalan Peneleh Gang VII No 29-31 Surabaya itu, dia tidak sendiri tapi bersama 30 pemuda lainnya.

Jadi yang tinggal di situ indekos gratis, tapi syaratnya harus makan di rumah itu. Karena waktu itu Soekarno makannya sedikit, sehari dua bahkan sekali, maka dia tinggalnya di indekos paling belakang, sekarang menjadi sekolah SD Muhammadiyah, jelasnya.

Bukan hanya tinggal di indekos, sebagai pribadi yang kaya rasa ingin tahu, Soekarno sering kali ikut nimbrung bersama pendiri Sarekat Islam (SI) itu ketika mempraktikkan pidato atau diskusi soal politik. Bahkan, saat itu Soekarno sempat menjadi wartawan tulis media milik HOS Tjokoroaminoto.

Di usianya yang masih 15 tahun, Soekarno itu pembaca ulung, makannya kalau menulis itu runtun. Di bertemu banyak orang yang usianya jauh di atasnya. Yang paling keren, pertama kali Soekarno mengenal Islam itu di rumah HOS Tjokroaminoto, ucapnya.

» Baca berita terkait Bung Karno. Baca juga tulisan terukur lainnya Moch Andriansyah.

Editor : Redaksi

Sudut Pandang
Berita Populer
Berita Terbaru