Baca juga: Komisi E Kritik Kegiatan Pramuka Jatim Tak Ngefek ke Pemuda, Padahal Setahun Telan Rp 7,4 M!
"Saya mohon maaf yang di luar, dari ujung sana sampai ujung sana, saya ndak tega melihat panjenengan duduk di luar," tutur Ketua Umum PP Muslimat NU itu dengan raut muka sedih dan suara parau dari atas panggung.
"Padahal ada yang dari Pacitan, kepulauan-kepulauan Sumenep, Banyuwangi, dari pojok-pojok pegunungan di Situbondo, datang ke sini urunan sendiri, kalau ada yang di luar, kami mohon maaf. Nyuwun pangapunten sedanten ya Bu ya," katanya yang disambut koor: Iya Bu!
Khofifah lantas menjelaskan, setidaknya ada tiga alasan utama mengapa 25 ribu lebih warga Muslimat NU menggelar munajat untuk bangsa. "Pertama, kita melihat ada suasana yang kita mengkhawatirkan akan mengganggu persatuan dan integrasi bangsa," ucapnya.
Kedua, terkait bencana alam yang terus-terusan terjadi. Termasuk anak Gunung Krakatau yang masih memungkinkan erupsi kembali. Diharapkan ada deteksi dini dari kemungkinan adanya fenomena global warming.
"Ketiga, kita berharap tidak terjadi distorsi sosial, terutama setuju tidak setuju, media sosial hari ini luar biasa banyak membuat masyarakat mendapatkan informasi yang tak sempat terklarifikasi. Mereka tak sempat saring lalu sharing," paparnya.
Baca juga: PT DABN Untung dan Punya Prospek Bagus, Komisi C DPRD Jatim Dorong Jadi BUMD!
Al Ikhlas 100 Kali
Karena itu, Khofifah mengajak komunitas, terutama Muslimat NU, agar terus berdoa supaya bangsa ini dijauhkan dari perpecahan dan musibah, baik bencana alam maupun kemungkinan distorsi sosial yang bisa mengganggu integrasi bangsa.
"Kalau ini tidak diantisipasi secara religius, kita munajat kepada Allah Swt, maka kekhawatiran itu bisa menjadikan orang hidunya tak tenang, tidak tenteram," jelas gubernur Jatim terpilih 2019-2024 tersebut.
Baca juga: Formasi Baru Direksi-Komisaris Bank Jatim, Ada Eks Pimpinan KPK!
Khofifah menambahkan, tugas Muslimat NU sebagai Ormas sosial keagamaan, tentu berbeda dengan kepolisian, TNI maupun ASN. Muslimat NU ingin menjadi bagian yang melengkapi seluruh ikhtiar dengan terus melakukan munajat, baik sendiri maupun berkelompok. Baik di desa, kecamatan, kabupaten, maupun provinsi.
"Ini dilakukan di sangat banyak tempat. Kita sudah membuat edaran di seluruh Indonesia, masing-masing warga Muslimat NU diminta membaca surat Al Ikhlas 100 kali sehari. Kemudian koordinasi secara nasional, setiap bulan tidak kurang dari 2.000 khatam Al Qur'an," paparnya.{*}
» Baca Berita Terkait Khofifah, Muslimat NU
Editor : Redaksi