
SURABAYA, Barometerjatim.com Pertemuan Khofifah Indar Parawansa dan Tri Rimaharini (Risma) tak hanya menghapus 'ujaran keminter' yang dilontarkan Risma saat Pilgub Jatim 2018, tapi juga memunculkan spekulasi kontestasi politik terkait Pilwali Surabaya 2020.
Baca juga: VIDEO: Survei Sebut Kinerja Khofifah Belum Sesuai Harapan Mayoritas Warga Jatim!
Maklum, dalam pertemuan di salah satu rumah makan di Surabaya, Minggu (10/2/2019) lalu, kedua tokoh perempuan yang dikenal sama-sama tegas itu mengajak serta orang dekatnya yang juga kandidat calon wali kota (Cawali).
Khofifah yang Rabu (13/2/2019) besok dilantik menjadi gubernur Jatim periode 2019-2024 mengajak mantan Jubirnya di Pilgub Jatim 2018, KH Zahrul Azhar Asad. Belakangan, kiai muda yang akrab disapa Gus Hans ini didorong banyak pihak untuk maju dan diyakini dialah jago Khofifah di Pilwali Surabaya 2020.
Sedangkan Risma, wali kota Surabaya dua periode itu, didampingi orang dekatnya yang juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko), Eri Cahyadi. Sama seperti Gus Hans, nama Eri juga masuk bursa kandidat Cawali. Jangan lupa! Risma menjadi wali kota juga berangkat dari posisi kepala Bappeko.
Nah, jabatan baru ini potensial menjadi loncatan Eri untuk maju di Pilwali Surabaya 2020. Sebelumnya dia menjabat kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang dan baru dimutasi pada 13 Agustus 2018.
Selain itu, dari hasil survei Surabaya Survey Center (SSC) periode 20-31 Desember 2018, nama Eri juga mulai mengantongi elektabilitas, 0,4 persen. Di sisi lain, Risma masih menjadi faktor di Pilwali 2020 karena 9 persen responden bakal mengikuti siapapun calon yang didukung kader PDIP tersebut.
Inikah langkah awal Khofifah-Risma untuk merajut harmonisasi di Jatim, sekaligus menyatukan jagoan masing-masing di Pilwali Surabaya 2020?
Gus Hans menepis kalau dalam pertemuan tersebut ada pembicaraan bermuatan kontestasi politik. Menurutnya, Khofifah dan Risma lebih banyak membicarakan persoalan sosial dan pendidikan.
Pertemuan itu, katanya, juga menjadi ajang koordinasi untuk acara Pidato Kerakyatan Khofifah di Tugu Pahlawan, 14 Februari 2019 atau sehari setelah dilantik menjadi gubernur Jatim.
Baca juga: Survei: 75,1% Warga Jatim Sebut Kinerja Khofifah Belum Sesuai Harapan, Cenderung Seremonial!
Ya koordinasilah, Bu Khofifah sebagai gubernur Jatim terpilih dan Bu Risma sebagai wali kota yang punya wilayah, kata pengasuh Pondok Pesantern (Ponpes) Queen Al Azhar Darul Ulum, Jombang itu.
Bukankah jika tokoh politik atau publik bertemu biasanya ada kisi-kisi politik? "Ya non verbal itu kadang lebih efektif daripada semuanya verbal," katanya sambil tersenyum.
Masih Butuh Waktu

Sementara Pengamat Politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menuturkan, sebagai penjajakan peta politik bisa saja pertemuan Khofifah-Risma dibaca ada rajutan awal untuk kontestasi politik. Tapi dia menggarisbawahi urusan Pilwali Surabaya 2020 tetaplah kompleks dan pelik.
Baca juga: Setoran PAD Kecil! DPRD Jatim Minta PT PWU, PT JGU, dan PT AB Diaudit Khusus
"Menurut kalkulasi saya, tetap akan sulit karena berbagai faktor, khususnya menyangkut dukungan Parpol. Tapi bagaimanapun, komunikasi lintas sektor, silaturahim akan bisa membuka komunikasi dan saling bisa penjajakan," katanya saat dihubungi Barometerjatim.com, Selasa (12/2/2019).
Pengamat yang juga peneliti senior SSC itu tak memungkiri bahwa pengaruh Khofifah dan Risma bisa signifikan, tapi untuk menyatukan Gus Hans dan Eri di Pilwali Surabaya 2020 tetap butuh waktu.
"Kalau sampai pada Pilwali enggak sejauh itu. Saya pikir pertemuan beliau untuk menurunkan tensi dan memperbaiki komunikasi," tandasnya.
ยป Baca Berita Terkait Khofifah, Risma, Pilwali Surabaya
Editor : Redaksi