
SURABAYA, Barometerjatim.com Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kacung Marijan melihat hingga kini memang tak ada benturan fisik di Pilpres 2019. Tapi benturan verbal sangat kuat sekali.
Jadi sekarang kan tidak ada perang fisik, alhamdulillah. Tapi perang verbal kan kuat sekali, ucapnya saat menjadi narasumber dalam Saresehan Kebangsaan yang digelar Gerakan Suluh Kebangsaan di Surabaya, Rabu (16/1).
Menurut Kacung, perang verbal ini tidak kalah bahayanya dengan perang fisik, karena mengarah pada masalah perpecahan bangsa. Perang verbal kan menyangkut hati, menyangkut perasaan. Bahaya! sambungnya.
Narasumber lainnya, istri mediang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriyah Wahid menuturkan, NKRI adalah rumah bersama yang harus dijaga. Jangan terpecah-belah karena perbedaan politik.
Sejarah mencatat, kata Sinta, melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia telah melebur sekat-sekat etnis, budaya, idiologi maupun keagamaan, hingga masalah mayoritas-minoritas untuk hidup bersama dalam satu kesatuan NKRI. NKRI sebagai rumah bersama, tegasnya.
Laboratorium Persatuan Umat
Sementara Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mahfud MD mengajak seluruh anak bangsa untuk tetap membawa semangat kebersamaan meski beda dukungan di Pilpres 2019.
Mahfud juga menyampaikan pesan khusus kepada seluruh komponen bangsa, khususnya Jatim, yang disebut-sebut sebagai penentu kemenangan Pilpres 2019.
Menurut Mahfud, Jatim harus menjadi contoh. Jatim ini laboratorium persatuan umat, persatuan lintas etnis, laboratorium semangat perjuangan karena kepahlawanan lahir di sini (Surabaya). Budi Utomo lahir di sini, pejuang Islam, Tjokroaminoto dan lain sebagainya, paparnya.
Sehingga, semangat kebersatuan harus dijaga, jangan sampai terpecah belah. Semangat kebersatuan yang dibawa gerakan-gerakan keagamaan di Jatim dan gerakan-gerakan kemasyarakatan, serta budaya kerukunan yang tumbuh di sini, terbuka tapi rukun, tandas Mahfud.
ยป Baca Berita Terkait Pilpres 2019
Editor : Redaksi