Disbun Jatim Genjot Produksi Tanaman Tahunan, Baru Tembakau yang Luar Biasa!

| -
Disbun Jatim Genjot Produksi Tanaman Tahunan, Baru Tembakau yang Luar Biasa!
RAKOR: Disbun Jatim menggelar Rakor peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan. | Foto: IST

BATU | Barometer Jatim – Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Timur menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan di Hotel Royal Orchid Garden, Kota Batu, Rabu (31/1/2024).

Agenda itu digelar untuk mendongkrak produksi petani, sehingga komoditas perkebunan andalan yang dihasilkan Jatim seperti tembakau, cokelat, kopi, dan kakao meningkat pada 2024.

Diketahui, komoditas tembakau pada 2023 mengalami kenaikan cukup signifikan di Jatim. Data dari Disbun Jatim pada 2023, Jatim menyumbang 43 persen produksi nasional.

“Kalau tembakau memang 2023 luar biasa, harapan kita tembakau di Jatim menjadi pioner produksi di Indonesia,” kata Kepala Disbun Jatim, Heru Suseno.

“Kita menyumbang tertinggi di Indonesia, penyumbang 43 persen nasional untuk tembakau dan akan dikembangkan terus sampai memberi keuntungan dana bagi hasil cukai,” sambungnya.

| Baca juga:

Heru menuturkan, Rakor mengundang para petani dari kabupaten di Jatim dan stakeholder terkait. Lewat Rakor tersebut, diharapkan ada pemetaan masalah dan segera bisa mencari solusi, agar petani bisa meningkatkan produksi.

“Kemudian program provinsi yang diturunkan ke kabupaten untuk tanaman tahunan yakni kopi, cokelat, kakao, dan kelapa,” jelasnya.

Salah satu program yang ditelorkan, lanjut Heru, yakni "Gemilang" hasil kerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB). Kerja sama itu bertujuan memberikan support kepada petani, agar tanaman yang dihasilkan bisa meningkat produksinya melalui pemberian benih unggul, pemupukan, dan penambahan lahan produksi.

“Kita bekerja sama dengan UB, kerja sama dengan petani kopi dan kakao yakni Gemilang. Bagaimana produksi kopi bertambah dengan rehabilitasi, penambahan lahan, dan intesifikasi dengan penambahan pupuk,” katanya.

Kelangkaan Pupuk

Heru mengidentifikasi, ada beberapa kendala yang dihadapi agar komoditas perkebunan di Jatim meningkat. Di antaranya berkurangnya lahan-lahan subur karena beralih fungsi dan kelangkaan pupuk yang dialami petani. Kondisi itu membuat petani mengalami kesulitan untuk menggenjot produksi mereka.

“Lahannya semakin sempit, lahan-lahan subur berkurang dan itu mengurangi hasil produksi petani. Belum lagi kalau mislkan ada permasalahan di pengolahan. Setiap tumbuh harus ada pupuk. Persoalan luar biasa, karena stiap tahun persoalan petani lagi-lagi dihadapkan dengan mahalnya harga pupuk,” katanya.

Masalah lain, kata Heru, yang dialami petani adalah adanya hama yang sering menyerang tanaman petani. Dia mencontohkan, hama uret yang menyerang tanaman tebu di berbagai daerah, sehingga memengaruhi hasil produksi petani.

| Baca juga:

“Uret itu menyerang di berbagai daerah, terutama di Kediri, Lumajang, Probolinggo, Tulungagung dan ini masalah klasik yang dihadapi bertahun-tahun,” jelasnya.

Untuk mencegah serangan hama uret tersebut, pihaknya sudah mempesiapkan benih unggul dan mengimbau para petani untuk menggunakannya. Dengan benih yang tahan penyakit dan bagus, maka produksi petani bisa terdongkrak naik dan maksimal.

“Oleh karena itu kita harus pinter-pinter, syukur kalau sudah ketemu bibit unggul tahan penyakit. Kalau benih tidak bersertifikat itu ilegal, tetapi memang kalau legal dibeli mahal. Tetapi saya yakin akan menghasilkan yang bagus,” jelas Penjabat (Pj) Bupati Tulungagung tersebut.

Kualitas Benih

KERJA SAMA: Disbun Jatim kerja sama untuk tingkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan. | Foto: IST

Heru menambahkan, pihaknya sudah mulai mengembangkan benih bersertifikat unggul di beberapa daerah di Jatim. Di antaranya benih kopi di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang dan benih tebu di Kabupaten Jombang.

“Kami mengembangkan benih, saat ini benih kopi dan tebu. Kita punya di Lumajang ada kebun benih dengan kualitas yang sangat bagus. Kemudian tebu juga punya di kabupaten Jombang,” jelasnya.

Selain peningkatan kualitas benih, langkah lain yang dilakukan adalah mengimbau agar petani menggunakan pupuk organik. Langkah itu bisa dijadikan alternatif lain, agar petani tidak kebingungan ketika pupuk kimia langkah dan mahal.

“Kalau misalnya kita demplot dengan menggunakan pupuk prganik saja, bisa belajar dengan teman-teman UB atau Puslitkoka,” tambahnya.

| Baca juga:

Dijelaskan Heru, pihaknya selama ini memang mengalami kendala untuk berkoordinasi dengan kabupaten/kota dalam rangka mendongkrak produksi perkebunan. Salah satunya adalah karena masih terbatasnya tenaga yang menangani perkebunan.

“Pada saat sinkronisasi kita cocokkan, antara produksi tembakau, kopi, cokelat, cengkeh ini menjadi sebuat kesatuan di Jatim. Kita tidak bisa bekerja sendiri karena butuh bantuan petani dan dinas di kabupaten/kota untuk mengembangkan perkebunan di Jatim,” tegasnya.

Disbun Jatim, tandas Heru, juga memberikan berbagai macam bantuan kepada para petani agar hasil tanaman perkebunan mereka meningkat. Di antaranya bantuan alat pertanian, pupuk, benih, dan pengolahan pasca panen.

“2024 ini ada beberapa kabupaten yang akan kita support dengan bantuan kita baik berupa pupuk benih sama alat, ada beberapa alat yang kita bantukan. Ada kegiatan untuk penambahan dan rehabilitasi tanaman tidak produksi bagus kita remajakan, kemudian pasca panen kita bantu penanganan di kopi dan kakao,” pungkasnya.{*}

| Baca berita Pemprov Jatim. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.