Ternyata Video Bocah Jualan Peyek Sambil Merangkak di Surabaya Sengaja Dibuat, Sang Ibu Tak Berani Melihat: Nangis Saya!
SURABAYA, Barometer Jatim – Cyntya Afrianti Amala (17 tahun), bocah warga Kendangsari Gang 7 Sekolahan Surabaya yang videonya viral di TikTok blakblakan kalau video tersebut sengaja dibuat orang yang mengaku dari komunitas sosial. Bahkan ibunya, Sumiyati (47) sampai sekarang tak berani melihat karena menilai berlebihan.
Pengakuan itu disampaikan Cyntya saat menerima kunjungan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Surabaya, Erna Purnawati bersama Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) M Fikser di rumahnya, Rabu (19/7/2023) malam.
Kedua pejabat yang mewakili Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi itu datang didampingi Camat Tenggilis Mejoyo, Wawan Windarto dan Lurah Kendangsari, Wisnu Wibowo. Keduanya datang ke rumah keluarga Cyntya untuk memberikan perhatian dan solusi permasalahan sosial warganya.
Cyntya mengaku, video diambil sekitar Maret 2023 di kawasan RSUD dr Soetomo Surabaya oleh orang yang mengaku dari komunitas sosial.
"Video itu sudah lama bulan Maret 2023 di Jalan Petojo, dekat kawasan RSUD dr Soetomo Surabaya," katanya.
| Baca juga:
- Andai Eri Cahyadi Naik Level ke Pilgub Jatim, 3 Kader PDIP Ini Dinilai Layak Maju Wali Kota Surabaya
- Siswa dan Orang Tua Jangan Cemas dengan MPLS, Eri Cahyadi Jamin di Surabaya Tidak Ada Perpeloncoan!
Menurutnya, komunitas itu menawarkan untuk membantu keluarga Cyntya dengan cara memviral melalui media sosial agar mendapat simpati dan bantuan dari masyarakat.
"Awalnya ditawari, katanya biar banyak orang yang donasi, bantu," ujar perempuan yang memiliki keterbatasan pada kedua kakinya itu.
Dalam video yang beredar, Cyntya terlihat berjalan merangkak di pinggir jalan raya sembari berjualan peyek yang dikalungkan di lehernya.
"Sedih banget liat anak itu jual peyek, nyeret badannya, kakinya sampe lecet berdarah," bunyi narasi dalam video yang diunggah akun TikTok @kisahharuhariini.
| Baca juga:
- Khofifah Masih Puncaki Elektabilitas Cagub Jatim 2024, SSC: Hati-hati! 36,3% Bukan Angka Aman, Itu Alarm Bahaya
- Elektabilitas Melesat Lewati Emil Dardak, SSC: Warga Surabaya Ingin Eri Cahyadi Naik Level Jadi Gubernur Jatim!
Ibu Cyntya, Sumiyati bahkan tak berani melihat video anaknya yang dibuat seperti itu. Menurutnya, video tersebut seperti dibuat terlalu mendramatisir dan berlebihan.
"Diberitahu tetangga, saya dan Cyntya sampai sekarang tidak berani melihat videonya. Sampai segitunya, nangis saya, terlalu berlebihan. Saya minta maaf karena videonya viral, minta maaf juga kepada Pak Lurah," ujar Sumiyati.
"Memang kalau Hari Raya Idul Fitri, puasa, saya bikin peyek. Awalnya jualan di rumah sakit Nginden, karena Cyntya terapi di RSUD dr Soetomo, akhirnya coba-coba jualan di sana. Tapi kalau sekarang, saya ikut kerja cabut benang di konveksi," sambungnya.
Asli Warga Mojokerto
Sumiyati lantas bercerita, dia bersama suaminya, Andi Siswoto (49) merupakan warga asli Mojokerto. Sekitar 12 tahun yang lalu, bersama suami dan kedua anaknya memilih tinggal indekos di dekat rumah saudaranya di kawasan Kendangsari.
Meski sudah lama tinggal di Kota Pahlawan, Sumiyati enggan pindah kartu keluarga (KK) Surabaya. "Karena memang tidak punya rumah, di Surabaya ini saya ngekos, makanya saya bingung," katanya.
Ketika Cyntya ingin masuk SMA Negeri, Sumiyati berinisiatif menitipkan anaknya masuk KK budenya yang beralamat di Jalan Kendangsari Gang Lebar 102B Surabaya pada Agustus 2022. Sedangkan administrasi kependudukan Sumiyati bersama suami dan anak nomor tiga masih berstatus warga Mojokerto.
"Karena belum satu tahun masuk KK Surabaya, Cyntya tidak diterima SMA Negeri. Akhirnya itu ditawari sama Pak Lurah sekolah PKBM paket C (Januari 2023), tapi Cyntya menolak, tidak mau bersekolah. Kalau sekarang Cyntya sudah mau sekolah kejar Paket C," katanya.
| Baca juga:
- Khofifah Tetap Bersama Emil atau Berpaling ke Eri Cahyadi di Pilgub Jatim 2024? Nih Simak Hasil Survei SSC!
- Beda dengan Povinsi Lain, Ombudsman Sebut Indikasi Kecurangan PPDB SMAN di Jatim Lebih Canggih!
Seiring berjalannya waktu, Sumiyati ingin pindah KTP dan KK Surabaya karena melihat kondisi suaminya yang sakit dan membutuhkan banyak biaya pengobatan.
Akhirnya dia memutuskan pindah KK Surabaya dengan menumpang alamat saudaranya di Jalan Kendangsari Gang Lebar 102B. Setelah itu, Cyntya lantas ditarik masuk ke dalam KK Sumiyati yang diterbitkan pada 26 Juni 2023.
"Pindah Surabaya biar kalau berobat tidak jauh-jauh ke Mojokerto. Kemudian juga pindah KK Surabaya biar Cyntya bisa masuk ke sekolah negeri, karena di Surabaya ini apa-apa gratis," ungkapnya.
Pemkot Tak Tutup Mata
TAK TUTUP MATA: Pemkot Surabaya datangi keluarga Cyntya Afrianti Amala beri bantuan.| Foto: Barometerjatim.com/HPS
Sementara itu Kepala Diskominfo Surabaya, M Fikser menuturkan, Pemkot Surabaya memiliki regulasi kebijakan terkait intervensi bantuan sosial kepada warganya. Intervensi diprioritaskan bagi warga miskin yang tercatat KTP Surabaya di bawah 2021.
"Jadi yang baru menjadi warga KTP Surabaya 2021 ke atas, sementara tidak dibantu dulu. Karena memang banyak warga Surabaya yang harus diprioritaskan dulu untuk dibantu," terangnya.
Fikser juga menjelaskan, warga luar daerah yang akan pindah KK Surabaya mulai 2021 ke atas, akan diberikan surat pernyataan kesediaan untuk sementara tidak menerima bantuan dari Pemkot.
"Jadi kita memiliki regulasi seperti itu, karena juga kekuatan APBD Surabaya kan terbatas. Kita prioritas dulu warga miskin KTP Surabaya yang sudah lama, kan kasihan mereka," ucapnya.
| Baca juga:
- Miris Benar! SMP Swasta di Surabaya Ini Hanya Dapat 2 Murid Baru, 1 Mengundurkan Diri Lagi
- Elektabilitas Prabowo Babat Ganjar dan Anies, Anwar Sadad: Publik Jatim Cerdas, Tahu Sosok yang Pantas Dipilih!
Meski demikian, Fikser memastikan Wali Kota Eri tetap memberikan perhatian terhadap persoalan sosial warganya. Salah satunya dengan menginstruksikan jajarannya untuk memberikan bantuan ke keluarga Cyntya.
"Walaupun Bu Sumiyati sudah lama indekos di Surabaya, tapi administrasi kependudukannya (KK) belum satu tahun Surabaya. Meski begitu, kami (Pemkot) tidak tutup mata, tetap memberikan intervensi kepada keluarga Bu Sumiyati," jelas Fikser.
Menurutnya, dalam regulasi pindah KK atau KTP Surabaya, pihak pengampu juga memiliki tanggung jawab besar terhadap warga luar daerah yang ditanggungnya, misalnya terhadap keluarga Sumiyati tersebut.
"Artinya, pihak pengampu ini ketika menampung keluarganya dari luar daerah untuk masuk KK Surabaya, juga memiliki tanggung jawab. Baik itu memastikan kondisi sosial keluarga yang ditampungnya maupun ekonominya," bebernya.
Bantuan Tebus Ijazah SMP
Sedangkan Camat Tenggilis Mejoyo, Wawan Windarto menjelaskan, Pemkot telah memberikan sejumlah intervensi kepada keluarga Sumiyati. Salah satu intervensi berupa bantuan tebus ijazah SMP Cyntya.
"Bantuan tebus ijazah SMP Cyntya kita ajukan ke Baznas Surabaya pada November 2022. Saat kita ajukan itu, KK Cyntya masih ikut budenya di Kendangsari Surabaya," ungkapnya.
| Baca juga:
- Masih Ada 40 Perlintasan KA di Banyuwangi Tanpa Palang Pintu, Ketua Komisi D DPRD Jatim Turun Beri Solusi!
- Survei ARCI: Berkat Endorse Jokowi dan Dukungan Nahdliyin, Elektabilitas Prabowo Babat Ganjar dan Anies di Jatim!
Bahkan, Wawan menyebut, Sumiyati dan suaminya yang belum satu tahun menjadi warga Surabaya, mendapat intervensi bantuan dari Pemkot. Bentuk bantuan mulai dari intervensi BPJS Kesehatan hingga kursi roda.
"Bantuan kursi roda, kita ajukan lewat Baznas Surabaya pada Maret 2023 untuk suami Bu Sumiyati," katanya.
Tak hanya itu, Wawan menyebut, Sumiyati juga pernah ditawari Lurah Kendangsari ikut bekerja di padat karya. Sempat pula ditawari modal usaha berjualan dengan disediakan rombong. "Dulu pernah ditawari, tapi ibunya (Sumiyati) tidak mau," tandasnya.{*}
| Baca berita Pemkot Surabaya. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur