Siswa dan Orang Tua Jangan Cemas dengan MPLS, Eri Cahyadi Jamin di Surabaya Tidak Ada Perpeloncoan!

Reporter : -
Siswa dan Orang Tua Jangan Cemas dengan MPLS, Eri Cahyadi Jamin di Surabaya Tidak Ada Perpeloncoan!
BIKIN NNYAMAN: Hari pertama MPLS di salah satu SD di Surabaya, bikin siswa nyaman. | Foto: Barometerjatim.com/HPS

SURABAYA, Barometer Jatim – Sejak Senin (17/7/2023), pelajar jenjang SD-SMP baik negeri maupun swasta di Surabaya mulai memasuki Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). MPLS menjadi awal pengenalan bagi peserta didik, sebelum mereka mulai mengikuti tahun ajaran baru di sekolah.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menyampaikan, dari pantauan hari pertama kegiatan MPLS, para orang tua terutama jenjang SD, terlihat sangat antusias. Mereka banyak yang datang mengantarkan dan bahkan menunggu anak mereka di sekolah.

"Pantauan MPLS banyak orang tua yang antar anaknya. Jadi belum waktunya pulang, orang tua menunggu, mobilnya antre, mereka menunggu putranya. Sehingga kami juga ikut menjaga, seperti yang ada di SDN Kaliasin. Kalau yang lainnya SMP seperti biasa," katanya, Selasa (18/7/2023).

| Baca juga:

Eri juga memastikan tidak ada perundungan atau perpeloncoan bagi peserta didik dalam kegiatan MPLS SD-SMP di Surabaya. Bahkan, penekanan terkait hal ini sebelumnya telah disampaikannya kepada seluruh kepala sekolah jenjang SD-SMP sederajat di Kota Pahlawan.

"Di Surabaya tidak ada (perpeloncoan). Karena kita sudah sampaikan kepada seluruh kepala sekolah, ketika MPLS baru, tidak ada namanya kayak perpeloncoan atau kayak apa (perundungan)," tegas Eri.

"Tapi bagaimana dia (siswa) mengenal suasana sekolah bisa nyaman dengan teman, itu malah yang kita anjurkan. Dan itu ada penilaian dari Dinas Pendidikan yang diberikan kepada masing-masing kepala sekolah," sambungnya.

Jumlah Siswa Menurun

Di sisi lain, Eri menyatakan telah melakukan pengecekan ke sekolah negeri dan swasta terkait jumlah peserta didik yang mendaftar. Dari pengecekan, jumlah pendaftar tidak sama dengan lulusan yang ada.

"Kita kemarin lakukan cek ke sekolah-sekolah negeri dan swasta, masih banyak pendaftar, jumlah lulusannya sekian, yang daftar sekian. Jadi ada yang ke mana, kita lagi mendata. Ada yang di pondok, ada yang di mana," ungkapnya.

Eri juga menyebutkan, pada tahun ajaran baru 2023/2024 ini banyak sekolah swasta yang jumlah siswanya menurun. Jika pada tahun ajaran sebelumnya jumlah peserta didik mencapai tiga kelas, kini hanya dua setengah kelas.

"Misalnya yang awalnya tiga kelas, menjadi dua setengah kelas lebih, tidak sampai tiga. Tapi saya juga sampaikan bahwa kualitas-kualitas sekolah harus ditingkatkan. Jadi sekarang itu identik banyak ke pondok-pondok modern, banyak yang ke sana," katanya.

| Baca juga:

Eri berharap, lembaga pendidikan SD-SMP swasta di Surabaya dapat lebih meningkatkan kualitas sekolahnya. Baik itu peningkatan dari segi infrastruktur sekolah maupun tenaga pendidik.

"Saya berharap dengan kualitas yang baik, baik dari segi infrastruktur maupun guru, maka itu bisa membuka peluang agar murid masuk ke sekolah itu. Tapi sekarang trendnya berbeda, lebih banyak yang sekolah ke pondok. Jadi anaknya langsung tinggal di sana," paparnya.

Eri menilai banyak orang tua yang menitipkan anaknya ke pondok modern karena ingin membentuk karakter sang anak. Menurutnya, hal itu dilakukan karena para orang tua lebih yakin dengan sistem yang ada pendidikan agamanya dan kebangsaan.

"Mungkin kita juga akan ubah nanti sistem sekolah sambil melihat, karena kok (banyak siswa) larinya ke sana (pondok modern)," pungkasnya.{*}

| Baca berita Pemkot Surabaya. Baca tulisan terukur Adriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.