Tari dan Sajian Sego Boran Terbesar Catat Rekor MURI, Bupati Yuhronur: Ini Budaya Asli Lamongan!
LAMONGAN, Barometer Jatim – Pagelaran Kolosal Tari Boranan yang diikuti 1.569 penari dari tingkat pelajar dan Gebyar Sego Boran 4.540 porsi di Alun-Alun Kota Lamongan, Minggu (23/7/2023), membukukan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
Rekor MURI dikukuhkan lewat Piagam Penghargaan MURI Nomor 11.081-11.082/R.MURI/VII/2023 dari Ketua Umum MURI, Jaya Suprana yang diberikan perwakilan tim MURI, Sri Widayati kepada Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi.
Menurut Sri Widayati, pencatatan MURI ditujukan untuk mengapresiasi karsa dan karya superlatif yang diciptakan putra-putri Indonesia, serta sebagai sarana pencatat sejarah yang menginspirasi profesionalisme dan integritas generasi penerus bangsa.
| Baca juga:
- Pasar Online Lamongan Masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik: 3 Tahun Layani 3.598 Pelanggan, Rekrut 5.805 Pedagang
- DPRD Lamongan Setujui Raperda Pelaksanaan APBD 2022, Apresiasi WTP 7 Kali Beruntun
Sebelumnya, di Kabupaten Lamongan telah tercatat beberapa rekor MURI, di antaranya pembuatan wingko babat terbesar, bakar ikan di atas kapal terbanyak, serta pembuatan tenun ikat colet terpanjang.
"Setelah diverifikasi, dilakukan penghitungan, dan tepat dengan angka tersebut (1.569 penari dan 4.540 porsi Sego Boran),” katanya.
Sehingga, papar Sri Widayati, kegiatan ini sebagai wujud nyata dari Pemkab Lamongan dalam hal handarbeni (memiliki), hangrungkebi (mempertahankan), dan nguri-uri (merawat, menjaga, melestarikan) kebudayaan asli Lamongan.
“Mengangkat kearifan lokal dari Kabupaten Lamongan maka oleh Ketua Umum MURI, Bapak Jaya Suprana rekor MURI ini tidak hanya dicatat sebagai rekor nasional namun dikukuhkan sebagai rekor dunia," ucap Sri Widayati.
| Baca juga:
- Elektabilitas Khofifah Belum Aman, Eks Relawan: Kalau Mau Gubernur Jatim Lagi Ya Ganti Pasangan di 2024!
- Pengakuan Eks Korlap Pokmas: Beri Ijon Hibah Pokir Jatim sejak 2019, tapi Baru Tahu Mulai 2021 kalau yang Disuap Sahat!
Sementara itu Yuhrour mengatakan, nasi boran merupakan kuliner budaya asli Lamongan yang sudah berlangsung lama. Ini kemudian diekspresikan dalam bentuk tarian yang saat ini dijadikan sebagai muatan lokal, untuk bisa ditarikan oleh seluruh siswa yang ada di Lamongan.
"Seiring dengan pencapaian rekor MURI ini tentu kita akan semakin menegaskan, bahwa Lamongan ini memiliki sebuah tarian yang sudah membudaya,” kata Yuhronur.
“Tentu di dalam tarian nasi boran itu ada nilai-nilai filosofi yang merupakan nilai-nilai masyarakat Lamongan yakni kemandirian, loyal, nyaman, dan sebagainya, yang berusaha untuk ditunjukkan dalam bentuk tarian itu," sambungnya.
| Baca juga:
- Jaksa KPK Singgung Nama Zaenal Afif, Eks Pj Sekda Jatim Wahid Wahyudi: Saya Tahu tapi Tidak Kenal!
- Bursa Cawali Surabaya 2024 Mulai Menghangat, Peneliti SSC: Laila Mufidah, Cahyo, Lucy, Pantas Maju Wali Kota!
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Siti Rubikah menuturkan, kegiatan bertajuk Lamongan Menari tersebut hasil kolaborasi antara berbagai sektor (Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan) yang ditujukan untuk mengenalkan seni tradisi tari boranan kepada khalayak luas.
"Seluruh penari boran yang ada di Lamongan ini adalah pelajar yang terdiri dari tingkat SD sebanyak 400 siswa, SMP 600 siswa, SMA/SMK 400 siswa, MA-MTS-MI 169 siswa, total 1.569 penari,” katanya.
“Angka tersebut kita ambil dari semangat Hari Jadi Lamongan yang ditetapkan lahirnya di tahun 1569 masehi. Berikutnya kami juga menyajikan sejumlah 4.540 porsi sego boran yang berfilosofi dari umur Lamongan yang menginjak angka 454 tahun," terang Rubikah.{*}
| Baca berita Lamongan. Baca tulisan terukur Hamim Anwar | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur