Dua Raksasa Properti AS Sasar Proyek Mangkrak di Asia Tenggara

REPUTASI BESAR: (Dari kiri) Executive Vice President Hamsley Spear Andrew G Simon, Ken Swing, dan Hartadinata Harianto. | Foto: IST
SURABAYA, Barometerjatim.com Dua perusahaan raksasa properti di Amerika Serikat (AS), Stern Resources Group dan Swig Equities melakukan kerja sama bisnis untuk menyasar proyek-proyek mangkrak di Asia Tenggara -- termasuk Indonesia.
Kerja sama antara Stern Resources Group yang dipimpin Hartadinata Harianto dan Swig Equities yang dimiliki serta dipimpin Kent Swig sebagai konglomerat properti di AS, dilegalkan pada 2 Maret 2020.
"Kami membentuk suatu investment holding company, dengan tujuan mengakusisi dan menyelesaikan proyek-proyek menengah besar yang tidak lancar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia," terang CEO Stern Resources Grup Hartadinata Harianto, Sabtu (7/3/2020).
Stern-Swig, lanjut Hartadinata, akan mendevelop kembali secara menyeluruh dengan taktik dan strategi ala Amerika. Menurutnya, langkah ini menjadi solusi bagi proyek-proyek bermasalah untuk menghasilkan keuntungan yang menarik bagi semua pihak yang terlibat."Kolaborasi Stern-Swig ini akan menargetkan proyek-proyek real estate di Asia Tenggara yang tidak lancar, sehingga bisa dioptimalkan dan didevelop ulang," tegas Hartadinata.
Stern-Swig yang berkantor pusat di 599 Lexington Avenue, Manhattan, New York City, merupakan perusahaan pengembangan real estate yang terintegrasi secara vertikal.
Di mana prinsipalnya, memiliki rekam jejak yang terbukti dalam akuisisi dan pengembangan lebih dari Rp 42 triliun di bidang properti perumahan dan komersial di seluruh AS."Memiliki track record jelas dan membanggakan, dengan pengalaman memegang atau telah memegang posisi kepemilikan dan manajemen di beberapa gedung historis di New York City, termasuk 48 Wall Street, 44 Wall Street dan 770 Lexington Avenue," papar Hartadinata.
"Melalui perusahaan yang terafiliasi dengan Stern-Swig, prinsipal organisasi ini memegang posisi kepemilikan pada beberapa aset real estate terbaik di AS," sambungnya.
Aset tersebut, antara lain terletak di New York, termasuk Gedung Grace Building (1114 Avenue of the Americas) dan 1411 Broadway. Lalu gedung di San Francisco, di antaranya Mills Building (220 Montgomery Street) dan Russ Building (235 Montgomery Street)."Semua proyek Stern-Swig menggandeng mitra Helmsley Spear untuk mengoperasikan real estate tersebut, guna memastikan kualitas produk agar mencapai profitabilitas proyek secara maksimal," jelasnya.
Helmsley Spear adalah perusahaan real estate tertua di Amerika yang masih beroperasi, dan telah menjadi pemimpin dalam real estate komersial sejak 1866.
Helmsley Spear akan memberikan kinerja yang sangat profesional dan memberikan keuntungan maksimal untuk proyek-proyek yang ditangani.Selain itu akan mengawasi semua aspek proyek Stern-Swig termasuk akuisisi, pengembangan proyek, kegiatan pasar modal, manajemen konstruksi, penjualan dan penyewaan, marketing, dan manajemen properti.
Kendati demikian, sebenarnya Stern-Swig sudah berkolaborasi di AS sejak 2016. Soal alasan untuk membuat anak perusahan secara formal baru terealisasi pada 2 Maret 2020 karena melihat berbagai faktor pendukung."Salah satunya, karena banyak sekali peluang untuk mengakuisisi dan develop ulang real estate proyek yang sedang bermasalah, baik secara operasional maupun finansial," ucap Hartadinata.
Investasi 100 Juta Dolar AS
GARAPAN RAKSASA PROPERTI: Gedung 599 Lexington Ave, Menhattan, New York. | Foto: IST GARAPAN RAKSASA PROPERTI: Gedung 599 Lexington Ave, Menhattan, New York. | Foto: IST
Saat ini, Stern-Swig sedang dalam tahap akhir menuju kolaborasi dengan sejumlah pengembang lokal di kota-kota besar di seluruh Indonesia, termasuk Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Bali.
Di Indonesia, kolaborasi lintas perusahaan properti raksasa ini menargetkan tujuh proyek terealisasi dengan total nilai investasi 100 juta dolar AS hingga akhir tahun nanti.
Sedangkan dalam tahap awal, Stern-Swig melakukan penjajakan berbagai proyek di Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang telah difasilitasi oleh pemerintah dengan developer lokal di negara masing-masing.
Sementara di tengah kondisi global dampak dari penyebaran virus Corona, Harta berharap agar cepat teratasi supaya tidak mengganggu iklim investasi."Kalau virus Corona masih tidak terkendali pasti semua lini bisnis akan terhambat, termasuk kami," tandasnya.
» Baca Berita Terkait Investasi