Penularan Tinggi Kota yang Dipimpin Risma Bisa Jadi Wuhan

PENULARAN TINGGI: Hasil razia Polrestabes saat PSBB jilid pertama. Inset: Dokter Joni. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
SURABAYA, Barometerjatim.com Penularan virus Corona (Covid-19) di Kota Surabaya bukan lagi mengejutkan, tapi bisa jadi sudah pada tingkat mengerikan!
Bahkan, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi menyebut, kota yang dipimpin Wali Kota Tri Rismaharini alias Risma itu bisa menjadi seperti Wuhan, China.
"Ini tidak main-main. Kalau kita tidak hati-hati, maka Surabaya bisa menjadi Wuhan. Hati-hati betul, harus tepat betul penanganannya," tegas Joni di Surabaya, Rabu (27/5/2020).
Kewaspadaan tersebut disampaikan Joni, mengingat dalam hitungan para ahli secara epidemiologis, transmission rate di Surabaya sudah mencapai 1,6."Artinya, kalau ada 10 orang dalam waktu satu minggu jadi 16 orang. Ini luar biasa penularannya, luar biasa di Surabaya," tandas dokter yang juga Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya tersebut.
Merujuk data terakhir, dari 4.112 kasus pasien positif Covid-19 di Jatim, 2.216 di antaranya dari Surabaya, disusul Kabupaten Sidoarjo (565 kasus) dan Kabupaten Gresik (153 kasus).
"Ini sudah tidak bisa main-main lagi, Surabaya khususnya. Grafik terakhir menunjukkan, 64 persen lebih masalah Covid-19 itu ada di Surabaya Raya," bebernya.Karena itu, lanjut Joni, kebijakan yang diterapkan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa yakni harus menjalankan 3T (Test, Tracing and Treatment).
"Tes masif sedang kita jalankan. Hari kita ngundang dan dibantu oleh Gugus Tugas pusat. Ada dua mobil PCR, satu sudah datang, satunya besok. Mobil PCR ini kita sebar di rumah sakit untuk melakukan tes PCR langsung," paparnya.
Lewat mobil PCR tersebut ditargetkan 500-an bisa di-tes, dan akan lebih banyak kalau dua mobil. Tes dilakukan di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), RS Haji dan RS darurat. Selain dari segi testing, sejumlah laboratorium sudah pula dikembangkan.Selain itu, Gugus Tugas Jatim mendapat bantuan dari Gugus Tugas pusat berupa PCR yang ekstraksinya bisa cepat. Rencananya akan ditempatkan di RSUD dr Soetomo dan Balai Latihan Kerja (BLK) yang menjadi tempat isolasi.
"Tujuannya apa, supaya testingnya masif. Setelah testingnya masif, maka harus diikuti isolasi. Siapa-siapa yang positif diisolasi," kata Joni.
Pengelompokan Pasien
Secara klinis, tambah Joni, juga dilakukan pengelompokan pasien sesuai dengan pedoman ringan, sedang dan berat. Kalau RSUD dr Soetomo terisi pasien ringan dan sedang, nanti tidak bisa konsentrasi pada pasien berat. Padahal pasien berat memerlukan penanganan lebih komprehensif.
"Pasien yang sedang dan ringan, oleh Ibu Gubernur kami diperintahkan untuk membuat RS darurat. RS sudah jadi, insyaallah hari ini bisa operasional kalau tidak ada kendala yang major," katanya.
Di RS darurat, untuk sementara sudah disiapkan 48 bed dan hari ini ditambah lagi 50 bed. Bahkan di bagian belakang bisa ditambah 200-500 bed."Tujuannya untuk pasien yang ringan dan sedang, sehingga Soetomo, RSUA sebagai RS rujukan hanya merawat yang sedang sampai berat. Konsentrasi di pasien sedang dan berat itu memerlukan penanganan yang super spesialis," jelasnya.
ยป Baca Berita Terkait Wabah Corona, PSBB