Pengangguran Terbesar di Jatim, Khofifah: Justru Lulusan SMK


SIDOARJO, Barometerjatim.com Gubernur Jatim terpilih 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa mengungkap pengangguran terbesar di Jatim justru dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Kenapa? Rupanya 55 persen SMK di Jatim belum punya tempat praktik atau laboratorium. Itulah yang kita masukkan di dalam APBD 2019 dan sudah masuk. Terima kasih Pakde Karwo sudah mengakomodir itu," kata Khofifah di Sidoarjo, Rabu (30/1).
Tapi, lanjut Khofifah, "Itu enggak cukup! Maka saya meminta ke beberapa Dubes, saya bilang begini: Apakah mereka akan membantu SMK-SMK pioner dengan tempat-tempat praktik yang bisa dijadikan referensi SMK terdekat yang serumpun. Kalau wisata ya dengan wisata, sipil dengan sipil, mesin dengan mesin, kira-kira seperti itu."
Selain tempat praktik, Khofifah juga menyampaikan kemungkinan adanya exchange student (petukaran pelajar). Hal itu di antaranya sudah disampaikan ke Dubes Inggris.
"Ketika ketemu Dubes Inggris yang pertama kalinya, saya sampaikan Indonesia itu masih butuh tukang spare part pesawat, tukang ya! Kalau Inggris kan punya luar biasa, saya bilang bisa enggak?" katanya.
Soal pola, kata Khofifah, bisa dibicarakan lebih lanjut, apakah tenaga expert (ahli) yang ke Jatim atau guru-guru dari SMK yang serumpun dengan program itu kemudian diberikan training di Inggris.
Pun ketika bertemu Dubes Australia. Khofifah menyampaikan soal program life skill maupun vokasional training. "Program apa yang bisa disinergikan. Kemudian untuk UMKM kita, apa yang bisa disinergikan," katanya.
Kebetulan, lanjut Khofifah, Kedutaan Australia mempunyai program Prisma untuk poverty alifition (pengentasan kemiskinan) dan market access. "Nah, market access itu penting," tandasnya.
Dia mencontohkan di Lumajang, banyak buah-buahan yang belum mendapatkan proses finalisasi sampai downstream (hilir).
"Kalau ke Lumajang, nangka gede itu hanya Rp 50 ribu. Tapi kalau mereka mendapatkan teknologi sederhana untuk bisa dijadikan kripik beda lagi, tapi ya harus keripik yang dengan vacuum frying," ujarnya.
Dengan teknologi vacuum frying keripik yang dihasilnya bisa kering, tidak gosong, tidak pula mentah dan minyaknya tidak menetes.
"Setelah itu diapakan? Market access, akses ke pasar itu ada program dari Australia. Jadi kita mencoba membuat detail program seperti itu," jelasnya.
Jika semua sudah dikerucutkan, selanjutkan akan dibuatkan FGD (Focus Group Discussion) dari tim navigasi. "Karena kita kemarin juga rapat dengan tim navigasi yang dipimpin Mas Airlangga Pribadi (akademisi Unair Surabaya)," ucapnya.
Sebelum dilantik, Khofifah memang rajin bertemu Dubes sejumlah negara, bahkan ada yang sampai tiga kali. Sebab, mereka punya banyak program yang bisa disinergikan dengan Pemprov Jatim.
"Saya hanya meminta, bahwa kita membutuhkan strong partnership, pemetaan-pemetaan tolong kami dikomunikasikan, supaya nyambung dengan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Pemprov yang akan datang," katanya.
Strong Partnership
Soal kebutuhan koordinasi di Jatim, Khofifah menyebut, pertama, membangu strong partnership dengan Pemkab dan Pemkot. Kedua, dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
"Ketika kita menyiapkan RPJMD, kita melihat RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) , maka koordinasi dengan Bappenas ini harus clear," katanya.
Apalagi ada pasal di Undang-Undang (UU) No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, RPJMD dan RPJPD sangat mungkin harus mendapatkan adjustment (pengaturan) ketika ada perubahan dari RPJMN.
Ketiga, hari ini Jatim pada posisi global village. "Nah, pada posisi ini maka partnership di antara Pemprov Jatim dengan negara-negara di dunia juga harus kita lakukan," tuntasnya.
» Baca Berita Terkait Khofifah, Pemprov Jatim