Warga Muslimat NU Digiring ke Prabowo-Gibran, Bawa-bawa Tuhan Agar Ikut Pilihan Khofifah!

-
Warga Muslimat NU Digiring ke Prabowo-Gibran, Bawa-bawa Tuhan Agar Ikut Pilihan Khofifah!
2 JARI: Warga Muslimat NU Surabaya shalawatan sambil goyangkan dua jari. | Foto: IST

SURABAYA | Barometer Jatim – Pengajian Akbar Harlah ke-78 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar PC Muslimat NU Surabaya di Islamic Center Surabaya, Jumat (26/1/2024), menjadi ajang penggiringan warga Muslimat NU untuk mengikuti pilihan Ketua Umumnya, Khofifah Indar Parawansa di Pilpres 2024.

Hal itu dilakukan Ketua PW Muslimat NU Jawa Timur, Masruroh Wahid. Semula, dia mengajak warganya agar pada 14 Februari 2024 menggunakan hak pilih atau hak demokrasi, lalu menekankan untuk memilih pemimpin terbaik.

“Siapa yang dipilih? Ikut Khofifah! Siapa yang dipilih? Ikut Gus Miftah! Siapa yang dipilih? Ikut Kiai Asep (Saifuddin Chalim)! Betul? Insyaallah Indonesia damai, Indonesia jadi baldatun toyyibatun warobbun ghofur,” katanya.

| Baca juga:

Pengajian akbar ini juga dihadiri Khofifah, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Amanatul Ummah KH Asep Saifuddin Chalim, dan pendakwah Gus Miftah sebagai pengisi ceramah.

“Kurang cuma 20 hari. Saya jelas ikut Bu Khofifah! Panjenengan semua? Karena kalau tidak ikut, nanti tidak akan ketemu di hadapan Allah Swt,” tandas Masruroh, sembari memperkuat ajakannya dengan mengutip Al Qur’an Surat Az-Zumar Ayat 73 yang intinya menerangkan bahwa orang-orang bertakwa diantar ke dalam surga secara berombongan.

Diketahui, Khofifah merupakan pendukung Capres-Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Perempuan yang juga Gubernur Jawa Timur itu bahkan masuk di jajaran Tim Kampanye Nasional (TKN).

| Baca juga:

Sementara itu terkait Harlah Muslimat NU yang diduga untuk ajang pemenangan Prabowo-Gibran karena digelar pada Januari, Khofifah menjelaskan tidak ada yang dibikin berubah karena memang masih masa Harlah.

"Kawan-kawan (wartawan) dari awal saya menyampaikan,  dari 12 Rabiul Akhir kalau pakai hijriah sampai 29 Maret kalau pakai masehi, itu memang masa harlah. Jadi ndak ada sesuatu yang dibikin berubah, karena memang tergantung mau pakai masehi atau hijriah," kata Khofifah.

"Ini sebetulnya kalau kita mau ambil Januari itu di tengah-tengahnya antara hijriah dengan masehi di tahun ini, karena hijriah itu kan mundur 12 hari tiap tahunnya," imbuhnya.{*}

| Baca berita Pilpres 2024. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.