Wasekjen PBNU Sebut Siapa pun Capres Pasti Kalah jika Cawapresnya Cak Imin, Gus Hans: Genit! Gus Yahya Harus Beri Teguran

Reporter : -
Wasekjen PBNU Sebut Siapa pun Capres Pasti Kalah jika Cawapresnya Cak Imin, Gus Hans: Genit! Gus Yahya Harus Beri Teguran
JAGA MARWAH PBNU: Gus Hans, pengurus PBNU tak perlu cawe-cawe politik praktis pencapresan. | Foto: Barometerjatim.com/DOK

SURABAYA, Barometer Jatim – Tokoh Muda Nahdlatul Ulama (NU), KH Zahrul Azhar Asumta meminta Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menegur Wakil Sekjen PBNU, Sulaiman Tanjung karena sudah menyeret jamiyah ke ranah politik praktis terkait pencapresan. 

“Menurut saya, Ketum PBNU harusnya memberikan teguran kepada para pengurusnya yang masih genit,” kata kiai muda Pengasuh Pondok Pesantren Queen Al Azhar Darul Ulum Jombang yang akrab disapa Gus Hans tersebut di Surabaya, Jumat (1/9/2023).

“Baik genit untuk terlibat secara langsung dengan menggunakan nama PBNU, sekadar memberikan statemen yang juga mengatasnamakan NU, atau selaku pribadi yang kebetulan saja dia sedang menjabat sebagai pengurus PBNU,” sambungnya.

Sebelumnya, Minggu (27/8/2023), Sulaiman Tanjung dalam keterangannya menilai siapa pun Capres yang menggandeng Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai Cawapres pada Pilpres 2024 akan kalah.

"Siapa pun Capresnya akan kalah jika Wapresnya Muhaimin. Teorinya sederhana, wong PKB saja tidak bertanggung jawab akan rating ketua umumnya," katanya.

| Baca juga:

Pendapat Sulaiman itu berdasarkan pada hasil survei Litbang Kompas. Menurutnya, pemilih PKB enggan memilih Muhaimin sebagai Capres ataupun Cawapres. Padahal survei PKB mencapai 7%, sedangkan elektabilitas Muhaimin hanya 0,4%.

“Jadi Gus Yahya itu tidak pernah mempermasalahkan PKB. Hanya yang beliau sesalkan itu ternyata pemilih PKB sendiri ogah sama Muhaimin. Ini kan fakta, survei Kompas PKB 7n Muhaimin hanya 0,4%, kan jomplang,” katanya.

Dengan elektabilitas Muhaimin yang jauh di bawah PKB, bisa diartikan Cak Imin tak punya pengaruh. "Kami enggak habis pikir bagaimana PKB bertanggung jawab pada pemenangan Capres, sedangkan pada ranting-nya Muhaimin saja tidak bertanggung jawab,” ujarnya.

Survei, tandas Sulaiman, juga menyebutkan suara warga NU terbagi merata di semua partai politik. Bahkan Nahdiyin lebih banyak mencoblos PDIP, Gerindra, Golkar, baru PKB di urutan ke empat.

“Jadi NU itu tidak hanya milik PKB. Buktinya yang paling banyak dipilih warga NU adalah PDIP, bukan PKB. Jadi PBNU akan tetap menjaga jarak dengan semua partai politik, tidak ada perlakuan istimewa,” ucapnya.

Jangan Gradasi Posisi PBNU

Bagi Gus Hans, seyogianya semua elite di PBNU bisa menahan diri untuk berbicara tentang politik praktis yang sedang berproses sekarang ini. Bisa menjaga marwah PBNU, serta menjaga konsistensi dari apa yang disampaikan Gus Yahya yang tidak mau melibatkan NU di dalam pencapresan.

“Karena belum tentu semua masyarakat bisa memisahkan atau memilahkan, antara pendapat pribadi dan juga dia sebagai pengurus PBNU,” katanya.

| Baca juga:

“Kalau melihat seperti ini, terkesan jadi seakan kasihan Ketum PBNU yang hanya jalan sendiri dengan ide-ide besarnya, yaitu membawa NU lebih bermarwah dan posisinya lebih tinggi. Jangan digradasi posisi PBNU dengan hal-hal seperti ini,” tandasnya.

Terlebih, kata Gus Hans, politik PBNU adalah politik kebangsaan, bukan politik suka dan tidak suka. “Walaupun itu sudah menjadi rahasia umum tentang posisi ini, tapi kan tidak perlu sampai muncul di media,” pungkasnya.{*}

| Baca berita Pilpres 2024. Baca tulisan terukur Roy Hasibuan | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.