Calon Ketum IKA Unair, Ksatria Airlangga Ogah Dukung Khofifah

-
Calon Ketum IKA Unair, Ksatria Airlangga Ogah Dukung Khofifah
TAK DUKUNG KHOFIFAH: Teguh Prihandoko, sarankan Khofifah lebih baik urusi Covid-19 dan Jatim. | Foto: Barometerjatim.com/IST SURABAYA, Barometerjatim.com - Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menyatakan maju dan ditetapkan sebagai calon ketua umum Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA Unair) Surabaya periode 2021-2025. Khofifah yang lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair 1984, akan bersaing dengan tujuh kandidat lainnya lewat arena Kongres X di Airlangga Convention Center, Sabtu, 3 Juli 2021. Namun tidak semua elemen alumni Unair mendukung Khofifah. Salah satunya yakni komunitas Kstaria Airlangga yang diketuai Teguh Prihandoko. "Janganlah Bu Khofifah, eman!" katanya kepada Barometerjatim.com, Minggu (20/6/2021). "Lebih baik Bu Khofifah fokus pada pemerintahan, fokus selesaikan pendemi Covid-19, ndandani (benahi) ekonomi yang berantakan gara-gara pandemi ini, menata pemerintahan lagi yang baik. Itu alasan kami tidak mendukung Bu Khofifah," tandasnya. Selain itu, hubungan antardaerah juga perlu dibangun kembali akibat penyekatan untuk mencegah penularan Covid-19. Dia mencontohkan perusakan pos penyekatan di kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya. "Ini daerah kan harus ditata betul. Saat penyekatan kisruh kemarin, itu kan jangan dibiarkan wali kotanya sendirian. Fokus, fokus, fokus, dan fokus!" ucap Teguh. Tanpa jadi ketua umum IKA Unair pun, tegas Teguh yang lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair 1985, kalau kinerja Khofifah bagus, fokus, tentu akan didukung untuk misalkan maju lagi di Pilgub Jatim atau running di Pilpres 2024. "Pasti kita akan dukung, Bu Khofifah kan alumni kita. Tapi dampaknya kalau Bu Khofifah jadi pengurus, kemudian ada jeleknya kayak pesta ulang tahun gitu, kan yo isin (bikin malu) dari segi alumni. Jadi enggak enaklah, enggak bisa bebas," paparnya. Terlebih pemilihan Ketum IKA Unair adalah arena pertarungan. "Lha kalau Bu Khofifah kalah, kan tambah isin maneh (lebih malu lagi). Makanya sesama alumni kita jaga," ujar Teguh. "Kalau sekarang saya jadi gubernur, kalau kalah, kan malu! Gimana caranya menang kan? Kalau kalah tambah patah, kalau menang tendensinya jelek juga," sambungnya. Bukankah Khofifah diminta maju, sehingga mau menandatangani surat pernyataan di detik-detik akhir pendaftaran? "Sejak awal itu sudah ada yang meminta, enggak mau. Mintanya aklamasi dan anak-anak FISIP pun enggak mau kalau aklamasi, iki wis gak wayahe aklamasi ini gitu lho," ungkap Teguh. "Karena enggak mau, enggak ada respons, akhirnya anak-anak FISIP kemudian mencalonkan yang lain, maka terus muncul Dimas Oky Nugroho (alumnus FISIP Unair 1996)," beber mantan Dirut Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Surabaya itu. Teguh juga menegaskan, Ksatria Ailangga tidak mendukung Khofifah bukan berarti karena ada calon yang dijagokan. Menurutnya, kapasitas delapan calon yang ditetapkan hebat semua. "Jagonya siapa sajalah, tapi jangan Bu Khofifah. Nanti di birokrasi juga repot, saling sungkan. Kalau bisa calon juga jangan dari partai politik, karena dimungkinkan untuk kendaraan politik," katanya. Meski demikian, Ksatria Airlangga tetap menghargai hak Khofifah untuk maju, termasuk tujuh calon lainnya dengan berbagai latar belakang yang dimiliki. "Saya bangga karena delapan orang ini tokoh hebat semua. Baru kali ini kan kantestasinya begitu ramai, tetapi ya itu kalau Bu Khofifah kita melihat sisi-sisi itu saja (lebih baik fokus urusi Covid-19 dan Jatim), eman gitu lho," tuntasnya. ยป Baca Berita Terkait Unair