Bacawali Bawa Nama Keluarga, Gerindra: Enggak Ngefek Bos

Reporter : barometerjatim.com -
Bacawali Bawa Nama Keluarga, Gerindra: Enggak Ngefek Bos

MASUK BURSA: Lia Istifhama dan Firman Syah Ali (kiri), keponakan Khofifah dan Mahfud MD masuk bursa Pilwali Surabaya. | Foto: IST

SURABAYA, Barometerjatim.com Makin ramai saja kandidat di bursa Pilwali Surabaya 2020. Terbaru, muncul nama Lia Istifhama (keponakan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa) dan Firman Syah Ali (keponakan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD).

Bahkan Lia terbilang aktif 'gerilya' mencari dukungan, termasuk menghadiri acara yang digelar Komunitas Milenial Peduli Indonesia (Kompi) Surabaya, Jumat (23/8/2019).

Kompi memang rajin memberi panggung untuk para kandidat. Sebelum Lia Istifhama, mereka telah mengundang kandidat lainnya yang Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Eri Cahyadi, Jumat (5/7/2019).

Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jatim bidang Hukum, Abdul Malik menyambut baik munculnya nama Lia dan Firman karena membuat masyarakat Surabaya makin banyak pilihan.

Namun dia juga mewanti-wanti keduanya, agar tidak membawa nama kedua tokoh besar tersebut -- meski masih keluarganya -- karena justru bisa dinilai masyarakat tidak percaya diri.

"(Kalau sampai membawa nama keluarga) itu namanya tidak pede (percaya diri). Saya pastikan dia ndak mungkin jadi wali kota," kata Malik pada wartawan di Surabaya, Senin (26/8/2019).

"Orang jadi wali kota ndak perlu menyebut nama-nama itu (keluarganya) karena dengan sendirinya orang akan tahu, yang penting kerjanya di bawah," sambungnya.

Malik melanjutkan, wali kota dipilih masyarakat, bukan karena dia keponakan tokoh atau pejabat tertentu. "Keponakan siapapun kalau dia enggak bekerja buat apa," ucapnya.

"Apakah dengan dia mengakui sebagai keponakan Khofifah atau Mahfud otomatis jadi wali kota, ya ndak mungkin," tandasnya.

Terlebih masyarakat Surabaya sangat rasional, yang lebih melihat segala sesuatunya pada kinerja calon tanpa melihat siapa keluarganya.

"Ndak ngefek. Yang ngefek itu kalau dia bekerja, sosialisasi di bawah, nanti yang memilih itu masyarakat. Tapi kalau misalnya dia ngomong keponakan Khofifah, Mahfud dan lainnya, enggak ngefek bos!" katanya.

Jangan Cari Popularitas

Malik berharap, ajang Pilwali Surabaya 2020 tak sekadar dijadikan untuk mencari popularitas. Tapi kandidat harus serius dalam menjaring suara pemilih lewat sosialisasi dan kerja nyata.

"Sosialisasi terus ke bawah, nanti masyarakat akan tahu dan partai politik di Jatim akan membaca. Ada polling sendiri Parpol itu, siapa dari orang-orang ini yang akan diambil. Kecuali kalau maju lewat jalur independen," jelasnya.

Sementara Lia dalam beberapa kesempatan menegaskan, meski masih dalam hubungan keluarga, langkah politiknya tidak ada campur tangan Khofifah.

Hal sama disampaikan Firman. "Kami meneladani semangat dan jiwa kepemimpinan Bu Khofifah dan Pak Mahfud," katanya.

ยป Baca Berita Terkait Pilwali Surabaya

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.