PKB Jatim: NU Kerdil Kalau Hanya Dilekatkan dengan Politik

Reporter : barometerjatim.com -
PKB Jatim: NU Kerdil Kalau Hanya Dilekatkan dengan Politik

JANGAN MELULU POLITIK: Fauzan Fuadi, sangat kerdil kalau NU hanya dilekatkan dengan tema politik. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS

SURABAYA, Barometerjatim.com - Bertempat di Grha GD Surabaya, Kamis (25/11/2021), DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jatim menggelar diskusi bertajuk "Refleksi Menuju 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU)".

Diskusi dibuka Sekretaris DPW PKB Jatim, Anik Maslachah dengan menghadirkan dua nara sumber yakni Wakil Koordinator Kopertais IV Surabaya, Syaeful Bahar dan Ketua NU Care-Lazisnu Jatim, Afif Amrullah.

Panitia Pelaksana Diskusi yang juga Bendahara DPW PKB Jatim, Fauzan Fuadi menuturkan, diskusi digelar untuk mengangkat pemikiran apa manfaat yang bisa diberikan NU secara keseluruhan kepada masyarakat sesuai tujuan awal jamiyah ini didirikan.

"Agar ketika kita diberi tema tentang ke-NU-an, itu yang kita ketengahkan tidak melulu pada tema-tema politik," ujar politikus yang juga ketua Fraksi PKB DPRD Jatim tersebut.

Sebab, tandas Fauzan, NU lahir, tumbuh, dan memiliki sumbangsih yang begitu besar terhadap keberlangsungan negara tidak hanya dengan indikator menempatkan kadernya di pemerintahan, tapi sektor lain juga menuntut peran serta NU dan kadernya untuk berkontribusi.

"Jadi sebetulnya, kan sangat kerdil NU kalau dilekatkan saja dengan tema-tema politik. Meskipun tidak kita pungkiri, bahwa keberadaan NU dalam sejarahnya pernah juga menjadi partai politik ketika awal-awal Pemilu dahulu," paparnya.

Bangga Jadi Warga NU

SATU ABAD NU: Anik Maslachah, diskusi PKB Jatim refleksi menuju satu abad Nahdlatul Ulama. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HSSATU ABAD NU: Anik Maslachah, diskusi PKB Jatim refleksi menuju satu abad Nahdlatul Ulama. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS SATU ABAD NU: Anik Maslachah, diskusi PKB Jatim refleksi menuju satu abad Nahdlatul Ulama. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS

Anik Maslachah menambahkan, diskusi terkait menuju 1 abad NU ini tak hanya digelar PKB Jatim, tapi juga serentak digelar DPP PKB dan seluruh DPW PKB se-Indonesia dengan tema berbeda-beda.

"Ini menunjukkan, bahwa ada keinginan besar kita selaku kader NU bagaimana eksistensi organisasi ini bisa benar-benar menjadikan untuk manfaat dengan penuh keberkahan," katanya.

Karena itu, Anik mengajak peserta diskusi untuk menanamkan dua hal. Pertama, bangga sebagai Islam Ahlussunah wal Jamaah yang bergerak di NU. Kedua, mempunyai mimpi besar yang sama.

Mengapa harus bangga sebagai warga NU? Menurut Anik, menilik sejarah NU tidak hanya besar dari sisi kuantitas. Hal itu bisa dilihat dari hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSI) edisi 2019 bahwa dari populasi Islam di Indonesia 49,5% di antaranya warga NU, sementara Muhammadiyah 4,3%.

"Tidak hanya pada sisi kuantitas, tapi pada sisi kualitas ketika kita melihat sejarah bahwa awal lahirnya NU adalah sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah," kata perempuan yang juga wakil ketua DPRD Jatim tersebut.

Makanya, motivasi NU lahir tidak lain sebagai kebangkitan dan kesadaran beragama serta bernegara. Ini diwujudkan dengan bentuk memenuhi kepentingan dan menjawab tantangan, baik secara nasional, dunia, maupun agama.

Karenanya kemudian, tandas Anik, NU hadir tidak lebih sebagai upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan dan Ahlussunah wal Jamah.

"Jadi bagaimana kemudian itu menjadi karakter, motivasi, gerakan, keyakinan warga Nahdliyin untuk berjuang di berbagai lini kehidupan," pungkas Anik.

ยป Baca Berita Terkait PKB, NU

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.