Wujudkan Surabaya Merdeka dari Stunting di 2023 Eri Cahyadi Gandeng FK Unair, Catat! Saat Ini Masih Tersisa 651 Balita

Reporter : -
Wujudkan Surabaya Merdeka dari Stunting di 2023 Eri Cahyadi Gandeng FK Unair, Catat! Saat Ini Masih Tersisa 651 Balita
ZERO STUNTING: Eri Cahyadi gandeng FK Unair wujudkan zero stunting di 2023. | Foto: Barometerjatim.com/HPS

SURABAYA, Barometer Jatim – Hingga 30 Juni 2023, angka stunting di Surabaya masih tersisa 651 balita. Demi target mewujudkan target tahun ini Kota Pahlawan zero stunting, Wali Kota Eri Cahyadi berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair).

“Saya selalu katakan, Pemkot tidak bisa berjalan sendiri. Pemkot memiliki perguruan tinggi yang luar biasa, sangat hebat, Fakultas Kedokteran Unair,” katanya, Selasa (8/7/2023).

Eri membahas kerja sama tersebut dengan Dekan FK Unair, Prof Budi Santoso. Targetnya tidak hanya ingin Surabaya zero stunting, tapi juga zero gizi buruk serta zero angka kematian ibu dan anak.

Dalam pertemuan, Prof Budi menyampaikan siap mengerahkan dokter muda hingga mahasiswa di FK Unair untuk membantu penanganan stunting di Surabaya. Hal itu membuat Eri semakin yakin permasalahan stunting pada 2023 dapat cepat tertangani lebih baik lagi.

“Ketika beliau menyampaikan tadi, maka muncul semangat baru, muncul keyakinan baru. Maka insyaallah di tahun ini kita bisa melewati itu semuanya,” ujarnya.

| Baca juga:

Eri menjelaskan, sebenarnya program kerja sama ini sudah ada yang berjalan di beberapa titik. Namun pada Agustus 2023 ini akan digeber lagi agar target zero stunting, gizi buruk, hingga angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan secara maksimal.

Beberapa pelayanan yang akan diterapkan di lapangan di antaranya layanan dasar Ultrasonografi (USG) untuk mencegah angka kematian ibu dan anak, pendampingan oleh dokter anak, hingga pendampingan mahasiswa FK Unair dengan cara home visit (kunjungan ke rumah) atau melalui Balai RW.

“Insyaallah bulan Agustus ini, kalau memungkinkan ya (digerakkan serentak) sebelum 17 Agustus. Karena 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan, maka juga harus merdeka dari stunting, kemiskinan, angka kematian ibu dan anak bisa terwujud di Surabaya,” ungkap Eri.

Eri menerangkan, pada 2021 kasus stunting di Surabaya menurun 28,9% (6.772 balita), kemudian di 2022 turun lagi menjadi 4,8% (923 balita) sehingga menjadi kota yang terendah kasus stuntingnya di Indonesia. Hingga per 30 Juni 2023 angka stunting di Surabaya tersisa 651 balita.

“Sama dengan angka kematian ibu dan anak di Surabaya, dalam hal pencegahan kita terbaik kedua di Jawa Timur, padahal sebelumnya kita yang tertinggi (angka kematian ibu dan anak).  Ini karena apa? Sinergi dengan semua stakeholder yang ada khususnya FK Unair,” terangnya.

Masuk Kurikulum FK Unair

Prof Budi menandaskan, beberapa program kerja sama antara FK Unair dengan Pemkot Surabaya sudah ada yang berjalan. Di antaranya yakni penanganan Angka Kematian Ibu (AKI) yang sudah dijalankan di 6 Puskesmas, di antaranya Puskesmas Ngagel, Pucang, Mulyorejo, dan Tenggilis Mejoyo.

Rencananya, program penanganan AKI ini akan lebih diperluas lagi. Menurut Prof Budi, dari FK Unair ada 315 mahasiswa yang dilibatkan. Agar maksimal, ke depannya FK Unair juga akan ada kolaborasi dan menggelar pelatihan untuk para mahasiswa kedokteran dari berbagai universitas di Surabaya.

“Sebenarnya sudah digerakkan oleh Pak Wali setahun atau dua tahun lalu, melibatkan fakultas-fakultas kedokteran, namun berjalan sendiri-sendiri. Mungkin kita akan melakukan suatu pelatihan untuk mahasiswa fakultas kedokteran Unair, Ubaya, Unusa, UMS, dan sebagainya. Sehingga materi yang dibawakan oleh mahasiswa saat pendampingan itu sama,” katanya.

| Baca juga:

Konsepnya pendampingannya, lanjut Prof Budi, yaitu para mahasiswa kedokteran itu akan mendampingi ibu hamil hingga proses melahirkan. Tujuannya, agar kondisi kesehatan ibu dan anak dapat terkontrol dan terekam, sehingga ketika proses melahirkan berjalan dengan baik.

Prof Budi menambahkan, pendampingan dan turun langsung ke lapangan ini juga akan dimasukkan ke dalam kurikulum FK Unair.

“Ini akan ada di semester II, sebagai penunjang ya, tugas yang harus dilakukan. Mereka nanti enggak akan mendapatkan kenaikan kalau tidak menyelesaikan tugasnya. Jadi, mereka juga diajari agar peduli terhadap masalah sosial di masyarakat,” pungkasnya.{*}

| Baca berita Stunting. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.