Kawal! Ini 9 Pesan Ketua PWNU Jatim untuk Gus Syafiq
Reputasi Ansor Jatim lima tahun ke depan ada di pundak Gus Syafiq. Ingat! Ekspektasi kader begitu tinggi, termasuk 9 pesan dari ketua PWNU Jatim.
PASCA terpilih sebagai Ketua PW GP Ansor Jatim, Syafiq Syauqi masih sulit dihubungi. Mungkin, kiai muda yang akrab disapa Gus Syafiq itu sedang fokus menyiapkan kepengurusan periode 2019-2023.
Ya, kepengurusan haruslah diisi orang-orang yang kompeten, berintegritas, karena seluruh kader bisa jadi sudah tidak sabar menanti gebrakan Gus Syafiq dan kepengurusannya pasca dilantik nanti --setelah hampir dua tahun Ansor Jatim tanpa ketua definitif.
Sambil menunggu gebrakan berbagai program yang dijanjikan, menarik untuk menyimak kembali "Sembilan Pesan Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar untuk Gus Syafiq" yang disampaikan saat penutupan Konferwil XIV Ansor Jatim di Ponpes Sabilurrosyad Kota Malang, 28 Juli 2019.
1. Pengurus "Mlaku Bareng"
Pesan pertama yang disampaikan Kiai Marzuki yakni, pengurus Ansor di bawah kepemimpinan Gus Syafiq harus menjaga keutuhan dan kebersamaan.
"(Kalaupun) panjengan sedikit kurang berperan tapi (kalau) bus ini kompak, berjalan, maka tidak morat marit. Daripada sampeyan mlaku kenceng tibake dewekan (berjalan cepat tapi sendirian)," katanya.
"Mending bus rapatek banter tapi mlaku bareng, teko ning Jakarta bareng. Timbang sampeyan mlaku banter teko Jakarta disik, tapi penumpange morat marit (Lebih baik tidak terlalu cepat tapi tiba di tujuan bersama-sama. Daripada tiba duluan tapi pengurus berantakan)," tandasnya.
2. Minimal Terakreditasi B
Pesan kedua, Gus Syafiq diharapkan mampu melakukan mapping cabang, sesuai dengan hasil akreditasi yang dilakukan karteker sebelum Konferwil. Mana cabang yang potensial, sedang, dan masih perlu pendampingan.
"Saya ingin sekali di Jatim itu semua cabang minimal terakreditasi B. Selama lima tahun kepengurusan, upayakan semua cabang Ansor di Jatim, minimal (terakreditasi) B," kata Kiai Marzuki.
"Jangan ada 'korban' seperti Kota Malang. Tapi itu hikmahnya pengeran (Allah Swt), kenapa Kota Malang dipilih menjadi tuan rumah karena enggak punya hak suara. Netral begitu," sambungnya penuh canda.
3. PAC Wajib 100 Persen
JAGA RIJALUL ANSOR: Kiai Marzuki minta Gus Syafiq perkuat Rijalul Ansor di Jatim. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
Selain minimal terakreditasi B, setiap cabang, pinta Kiai Marzuki, tidak bisa tidak semua PAC-nya harus 100 persen. Tidak boleh cabang manapun, entah di Pulau Jawa, Madura atau yang daerahnya jauh seperti Masalembu, Kangean, Bawean, tanpa anak cabang.
"Atas alasan apapun jangan ada cabang yang PAC-nya kurang satu atau kurang dua. Semua cabang harus punya PAC. Perkara tidak semua PAC tidak punya ranting, kadang memang ada problem, tapi minimal satu PAC 80 persen lebih rantingnya harus hidup," papar Kiai Marzuki.
4. Perkuat Rijalul Ansor
Setelah rantingisasi, Ancabisasi maupun Ansorisasi se-Jatim, maka Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor harus (terbentuk secara) menyeluruh. Jika NU dan Ansor tidak merawat amaliyah,
Kiai Marzuki khawatir tradisi orang NU seperti simtudduror, burdahan, tahlilal, ratiban bisa dikelola dan dikendalikan kelompok lain. Lalu yang diundang, penceramahnya juga kelompok lain, maka lama-lama mereka yang mengamalkan amaliyah NU, tapi fikrohnya berubah karena diceramahi kelompok lain.
"Nah, untuk mencegah agar orang NU tidak dicuri, enggak dirampok, digerogoti oleh orang yg menagatasnamakan Ahlussunnah wal Jamaah tapi mencuri jamaah NU, mohon Rijalul Ansor se-Jatim benar-benar hidup," ucapnya.
Kalau satu ranting bisa update 50 orang saja dengan asumsi satu kecamatan ada 10 ranting, maka dalam tiga bulan sekali satu kecamatan bisa kumpul 500 orang. Dari satu kecamatan bisa 500 orang, kalau se-kabupaten ada yang 20 kecamatan atau lebih, bisa kumpul sekitar 10 ribu orang shalawatan, dzikir dan baca kitab bareng.
"Ila hadrotinnya.. Mbah Hasyim Asy'ari, Mbah Wahab, Mbah Bisri (para pendiri NU) pakai bendera Ansor. Mereka melakukan amaliyah NU pakai bendera NU, yang ceramah NU, pulang tetap NU. Ini saya mohon Rijalul Ansor benar-benar dihidupkan," ujarnya.
5. Jembatan Para Gus
NAHKODAI ANSOR JATIM: Gus Syafiq, tanggung jawab besar nahkodai Ansor Jatim. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS NAHKODAI
Kiai Marzuki juga ingin dari Rijalul Aansor, para gus-gus pesantren ketika sudah umur 40 lebih bisa masuk kepengurusan NU di semua tingkatan. Entah itu PCNU, PWNU maupun PBNU.
"Sebab kita merasakan betul, sangat beda pengurus NU yang dari kaderisasi dan pengurus NU yang tahu-tahu masuk gitu aja, naturalisasi," katanya.
Kalau kaderisasi di Ansor berjalan baik, lanjut Kiai Marzuki, maka kepengurusan NU di semua tingkatan akan menerima 'darah segar' yang siap memutar organisasi.
"Sekali lagi Mas Syafiq, Rijalul Ansor dihidupkan, teruskan," katanya.
6. Peletonisasi Banser
Kiai Marzuki juga berpesan agar ada peletonisasi Banser dengan mengupayakan setiap ranting ada satu peleton.
"Kalaupun itu semua butuh biaya dan sebagainya, mangkeh matur teng (nanti bilang) Bu Nyai Khofifah (Gubernur Jatim yang juga Ketum PP Muslimat NU)," canda Kiai Marzuki yang disambut senyum Khofifah.
Satu yang pasti, kata Kiai Marzuki, negara -- termasuk Pemprov Jatim -- punya kewajiban untuk mendorong dan memperkuat organisasi yang full "NKRI harga mati".
7. Bandung Radikalisme
Gus Syafik dan kepengurusannya punya kewajiban untuk membendung radikalisme. Lebih maksimal lagi kalau ada support dana, maka bisa mengawasi masjid-masjid di bawah naungan Pemprov Jatim dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah)-nya.
"Pastikan takmirnya anak Ansor semua. Pastikan yang mengatur khatibnya, bagian peribadatan anak Ansor semua," tegasnya.
8. Sinergi dengan Pemprov
Tak sebatas menjaga hubungan dengan Khofifah yang notabene KBNU (Keluarga besar NU), Kiai Marzuki juga menyarankan Ansor menjalin sinergi dengan Pemprov Jatim, terutama untuk mendapatkan beasiswa S2.
"Kalau itu memungkinkan, 10 tahun dari sekarang akan ada ribuan kader Ansor yang doktor di berbagai bidang. Maka saat kita semua tua dan menghadapi mati, matilah dengan tenang. Enggak khawatir tentang Ansor Jatim, NU Jatim dan Pemprov Jatim, asal itu kita lakukan," ujarnya.
Tapi kalau mencari beasiswa S2 sendiri, terkadang yang memberi kelompok yang berideologi lain. "Tidak satu dua, sudah banyak. Dulu bersama kita di Ansor, sekarang mesti berhadap-hadapan dengan kita," ungkapnya.
9. Kualitas Kader
Terakhir, Kiai Marzuki meminta Gus Syafiq meningkatkan kualitas kader Ansor, baik dari sisi organisasi atau hal lainnya.
"Syukur-syukur sampai hubungan internasional, karena sudah ada tujuh PCI (Pimpinan Cabang Istimewa/cabang luar negeri) Ansor," katanya.
"Nanti, semakin banyak cabang luar negeri, Banser, Ansor yang ada di sini dituntut bisa berbahasa Arab, bahasa Inggris dan lain-lain," sambungnya.
Karena itu, kata Kiai Arzuki, perlu terus ada peningkatan kualitas kader. "Moga-moga di bawah (kepemimpinan) Gus Syafiq, Ansor, Banser dan Rijalul Ansor di Jatim benar-benar di atas (pimpinan wilayah) yang lain," tuntasnya.{*}
» Baca Berita Terkait Ansor Jatim, PWNU Jatim