Ada Arum Sabil di Balik Kemenangan Jokowi di Jatim
Bisa dimengerti, kalau ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) yang juga pengusaha sukses itu menjadi sosok penting di balik kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Jatim.
Sebab, dalam operasi senyapnya, Arum Sabil begitu masif menggerakkan banyak mesin elemen pemenangan. Mulai Sedulur Jokowi, berbagai elemen yang tergabung dalam Relawan 889, hingga habis-habisan bergerak bersama Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) baik di dalam maupun luar negeri.
Namun di balik perannya yang besar, Arum Sabil tetap membumi. Menyebut dirinya hanya partikel kecil dari kemenangan Jokowi-Ma'ruf. Padahal di luar menggerakkan kekuatan silent majority, dia sudah menjadi bagian dari tim transisi di periode pertama Jokowi, serta berandil besar atas kemenangan Khofifah-Emil Dardak di Pilgub Jatim 2018.
Dalam banyak kesempatan, Arum Sabil juga enggan dimintai komentar soal kiprah besarnya tersebut. Namun pekan lalu, Barometerjatim.com berkesempatan mewawancarainya secara khusus di sela aktivitas jogging dilanjut sarapan di kediamannya nan asri di Pagesangan Baru, Surabaya. Berikut kutipannya:
Anda dikenal berteman dengan berbagai kalangan, mulai dari petani hingga presiden. Bagaimana anda menjaga hubungan itu semua?
Saya ini bukan seorang politisi. Saya juga bukan orang yang bekerja yang ada kaitannya dengan pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat. Saya memang terlahir dari keluarga sederhana dari desa, dan kehidupan kami sehari-hari ya memang tidak jauh-jauh dari urusan pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Tentunya saya juga paling senang membangun silaturahim dengan siapapun. Siapapun yang saya kenal, di situ saya jadikan guru. Entah itu orang lain menganggapnya baik maupun kurang baik, semua saya jadikan cermin kehidupan.
Bagi saya, kalau ada orang yang baik, saya teladani dari kebaikan-kebaikan dalam perjalanan hidupnya. Tapi kalau saya melihat ada orang yang banyak dimusuhi, tidak disukai karena akhlak, karakter dan sebagainya, saya tidak memusuhinya. Tapi itu saya jadikan cermin kehidupan, agar saya tidak berprilaku seperti yang saya lihat.
Jadi semua yang saya lihat, yang saya temui, saya jadikan energi positif dalam perjalanan hidup. Tentunya saya berteman bukan hanya dengan orang-orang dari kalangan atas, semuanya saya jadikan teman.
Mulai teman-teman dari buruh tani yang membantu saya, termasuk bagaimana mereka yang bekerja di kandang peternakan saya, di ladang perkebunan saya, sampai saya juga mengenal beberapa presiden dari beberapa periode.
Saya mengenalnya, saya mencoba bangun komunikasi dan silaturahim itu, ya tentunya untuk pelajaran dalam hidup. Saya menyadari setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya.
Itu yang membuat anda bisa diterima di kalangan manapun?
Saya belajar dari orang-orang yang memiliki masa. Masa kejayaan, masa kehormatan yang dimiliki, masa hidupnya, maupun dengan masa-masa kelamnya. Dan saya melihat dari masa yang dimiliki itu tidak ada yang abadi, kadang-kadang mereka juga mengalami pasang surut kehidupan.
Itu juga jadi cermin kehidupan agar saya bisa berhati-hati, sebisa mungkin saya bisa menitipkan diri. Ya menitipkan kepada diri, keluarga, dan semua yang saya kenal di situ.
Saya berusaha, jangan sampai menempatkan diri sebagai kompetitor bagi siapapun. Tapi saya ingin membangun sinergi, kebersamaan, kekuatan silaturahim dan pertemanan tanpa melihat kasta, pangkat, jabatan, dan harta.
Yang saya cari setiap hari itu adalah teman untuk berolahraga, berpikir positif, dan makan bersama. Paling banyak itu yang saya cari untuk diskusi bersama, tanpa melihat yang saya sebutkan tadi (kasta, pangkat, jabatan, dan harta, red).
Arum Sabil mendampingi Menteri BUMN, Rini Soemarno yang sudah dianggapnya kakak kandung. | Foto: Ist
Sudah seperti saudara, bahkan sudah saya anggap seperti kakak kandung sendiri. Beliau sangat baik, banyak yang saya teladani dalam hidupnya, dan saya dengar apa yang beliau sampaikan.
Saya bisa mengenal beberapa presiden karena beliau. Saya kenal baik sama Ibu Megawati karena Ibu Rini, saya kenal baik sama Pak Jokowi karena Bu Rini, saya kenal baik sama Pak Prabowo juga dari Bu Rini.
Itu yang membuat anda mendukung Jokowi sejak Pilpres 2014?
Bu Rini begitu setia kepada Presiden Jokowi. Tahun 2014, saya memang diminta Bu Rini untuk all-out bersama-sama mendukung Pak Jokowi, walaupun sebelumnya mulai zaman Mega-Hasyim (Pilpres 2004) saya pun diminta all-out membantunya.
Saya menjadi bagian dari bagaimana untuk membangun, mensinergikan kekuatan-kekuatan yang tercerai-berai di zaman Mega-Hasyim.
Setelah itu zaman Megapro, Megawati-Prabowo (Pilpres 2009), saya juga menjadi bagian itu. Saya diperkenalkan sama Pak Prabowo. Bahkan saat zaman Megapro itu, saya juga diminta untuk menjadi salah satu pengurus di DPP HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia).
Jadi kenalnya juga dari perjalanan itu. Tapi siapa sangka dari perjalanan politik itu, tiba-tiba yang dulunya bersama-sama, sekarang malah berhadap-hadapan menjadi lawan politik. Yang dulu silaturahim begitu dekat menjadi renggang. Semua itu saya jadikan pelajaran dalam hidup saya.
Di Pilpres 2014 anda mendukung Jokowi apa karena faktor Rini Soemarno?
Bu Rini all-out mendukung Pak Jokowi, karena memang Bu Rini ada kedekatan sama Bu Mega. Tahun 2014 kami all-out, ya tentunya kami memiliki gerakan dengan komunitas petani, peternak, dan pekebun. Begitu juga dengan Relawan 889, sebuah gerakan silent majority.
Mengapa diberi nama Relawan 889, ada maksud tertentu di balik tiga angka itu?
Angka terbaik itu berapa sih yang kita tahu? Banyak orang mengatakan angka keberuntungan itu 8, karena tidak pernah terputus. Terus angka tertinggi itu adalah 9. Tentunya orang kan selalu ingin mendapatkan sesuatu yang terbaik, nilai yang terbaik, posisi yang terbaik.
Terbaik bukan hanya dari sisi persoalan-persoalan pangkat jabatan, materi, bukan. Terbaik itu juga dari masalah kualitas hidup. Tentunya orang ingin hidup yang khusnul khotimah, dan kalau diangkakan itu ya 8 dan 9.
Bukan simbol-simbol khusus ya?
Ya memang ada simbol khusus yang tidak mungkin saya sampaikan, karena ini gerakan silent majority. Tapi kalau diterjemahkan maknanya ya itu. Relawan 889 sudah bergerak pada 2014, bahkan sebelum dilantik pun Pak Jokowi datang ke tempat kami.
Arum Sabil bersama Anang dan Ashanty di Posko Relawan 889 di Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/roy hs
Anda juga masuk tim transisi Jokowi-Jusuf Kalla, bagaimana ceritanya?
Di saat Pak Jokowi menang dan sebagai presiden terpilih, Bu Rini ditunjuk sebagai ketua tim transisi, dan saya salah satu anggota tim transisi. Kami juga ikut bagaimana merumuskan kebijakan pemerintahan Jokowi pada periode yang pertama. Kami ada di dalamnya, di Jalan Situbondo, Jakarta.
Setelah hampir satu periode memimpin, apa catatan ada tentang Jokowi?
Kita menyadari Pak Jokowi mengalami proses adaptasi yang tidak mudah ketika menjadi presiden di periode pertama. Proses adaptasi yang tidak semua orang memahami.
Tentu dari janji-janji Pak Jokowi, banyak orang mengharapkan segera terealisasi. Satu demi satu janji Pak Jokowi telah dipenuhi janjinya, tapi tentu Pak Jokowi tidak bisa menyenangkan semua pihak.
Karena apa? Proses adaptasi. Pak Jokowi menjadi presiden tentu tidak bisa tiba-tiba mencalonkan sebagai presiden, karena secara undang-undang harus diusung partai politik. Agar bisa diusung partai politik, tentu ada ikhtiar yang sangat luar biasa.
Setelah Pak Jokowi terpilih menjadi presiden, partai-partai politik yang mengusungnya harus dirawat dengan bijak. Kadang ada partai yang genit, ada partai yang tidak sabaran, ada pula partai yang membuat posisi tawar tersendiri dan seterusnya.
Ini tidak bisa dihindari. Bukan berarti Pak Jokowi itu orang yang didekte partai, bukan. Tapi Pak Jokowi benar-benar bagaimana menempatkan diri sebijak mungkin, seadil mungkin, untuk menjaga agar pemerintahannya tidak mengalami gangguan politik.
Dari janji Jokowi yang sudah dipenuhi, apa yang anda lihat paling monumental?
Saat proses adaptasi bisa dilalui dengan baik, walaupun belum sempurna, apa yang direncanakan Pak Jokowi mulai diimplementasikan. Salah satunya infrastruktur transportasi.
Infrastruktur transportasi itu kan sebuah peradaban. Peradaban sebuah kehidupan, peradaban terhadapan perkembangan dari sebuah ekonomi.
Tapi ada yang memandang infrastruktur jalan tol tidak menguntungkan rakyat kecil?
Itu kalau orang menerjemahkannya secara sepotong-sepotong. Orang yang memang sengaja memandang sebelah mata dampak multiplier effect positif dari adanya jalan tol.
Kenapa saya katakan jalan tol adalah sebuah peradaban? Karena terjadinya connecting antara pusat-pusat kota provinsi dengan kabupaten, sehingga di situ bisa dilalui dengan cepat. Itu akan membuat semangat para investor yang memiliki modal, untuk berinvestasi di kabupaten-kabupaten tersebut.
Kalau ada investasi, ada industri, ada usaha dikembangkan oleh para investor untuk berinvestasi di kabupaten-kabupaten yang sudah merasa dekat dari pusat ibu kota. Tentunya ini akan membuat roda ekonomi masyarakat perdesaan berkembang.
Di situ tentunya penyerapan tenaga kerja juga akan tumbuh, bahkan termasuk hasil-hasil bumi, hasil-hasil kerajinan rakyat, hasil-hasil UMKM, di situ juga akan menjadi menggeliat dan akan tumbuh daya beli masyarakat.
Nah, kalau daya beli masyarakat di perdesaan kian muncul, ini sebuah peradaban. Mereka akan berpikir tentang kesehatan, pendidikan, sehingga kalau masyarakat sudah cukup ekonominya, kesehatan, pendidikan dan perutnya tidak lapar, saya pikir masyarakat akan lebih maju, lebih beradab, akan lebih mengerti tentang tanggung jawabnya.
Ini yang telah diukir dan ditorehkan seorang Jokowi. Nah, Arum Sabil sebagai partikel paling kecil, tentunya apa yang menjadi harapan dan mimpi seperti yang saya uraikan tadi itu, benar-benar bisa terwujud untuk bangsa ini.
Anda kan anggota tim transisi, tentunya dapat tawaran jabatan dong..
Ya, setelah Pak Jokowi terpilih menjadi presiden, bahkan saya menjadi bagian dari tim transisi, banyak tawaran waktu itu. Termasuk jabatan-jabatan strategis di pemerintahan.
Tapi mohon maaf. Saya sampaikan kepada Ibu Rini karena beliau ketua tim transisi, saya bukan orang yang memiliki ilmu di bidang politik, di bidang pemerintahan. Berikan kepada orang yang memiliki ilmu di bidangnya, dan yang bisa memagari secara politik terhadap pemerintahan Presiden Jokowi.
Saya tidak pernah ada kerja sama atau ikut proyek apapun, atau dapat bantuan apapun dari pemerintah, bisa dicek. Bantuan apapun dari BUMN atau dari mana, saya hindari.
Arum Sabil (kiri) bergerak bersama JKSN untuk pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin. | Foto: Barometerjatim.com/roy hs
Kami tentu all-out. Sebelum ada Pilpres, kan ada Pilgub Jatim 2018 waktu itu. Kami diminta Bu Rini agar all-out mendukung dan memenangkan Bu Khofifah. Isyarat dari Presiden Jokowi juga begitu kuat dukungannya kepada Ibu Khofifah.
Apalagi saya melihat Bu Khofifah sosok dan figur yang memang tepat memimpin Jatim. Jadi dua srikandi ini adalah orang yang sangat saya kagumi, Ibu Rini Soemarno dan Ibu Khofifah.
Dorongan itu yang membuat anda dan kekuatan silent majority bergerak habis-habisan?
Kami terus bergerak dan membelah diri, karena kunci kemenangan Pak Jokowi di Jatim adalah memenangkan Bu Khofifah di Pilgub. Kami punya gerakan dengan Relawan 889 dan Bu Khofifah tahu itu. Kami gerakkan secara masif.
Nah, Bu Khofifah terpilih menjadi gubernur, tentunya ini adalah gerakan bersama-sama. Di samping calonnya juga punya nilai jual, teman-teman di bawah juga dengan tulus ikhlas dari semua elemen, bergerak masif bersama-sama untuk memenangkan Bu Khofifah dan akhirnya menang tebal (53,55 persen suara).
Bagaimana dengan Pilpres 2019?
Tentunya kita bersama-sama. Kita buktikan bahwa kemenangan Bu Khofifah sebagai gubernur Jatim yang diusung oleh rakyat, itu juga sebagai indikator kemenangan Jokowi di Jatim.
Bu Rini kembali mengingatkan saya, agar bagaimana Jatim itu harus menjadi tolok ukur kemenangan nasional. Kami terus bergerak, hampir setiap hari kami ditelepon, ditanya perkembangannya.
Selain dengan relawan Sedulur Jokowi, Relawan 889, kami bersama Bu Khofifah, gubernur Jatim terpilih waktu itu terus bergerak masif bersama JKSN, kebetulan saya menjadi wakil ketua.
Bu Khofifah tidak pernah lelah bersama-sama dengan kami. Bergerak dari desa ke desa, dari kota ke kota, dari provinsi ke provinsi, antarpulau sampai ke luar negeri. Kami terus bergerak, dan alhamdulillah Pak Jokowi menang di Jatim, bahkan menjadi kunci kemenangan Jokowi secara nasional.
Bayangkan kalau Jatim ini ambruk. Ini juga berbahaya terhadap Bapak Jokowi, jadi kemenangan di Jatim ini adalah kunci.
Kalau dipilah, siapa yang paling masif bergerak dan menjadi mesin utama dalam memenangkan Jokowi di Jatim?
Ini adalah gerakan rakyat bersama-sama. Di dalamnya ada siapa? Semua elemen bersama-sama. Termasuk salah satunya ada Arum Sabil, Bu Khofifah, para ulama, petani, buruh tani, dan semua elemen masyarakat yang turut bergerak secara masif.
Kini Khofifah gubernur, dan Jokowi kemungkinan besar presiden untuk kali kedua. Apa harapan anda?
Tenaga, pikiran, waktu, dan biaya memang kami curahkan semua. Tapi kami tidak berhitung untung rugi, saya tidak berharap itu. Kami buktikan tidak meminta jabatan apapun, bahkan bisa dicatat kami akan hindari jangan sampai bermain dalam proyek daerah, provinsi, maupun pusat. Kami hindari itu.
Biarlah kami istiqomah bekerja berwiraswasta dari sektor pertanian dan peternakan. Kami akan mensyukuri hidup ini, tapi yang kami harapkan kepada gubernur Jatim dan presiden terpilih nanti agar dalam mengeluarkan kebijakan, berilah kebijakan yang adil, bijak untuk para petani peternak dan pekebun, bukan hanya di Jatim tapi di seluruh Nusantara.
Lewat kebijakan yang adil, mereka yang bergerak di bidang agribisnis ini akan benar-benar memiliki nilai ekonomi yang bisa memberikan masa depan terhadap kehidupannya.
Para petani, peternak dan pekebun juga ingin mengantarkan, menyekolahkan anak-anaknya agar memiliki kualitas hidup. Ingat, negeri ini bisa kuat, bangkit, berdaulat, berwibawa, apabila sumber pangan bisa didapatkan dari hasil bumi yang kita pijak di negeri tercinta ini yaitu para petani.{*}
» Baca Berita Terkait Jokowi, Pilpres 2019