Gus Hans: Paksakan New Normal Itu Selebrasi Kepagian

GUS HANS: Corona masih tinggi, new normal yang dipaksakan itu selebrasi kepagian. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS
SURABAYA, Barometerjatim.com Pemerhati Kesehatan Masyarakat, Zahrul Azhar Asumta tak sependapat jika pemerintah memaksakan new normal di tengah pandemi Corona yang masih menggurita.
"Belum saatnya new normal. New normal yang dipaksakan itu seperti selebrasi kepagian," kata pria yang akrab disapa Gus Hans tersebut, Minggu (31/5/2020).
"New normal mau tidak mau harus kita lalui, tetapi tidak serta merta tanpa persiapan dan perangkat yang matang," sambungnya.
Terlebih mengubah habit tidak semudah membalik telapak tangan, dan new normal adalah membangun tatanan baru dengan protokol tertentu yang selama ini belum menjadi kebiasaan."Pemerintah harus melakukan tahapan-tahapan sebelum masuk ke new normal, dulu saya sempat mengusulkan PSBP (Pembatasan Sosial Berbasis Protokol)," katanya.
Menurut Gus Hans, PSBP adalah media untuk masa transisi dari PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) menuju new normal, hingga terpenuhinya insfrasturkrur pendukung.
"Dan yang lebih penting lagi, yakni share waktu untuk menyamakan langgam antara pemerintah pusat, daerah dan lintas sektoral agar tidak jalan sendiri seperti selama ini," paparnya."Prinsipnya, siapkan perangkat dan SOP-nya, libatkan tokoh masyarakat hingga level RT/RW karena yang akan kita lakukan ini adalah mengubah budaya, bukan skadar menerapkanĀ aturan semata."
Terlebih, Gus Hans menilai, new normal yang akan ditetapkan sekarang lebih kental pada nuansa Poleksos (politik, ekonomi/bisnis dan sosial) ketimbang masalah yang sebenarnya yakni kesehatan.
Selain itu, harus pula dicermati postur pengalokasian anggaran ratusan triliun rupiah, berapa persen untuk pemulihan ekonomi, maupun untuk program sosialisasi dan penerapan teknis pelaksanaan new normal di lapangan."Serta berapa persen pula untuk sektor pendidikan dan agama, terutama pesantren," tuntas Gus Hans.
Ā» Baca Berita Terkait Wabah Corona, New Normal