Indonesia Lemah dalam Literasi, Prof Ali Maschan Ingatkan Dua Pesan Pendiri NU

barometerjatim.com -
Indonesia Lemah dalam Literasi, Prof Ali Maschan Ingatkan Dua Pesan Pendiri NU

FORUM ILMIAH: FGD PWNU Jatim terkait pendidikan dalam rangkaian peringatan Harlah ke-99 NU. | Foto: Barometerjatim.com/IST SURABAYA, Barometerjatim.com Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Prof KH Ali Maschan Moesa menuturkan Indonesia termasuk negara yang masyarakatnya lemah dari hal literasi. Mengutip survei terakhir Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara berada di urutan 62. Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah," tandasnya dalam Focus Discussion Grup (FGD) Pendidikan yang digelar PWNU Jatim dalam rangkaian peringatan Harlah ke-99 NU, Jumat (11/3/2022).

Padahal sebenarnya, dengan literasi kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan bisa dipahami, sambungnya. Rendahnya tingkat literasi bangsa Indonesia, lanjut Prof Ali Maschan, ditengarai karena selama berpuluh-puluh tahun bangsa Indonesia jauh dari tradisi membaca. Masyarakat kita terus dihakimi sebagai masyarakat yang rendah budaya bacanya, tandas pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya itu. Karena itu, Prof Ali Maschan mengingatkan dua pesan khusus pendiri NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari yang tertuang dalam Qoun Asasi NU, salah satunya yakni ajakan mencintai ilmu dan mengamalkannya untuk kepentingan kejayaan Islam.

"Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan NU agar para ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersatu dalam wadah organisasi. Jadi, menekankan agar ulama bersatu, kata Prof Ali Maschan. Yang kedua, dengan organisasi NU agar  umat Islam hubbul 'ilm (mencintai ilmu). Artinya, ya mengajarkan kita agar terus belajar, membaca, dan mengkaji terus-menerus. Itulah literasi yang dimaksudkan NU," tuturnya. FGD diikuti sejumlah akademisi perwakilan dari lima perguruan tinggi, yakni Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Universitas Islam Malang (Unisma), Universits Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim, dan Universitas Trunojo Madura (UTM) Madura. Hadir pula Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, Rais Syuriah PBNU Prof KH Abdul A'la Basyir, Katib Syuriah PWNU Jatim KH Syafruddein Syarif, dan dipandu  Sekretaris PWNU Jatim Dr Hasan Ubaidillah. Beasiswa Putra-Putri NU Sementara itu Prof KH Abdul A'la Basyir lebih banyak bicara soal beasiswa. Menurutnya, pemberian beasiswa bagi putra-putri NU untuk masuk ke perguruan tinggi menjadi tekad NU dalam membangun masa depan. "Karena ke depan, mereka yang berhasil kita dorong untuk belajar yang lebih tinggi, kelak bisa memanfaatkan dan mengamalkan ilmunya, baik di pesantren maupun di lingkungan pendidikan masing-masing. Tentu saja, akan menopang kekuatan NU di masyarakat," tutur mantan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya itu. Sedangkan Katib Syuriah PWNU Jatim, KH Syafrudin Syarif menyampaikan pesan, belakangan ada fakta di salah satu perguruan tinggi yang sekelompok orang berani mendeklarasikan diri mendukung ide khilafah, yang justru bertentangan dengan keutuhan NKRI yang diperjuangkan NU.

"Fakta itu cukup memprihatinkan kita. Tapi kita tidak boleh berhenti dalam menyemaikan nilai ajaran Ahlussunnah wal Jamaah di kampus-kampus dan perguruan tinggi, agar para mahasiswa dan kalangan akademisinya tetap komitmen mencintai NKRI," tuturnya. Menurut Kiai Safrudin, dengan pemberian beasiswa yang diadakan PWNU Jatim kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi akan memberikan penguatan terhadap nilai-nilai Islam yang diajarkan para pendiri NU untuk mencintai tanah air, mencintai NKRI. » Baca berita terkait PWNU Jatim. Baca juga tulisan terukur lainnya Retna Mahya.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.