Gus Hans: Risma Biasa Marah, Publik Jangan Terkecoh

JANGAN TERKECOH: Gus Hans, jangan terkecoh dengan aksi marah-marah Risma. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HS SURABAYA, Barometerjatim.com Politikus muda Partai Golkar, Zahrul Azhar Asumta meminta publik tak terkecoh dengan aksi marah-marah yang dipertontonkan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma. "Justru aneh kalau Bu Risma tidak marah," katanya kepada Barometerjatim.com, Senin (1/6/2020) malam. Anehnya? "Ya kan sudah biasa marah!" tandas pria yang akrab disapa Gus Hans tersebut. Makanya, lanjut Gus Hans, "Kita tidak perlu terkecoh dengan kemarahan itu. Fokus saja pada nasib nyawa masyarakat, dan silakan kerja on track sesuai bidang masing-masing." Apakah aksi marah-marah Risma tersebut sebatas 'drama'? "Bukan drama, ya memang itu tipikalnya," nilai Gus Hans. "Sehingga orang tidak perlu kaget dan terpengaruh. Fokus saja sesuai dengan pekerjaan masing-masing," sambungnya. Selebihnya, Gus Hans melihat Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim sudah mengutamakan keselamatan nyawa, dan yang diurus bukan hanya Surabaya tapi seluruh Jatim. "Saya kira Gugus Tugas Jatim sudah on the track, dan masyarakat diharapkan tidak terpengaruh dengan kebiasaan tersebut (melihat Risma marah-marah)," ujarnya. Sebelumnya, Risma mengumbar amarahnya di depan publik gara-gara bantuan dua unit mobil PCR (Polymerase Chain Reaction) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diklaimnya untuk Surabaya, dialihkan Pemprov Jatim ke daerah lain. Namun klaimnya tersebut akhirnya diluruskan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Suban Wahyudiono dan Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, dokter Joni Wahyuhadi. Isu Tak Penting, Receh!
BEROPERASI DI SURABAYA: Mobil PCR saat beroperasi melayani warga Surabaya di Gelora Pancasila. | Foto: IST BEROPERASI DI SURABAYA: Mobil PCR saat beroperasi melayani warga Surabaya di Gelora Pancasila. | Foto: IST Melihat jumlah positif Corona di Surabaya yang tertinggi di Jatim, bukankah prioritas mobil PCR tersebut seharusnya di-standby-kan di Surabaya? Menurut Gus Hans, jika melihat jadwal keliling mobil PCR, persentasenya terbanyak tetap di Surabaya. Tapi kabupaten/kota lain juga membutuhkan penanganan, terutama di wilayah yang tak memiliki standar pelayanan Covid-19. "Dan sangat make sense (masuk akal) karena lab itu mestinya digunakan untuk wilayah yang rural, tidak ada rumah sakit yang memenuhi layanan standar itu," katanya. Lab PCR mobile, menurut Gus Hans, peruntukannya memang untuk dua hal. Pertama, karena banyaknya kasus positif. Kedua, disebabkan minim fasilitas yang ada di daerah kasus. Ketika mobil tersebut datang di Tulungagung, maka menggunakan 'pasal' yang kedua karena di sana minim fasilitas dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP)-nya tinggi. Sebaliknya, ketika digunakan di Surabaya karena memang kasus positifnya banyak, walaupun sudah banyak fasilitas PCR yang tidak mobile. Sehingga, menurut Gus Hans, Gugus Tugas Jatim sudah melakukannya secara proporsional. "Jangan kecilkan permasalahan Covid-19 yang sangat besar ini, pada isu-isu yang tak penting yang berkaitan dengan orang per orang," kata politikus yang wakil ketua DPD Partai Golkar Jatim tersebut. "Itu isu-isu receh dan menyakiti hati masyarakat. Fokus saja pada penanganan Covid-19, dan masyarakat jangan terpancing dengan kebiaasan-kebiasaan (aksi marah-marah) tersebut," tuntas Gus Hans. ยป Baca Berita Terkait Wabah Corona, Risma
