Gus Hans: 02 Jangan Kaget 01 Punya Kekuatan Silent Majority


SURABAYA, Barometerjatim.com Paslon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno begitu mencuri perhatian selama massa kampanye. Hampir di setiap kampanyenya selalu dibanjiri massa, bahkan gaungnya tak pernah surut di media sosial.
Tapi apakah hal itu berbanding lurus saat coblosan, Rabu (17/4/2019) besok, dan Paslon yang diusung Partai Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat tersebut memenangi Pilpres 2019?
Tunggu dulu! Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), KH Zahrul Azhar Asad justru khawatir dengan mereka yang terlalu berharap pada Paslon 02 hanya karena melihat jumlah massa saat kampanye konvensional, bisa kecewa melihat hasil perolehan suara.
Sebab, menurut kiai muda yang akrab disapa Gus Hans itu, mereka hanya noisy minority (minoritas yang berisik), sementara dalam masyarakat Indonesia dan adat ketimuran, kekuatan terbesar tetap silent majority (mayoritas yang diam) dan lebih mendukung Paslon 01, Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Nah, mayoritas yang silent itu biasanya dalam rapat-rapat akbar kampanye enggak mau datang, tapi mereka sudah punya pilihan," kata pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Queen Al Azhar Darul Ulum Jombang itu di Surabaya, Selasa (16/4/2019).
Silent majority, lanjutnya, juga tak gampang terpengaruh dan panas ketika calonnya dihina pihak lain. Mereka akan tetap datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya, karena sudah mendapatkan informasi secara terus menurus selama bertahun-tahun.
"Sementara mereka noisy minority kan jumlahnya tak banyak, yang datang ya di lapangan itu. Apakah jumlah pemilih hanya sejumlah yang hadir di lapangan itu, kan tidak," tandasnya.
Karena itu, Gus Hans mengingatkan, jika nanti hasilnya tidak sesuai dengan kondisi saat kampanye, pendukung Paslon 02 jangan kaget. "Budaya silent majority di negeri ini masih sangat kuat," ucapnya.
Manipulasi Politik
Mungkinkah berisik di lapangan saat kampanye, tapi justru sepi dalam perolehan suara? "Bisa jadi seperti itu, karena kadang tak berbanding lurus antara rapat akbar dengan hasil suara," kata Gus Hans yang juga wakil rektor Unipdu (Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum) Jombang.
Lagi pula, terang Gus Hans, tempat rapat akbar biasanya sengaja dicarikan di titik-titik yang menguntungkan mereka, serta suaranya sudah kuat di titik itu. Mereka hanya mengkapitalisasi, seakan-akan inilah gambaran proporsional dari situasi yang ada.
"Ini kan manipulasi politik yang wajar. Khawatirnya bagi pendukung mereka yang selama ini masih belum paham politik, menganggap itu sesuatu yang nyata. Nanti malah muncul kekecewaan saat melihat hasil pada 17 April besok," paparnya.
» Baca Berita Terkait Gus Hans, Pilpres 2019