Emil Minta UMKM dan Industri Besar di Jatim Tak Berebut Pasar: Bisa Terapkan Konsep Sinergi Bagi-bagi Rezeki!

| -
Emil Minta UMKM dan Industri Besar di Jatim Tak Berebut Pasar: Bisa Terapkan Konsep Sinergi Bagi-bagi Rezeki!
SHUTTLECOCK: Salah satu pabrik produksi shuttlecock di Kabupaten Sidoarjo | Foto: Barometerjatim.com/ROY

PASURUAN, Barometer Jatim – Wakil Gubernur (Wagub) Jatim, Emil Elestianto Dardak meminta Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan industri besar tak berebut pasar. Sebaliknya, perlu bersinergi untuk menguatkan nilai produk-produk Jatim.

"Kira bisa menerapkan yang namanya konsep sinergi bagi-bagi rezeki. Jadi bukan memperebutkan pasar antara konglomerat dan bisnis kecil, tapi menyokong bagaimana keduanya bisa saling dulung," ujarnya dalam Talkshow Halal Bihalal Satoria Group di PT Satoria Aneka Industri, Kabupaten Pasuruan, Kamis (25/5/2023).

Wagub yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Jatim itu lantas memaparkan, bagaimana UMKM dan industri besar dapat saling mendukung untuk memberikan nilai tambah pada produk mereka.

Dia mencontohkan adanya backward and forward linkage antara UMKM dan pabrik besar. Misalnya, UMKM dapat menjadi pemasok bagi pabrik besar, yang mana produk ciptaan industri besar dapat memberikan nilai tambah pada UMKM lainnya.

Backward linkage, jelas Emil, merupakan bentuk keterkaitan dengan bahan input untuk proses produksi, sedangkan forward linkage merupakan keterkaitan dengan output hasil produksi.

Di sini, UMKM dapat menjadi pemasok bagi industri besar, mulai dari bahan baku hingga kemasan. Setelahnya, hasil yang telah diolah oleh pabrik-pabrik besar dapat memberikan sokongan sebagai bahan baku bagi UMKM lainnya.

"Backward  dan forward linkage antar-UMKM dan pabrik besar ini bisa kita terapkan untuk memberikan nilai tambah pada produksi Jatim. Nah ini juga bisa memperkuat perekonomian kita dan memberikan keuntungan bagi pengusaha besar maupun kecil," katanya.

Emil optimis bahwa konsep ini dapat diterapkan, utamanya dalam industri makanan dan minuman (mamin). Salah satunya karena industri mamin di Jatim nomor dua terbanyak secara nasional, yaitu 746.732 usaha.

"Kita bisa mengaplikasikannya dalam industri mamin. Mamin ini sendiri memang dari dulu primadona, jumlahnya saja sekitar 30% dari total UMKM di Jatim," bebernya.

Misal, kata Emil, adanya produk serat larut air atau soluble fiber yang diciptakan industri besar di Jatim dapat digunakan pada produk-produk makanan dan minuman UMKM guna menambah kandungan kesehatannya.

Bisa juga bagaimana bumbu makanan kemasan yang diciptakan pabrik-pabrik besar, bisa menambah kepraktisan dan nilai bagi produk olahan UMKM.

"Ini upaya fortifikasi untuk produk-produk UMKM di Jatim guna meningkatkan kualitas. Industri besar dan kecil bukan saling mematikan tapi saling mengisi. Masing-masing menciptakan produk yang bisa memberikan additional income bagi satu sama lain, untuk UMKM dan sebaliknya," ujarnya.

"Dengan ini, industri di Jatim dapat menjangkau potensi market yang belum dijangkau pemain lain," sambung suami Arumi Bachsin tersebut..

Bahas Added Value

Tak hanya soal nilai tambah bagi barang jadi UMKM, Emil juga membahas added value bagi komoditas panganan utama yang ditanam petani Jatim.

Emil berpendapat, adanya pilihan komoditas lain sebagai makanan utama pengganti beras dapat menghasilkan olahan yang bernilai lebih, seperti sorgum dan porang.

"Perlu adanya konsensus di tingkat nasional untuk mencari komoditas lain selain padi dengan added value yang menunjang kedaulatan pangan," paparnya.

Hal ini, lanjut Emil, bukan hanya mendatangkan ketahanan pangan tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.

"Ketahanan pangan di Jatim ini berhubungan dengan kesejahteraan petani. Hal ini baru bisa tercapai apabila petani kita sejahtera. Jumlah pekerja terbesar di Jatim ada di sektor pertanian primer, sebanyak 30% tapi sumbangan perkeonomiannya cuma 10%," katanya.

"Lantas ketahanan pangan hanya bisa sustainable kalau petaninya sejahtera. Karena itu, kita harus mencari komoditas lain yang juga mendatangkan keuntungan bagi petani, bukan hanya maianan pokok yang bisa dikonsumsi," tambah Emil.

Emil menambahkan, bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Pemprov Jatim bersedia menjembatani kesepakatan antara pengusaha, hak-hal tenaga kerja, dan stakeholder terkait.

"Kita juga mengatur aturan ketenagakerjaan. Berdialog agar kita juga bisa memperhatikan kesinambungan. Kami siap menjembatani dengan kementerian terkait, apabila ada yang perlu disoroti perihal peraturan ketenagakerjaan. Kita tahu Jatim selalu membangun harmoni agar ada kesinamungan," jelasnya.

"Inilah yang didorong oleh pemerintahan Ibu Khofifah dan saya, untuk mendukung aspirasi para pengusaha dan memperdulikan kebutuhan stakeholder," pungkas Emil.{*}

» Baca berita UMKM. Baca tulisan terukur Abdillah HR.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.