Akhirnya! Direktur RS Bunda Waru Sidoarjo Minta Maaf ke Keluarga Pasien dan Janji Perbaiki Layanan
SIDOARJO, Barometer Jatim – Polemik yang terjadi antara pihak Rumah Sakit (RS) Bunda Waru Sidoarjo dan keluarga salah satu pasien berujung damai. Ini setelah Direktur RS Bunda Waru, dr Antok menyampaikan permohonan maaf terkait pelayanan di RS yang dipimpinnya.
Kesepakatan damai tersebut berlangsung di Balai Desa Pranti, Kecamatan Sedati, Sidoarjo dengan dihadiri Kepala Desa Pranti, Eko Purnomo.
"Alhamdulillah setelah melalui beberapa rangkaian proses, hari ini pihak RS Bunda yakni Direktur RS Bunda, dr Antok berkenan tabayyun langsung atau diselesaikan secara kekeluargaan dengan pihak keluarga korban," ujar Eko, Rabu (19/4/2023).
Selama ini, lanjut Eko, persoalan yang terjadi antara pihak RS Bunda Waru dan keluarga korban adalah terjadinya miskomunikasi. Meski demikian, pihaknya selaku kepala desa memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol sosial atas pelayanan RS terhadap warganya.
"Mudah-mudahan di bulan Ramadhan ini kita diberi ampunan dan menjadikan hari kemarin sebuah pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi," harapnya.
- Baca juga:
RS Bunda Waru Diminta Perbaiki Kualitas Mutu Layanan, Dinkes Sidoarjo: INM Masih di Bawah 80%!
Sementara itu Direktur RS Bunda, dr Antok menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban atas pelayanan yang terjadi di RS yag dipimpinnya. Dia juga berjanji akan meningkatkan pelayanan prima untuk masyarakat.
"Kita berjanji akan memperbaiki layanan supaya lebih baik lagi. Alhamdulillah hari ini sudah ada perdamaian dengan pihak keluarga. Saya ucapkan terima kasih juga pada Pak Lurah yang sudah menjadi mediator kami," tegasnya.
Senada disampaikan Sri Utami, perwakilan keluarga Pak Teguh, pasien yang meninggal dunia. Pihaknya merasa lega karena adanya permintaan maaf dari pihak RS. Diharapkan kejadian seperti ini tidak terjadi di kemudian hari.
"Tolong pak ke depan perbaiki layanan RS agar tidak terjadi seperti yang kemarin. Dan yang kedua, bangun komunikasi yang baik dengan keluarga pasien, sehingga pelayanan RS akan semakin baik," ucapya.
Sebelumya terkait polemik ini, Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo sampai menggelar rapat dengar pendapat (hearing) bersama keluarga pasien yang dihadiri pihak Dinas Kesehatan dan Ketua IDI Kabupaten Sidoarjo, dr Nugroho. Sedangkan pPihak RS Bunda Waru yang mangkir rencananya akan dilakukan pemanggilan ulang.
Dalam hearing, Sri Utami mengeluhkan lambannya penanganan RS Bunda hingga diduga menyebabkan ayahnya meninggal dunia. Bahkan, pihak keluarga sampai saat ini masih menunggu klarifikasi dan itikad baik dari pihak RS atas kejadian tersebut.
"Sampai saat ini, pihak RS belum ada klarifikasi terkait itu (lambannya penanganan medis)," ucapnya.
Sri Utami lantas menceritakan, pada Rabu (8/3/2023) sekitar pukul 23.15 WIB dia membawa ayahnya, Teguh (67) ke RS Bunda. Saat itu, ayahnya tiba-tiba mengalami rasa sakit luar biasa di bagian perut dan pinggang belakang usai minum kopi. Menurutnya, ayahnya tidak menyadari jika meminum kopi usai mengonsumsi obat.
"Setelahnya itu ayah merasa mual, muntah, sampai drop. Akhirnya kami larikan ke RS," ungkapnya.
- Baca juga:
Bocah 8 Tahun di Sidoarjo Jadi Korban Kekerasan Ibu Kandung, DPRD: Pemkab Harus Carikan Solusi!
Sesampainya di UGD, Sri Utami yang tengah tergopoh-gopoh dengan kondisi ayahnya menyebut tidak diperkenankan masuk. Alasan pihak RS, pasien harus didaftarkan terlebih dahulu.
Dengan rasa panik, Sri Utami kemudian bergegas menuju ke loket pendaftaran namun saat itu petugas loket sedang istirahat. Dia memaklumi karena sudah larut malam, sedangkan ayahnya tetap di luar (ruang observasi) bersama adik Sri Utami.
Usai dilakukan pendaftaran, Sri Utami diminta untuk menukarkan resep di apotek RS. Setelah mendapat obat kemudian diberikan kepada dr Ulin untuk disuntikkan di bagian tangan kanan pasien.
"Jadi ayah saya itu disuntik di ruang observasi, bukan di dalam ruang UGD. Padahal saya lihat ruangannya kosong. Setelah disuntik, dr Ulin bilang kalau pasien boleh dibawa pulang,” kata Sri Utami.
“Masak kondisi bapak seperti ini disuruh pulang dok? (Dijawab dokter) Iya enggak apa-apa bu sambil rawat jalan. Tapi kalau ibu mau tunggu di sini enggak apa-apa, sambil menunggu pasien agak tenang,” tuturnya.
Selang beberapa menit, sekitar pukul 00.40 WIB, Sri Utami mendapati ayahnya gagal napas. “Saya gerak-gerakin tangannya, saya pegang urat nadinya juga enggak bergerak. Bahkan adik saya memegang pipi ayah juga tak bergerak," jelasnya.
Mendapati kondisi itu, dia pun bergegas memanggil dokter. Dengan tergopoh-gopoh dokter akhirnya membawa pasien masuk ke ruang UGD dan dilakukan pemeriksaan. Namun pasien akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
"Kami menyayangkan, kenapa sejak kami datang kok tidak langsung ditangani dengan baik. Padahal kami sudah menjelaskan, bahwa ayah kami sedang keracunan kopi setelah meminum obat. Tapi sampai di RS tidak diberikan layanan yang baik. Infus pun tidak ada, di cek laboratorium juga tidak ada," katanya.
Kepala Desa Ikut Murka
Kepala Desa Pranti, Eko Purnomo yang juga hadir dalam hearing menambahkan, saat peristiwa terjadi, keluarga pasien menelepon dan menginformasikan ke dirinya jika ayahnya meninggal di RS Bunda.
“Mendapat kabar tersebut, saya langsung ke RS Bunda. Di sana saya bertemu dengan dokter dan menanyakan terkait pasien ini meninggal karena sakit apa? Namun dokter hanya menjawab karena sakit jantung,” tutur Eko.
“Di situ saya marah, karena orang yang meninggal pasti (divonis) sakit jantung. Padahal yang dikeluhkan keluarga proses penanganan awal RS Bunda,” imbuhnya.
Harusnya, kata Eko, pihak rumah sakit itu paham betul apa yang seharusnya dilakukan jika ada pasien darurat dan butuh penanganan cepat.
"Pasiennya tidak di lab ataupun selang infus maupun oksigen agar pasien tenang. Itu yang disayangkan pihak keluarga,” jelasnya.
Bahkan, saat jenazah diantarkan ke rumah duka ada petugas bagian kasir melakukan penagihan sisa uang.
"Kita ini menanyakan tindakan medis terhadap pasien karena tidak ada rekam medis pasien dan hasil labnya, ini kok malah pihak RS Bunda melakukan penagihan sisa uang," geramnya.{*}
» Baca Berita Kesehatan, Baca tulisan terukur Syaikhul Hadi.