Anwar Sadad Tak Percaya Generasi Muda Apolitis: Anak Muda, Welcome to Gerindra!

Reporter : -
Anwar Sadad Tak Percaya Generasi Muda Apolitis: Anak Muda, Welcome to Gerindra!
APRESIASI ANAK MUDA: Anwar Sadad, anak muda tak apolitis justru punya kesadaran politik. | Foto: Barometerjatim.com/IST

SURABAYA, Barometer Jatim – Ketua DPD Partai Gerindra Jatim, Anwar Sadad tidak percaya kalau generasi muda apolitis alias tidak berminat terhadap politik.

“Mereka itu punya kesadaran politik lho,” kata politikus yang juga Wakil Ketua DPRD Jatim tersebut dalam talk show di Surabaya, Kamis (23/2/2023).

Sadad mencontohkan kalau ada bencana alam, anak muda malah dengan mudah mengorganisir dirinya dengan menggunakan platform tertentu, lalu meng-organize teman-temannya untuk menggalang dana.

“Itu politik lho, Itu dasar-dasar politik. Cuma mungkin, mungkin ya, mereka belum menemukan partai politik yang tepat, lha! Karena itu welcome to Gerindra!” katanya diiringi tawa.

Sementara terkait kesadaran berpolitik, Sadad menekanan bahwa partai politik (parpol) punya enam fungsi yang secara konstitusional harus dijalankan, salah satunya yakni pendidikan politik.

“Nah, memberikan kesadaran, awareness kepada pemilih untuk punya perspektif politik yang benar sesuai dengan prinsip nilai-nilai budaya kita, saya kira itu tugas partai politik. Tugas kita, tugas saya lah sebagai ketua partai politik, tugas semuanya,” katanya.

Jadi, tandas Sadad, parpol tidak bisa menyalahkan siapa-siapa karena memang parpol lah yang diberi kewenangan konstitusional untuk melakukan penyadaran politik pada warga.

“Tetapi politik juga tidak perlu baper (terbawa perasaan) gitu, karena kan kalau terus kemudian politik itu isinya orang-orang yang sopan santun semuanya, monggo (mempersilakan), nderekaken (mengiringkan), enggak bagus juga,” katanya.

Terlebih, terang Sadad, sejarah politik Indonesia di masa lalu dipenuhi dengan satire politik, saling mengkritik menggunakan metafora. Dia mencontohkan KH Agus Salim yang pernah disindir tajam dalam satu forum, disamakan dengan kambing karena memiliki janggut yang panjang. Tapi sindiran itu dibalas dengan satire.

Pun Bung Karno yang pernah dikalahkann Sutan Sjahrir dalam satu debat. Saat Bung Karno disebut dipatahkan Bung Kecil, dia mengeluarkan satire kalau dirinya itu rotan yang tidak bisa patah. Hanya melengkung untuk kemudian berbalik memukul lawan.

“Itu kan satire politik, metafora politik, harus ada sebagai dinamika politik. Jangan kemudian dipenuhi dengan kesantunan yang palsu,” katanya.

“Saya kira ada riak-riak dalam politik yang tidak bisa kita klaim sebagai satu kebencian dan tugas kita sebagai parpol untuk menyadarkan, terutama anak-anak muda,” tuntas politikus keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan yang akrab disapa Gus Sadad itu.{*}

» Baca terkait Gerindra Jatim. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.