Tokoh Muda NU: Prabowo Orang Baik yang Salah Pergaulan!
SURABAYA, Barometerjatim.com - Belakangan, kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terlihat rajin membantah kalau Pilpres 2019 menjadi ajang pertarungan Nahdlatul Ulama (NU) dengan non NU. Salah satunya dilontarkan Ketua Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Prabowo-Sandiaga, Soepriyatno.
"Lawan NU itu bukan tentara, lawan NU itu PKI. Pak Prabowo sebagai mantan perwira tinggi TNI, tak mungkin bermusuhan dengan NU," tegasnya, Rabu (17/10/2018).
Penegasan Soepriyatno tersebut, sekaligus membantah pernyataan KH Robbach Masum, sesepuh NU Gresik yang menyebut NU akan dibunuh dengan kekuasaan kalau Joko Widodo-KH Maruf Amin sampai kalah di Pilpres 2019.
Bagi tokoh muda NU yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) KH Zahrul Azhar Asad, baik Joko Widodo (Jokowi) maupun Prabowo, keduanya adalah putra bangsa yang baik.
"Bisa jadi Pak Prabowo tidak sampai mengarah ke sana (membunuh NU dengan kekuasaan), karena saya melihat Pak Prabowo itu orangnya bisa jadi nasionalis," katanya saat berbincang dengan Barometerjatim.com, Senin (29/10/2018).
Hanya saja, kata kiai muda yang akrab disapa Gus Hans itu melihat, sekarang ini Prabowo memang lebih dekat dengan orang-orang yang selama ini pro dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menurutnya tidak membawa nilai-nilai Pancasila.
"Mungkin karena faktor kepentingan tertentu. Yang saya khawatirkan bukan Pak Prabowo-nya, tetapi orang-orang di sekitarnya yang memengaruhi. Mungkin Pak Prabowo orang baik yang salah pergaulan," paparnya.
Karena itu, papar Gus Hans, "Warga NU bisa membayangkan kalau di lingkar kekuasan sampai ada Pak Amien Rais, atau orang-orang yang pro HTI. Confirm saya, banyak sekali di media sosial afiliasi dari mereka yang setuju dengan keberadaan HTI. Kebanyakan ya ada di mereka."
Walaupun NU tidak akan mundur atau tidak berkurang semangat ke-NU-annya kalau bukan Jokowi-Ma'ruf yang terpilih, tapi menurut Gus Hans peran NU pasti akan berkurang. Padahal banyak analisa politik mengatakan, jika bangsa ini ingin awet, maka rawatlah NU yang turut membidani kelahiran NKRI.
Bukan Kelompok 'Kos-kosan'
Gus Hans menambahkan, kalau ada yang bilang warga NU 'berisik' seolah paling NKRI, sah-sah saja karena Nahdliyin memang golongan yang terlibat, minimal keturunan dari orang-orang yang terlibat mendirikan bangsa ini.
"Bukan kelompok atau orang kos-kosan yang tidak ikut memerdekakan, tapi tiba-tiba ikut seakan-akan merasa mendirikan bangsa ini," katanya.
Karena itu, Gus Hans membayangkan kalau kelompok 'kos-kosan' ini berada di dalam kekuasaan, maka yang terjadi adalah radikalisme, pemanfaatan isu-isu agama, maupun kapitalisasi tentang nilai-nilai agama dalam hal yang sifatnya formalistis.
"Kalau mereka, misalnya, berpikir agama diformalkan, maka itu akan menjadi sesuatu yang sangat mengancam keutuhan NKRI," pungkas pengasuh Ponpes Queen Al Azhar Darul Ulum Jombang tersebut.{*}