PBNU 'Cawe-cawe' di Kongres Muslimat NU, Gus Hans: Mestinya Khofifah Berterima Kasih!
SURABAYA | Barometer Jatim – Kongres ke-18 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya menorehkan sejumlah catatan sejarah. Di antaranya, Khofifah Indar Parawansa akhirnya lengser dari Ketua Umum PP Muslimat NU setelah 24 tahun sejak 2000 memimpin Badan Otonom (Banom) perempuan NU tersebut.
Selain itu, ada 'cawe-cawe' PBNU sehingga terjadi perubahan struktur kepemimpinan yang tajam yakni ada posisi ketua umum di jajaran dewan pembina, sedangkan di pengurus harian hanya ketua tidak ada ketua umum seperti yang selama ini dijabat Khofifah.
Dengan demikian Arifatul Choiri Fauzi atau akrab disapa Arifah Fauzi yang terpilih menakhodai Muslimat NU sebutannya bukan ketua umum, melainkan ketua dan Khofifah bergeser menjadi Ketua Umum Dewan Pembina.
"Ini struktur baru berdasarkan hasil koordinasi beberapa hari terakhir dan pendampingan PBNU. Jadi, ada PBNU yang memang diutus untuk melakukan pendampingan pada proses kongres oleh badan otonom sampai dengan proses pemilihan,” terang Khofifah.
Dia membeber, ada dua orang perwakilan dari PBNU yang diutus untuk memberikan pendampingan selama kongres. Kedua utusan tersebut juga ikut mendampingi proses sidang komisi yang membahas soal Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT).
Lengsernya Khofifah memang cukup mengejutkan, lantaran perempuan yang juga Gubernur Jatim terpilih untuk periode kedua itu sudah di ambang menjadi Ketum Muslimat NU lima periode berturut-turut, setelah Laporan Pertanggungjawaban (LPj) PP Muslimat NU periode 2016-2024 diterima seluruh pimpinan wilayah dan pimpinan cabang se-Indonesia saat pandangan umum.
Mereka juga meminta agar Khofifah kembali menjadi Ketum PP Muslimat NU periode 2025-2030. Dalam sejarah Muslimat NU, Mahmudah Mawardi tercatat sebagai ketua umum terlama selama 29 tahun (1950-1979).
Terkait 'cawe-cawe' PBNU di Kongres ke-18 Muslimat NU, Tokoh Muda NU KH Zahrul Azhar Asumta menilai hal itu bisa jadi kebijakan dari PBNU dalam rangka memberikan 'penyelamatan muka' kepada Khofifah yang mungkin selama ini masih menginginkan posisi Ketum PP Muslimat NU.
“Tetapi dianggap menabrak dari aturan yang ada atau menabrak dari hal yang sewajarnya,” ucap kiai muda pengasuh Pendok Pesantern (Ponpes) Queen Al Azhar Darul Ulum Jombang yang akrab disapa Gus Hans itu, Senin (17/2/2025).
“Mestinya Khofifah berterima kasih kepada PBNU dengan adanya wadah ini (Ketum Dewan Pembina), sehingga dia tidak kehilangan muka di depan publik dan masih tetap bisa ngurusi Muslimat NU dengan mem-back up dari kepemimpinan Mbak Arifah sebagai ketua umum atau sebagai pucuk pimpinan tertinggi di Muslimat NU,” sambungnya.
Gus Hans juga salut terhadap PBNU yang mengirimkan utusannya melakukan pendampingan selama kongres Muslimat NU, yang dipandangnya mengambil jalan tengah tanpa meredahkan siapa pun.{*}
| Baca berita Muslimat NU. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur