Kelakar Gus Hans: Bu Risma Bagian Marah-marah, Saya yang Ramah-ramah!

SURABAYA | Barometer Jatim – Cagub-Cawagub Jatim nomor urut 3, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans makin gencar turun ke masyarakat untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas dari petahana, Khofifah-Emil Dardak.
“Untuk mengejar ketertinggal itu, proses yang selama ini saya lakukan setiap hari saya jalan sekitar 9 sampai 11 titik beda-beda kabupaten. Bu Risma sendiri, saya juga sendiri,” katanya saat menghadiri acara konsolidasi relawan Risma-Gus Hans yang digelar komunitas Pejuang Perubahan Indonesia di Jemursari, Surabaya, Sabtu (26/10/2024).
Hal itu dilakukan, lanjut Gus Hans, bagian dari komitmen dan respeknya kepada partai maupun elemen masyarakat yang telah memberinya amanah untuk maju di Pilgub Jatim.
“Jadi suara kita sekarang, alhamdulillah. Sebelum mendaftar, Bu Risma itu 13 persen. Begitu kita mendaftar, selisih 5 hari sudah menjadi 22 persen dan sekarang alhamdulillah tadi malam sudah 33,5 persen,” bebernya.
“Kalau ini ketambahan lagi dengan tokoh-tokoh perubahan dengan semangat yang menggelora, saya yakin akan melesat lebih cepat lagi. Makanya saya sempat-sempatkan datang ke sini, karena saya yakin penjenengan (anda) kerja dengan hati nurani,” sambungnya.
Perubahan Bisa Terjadi
Kiai muda pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum Jombang itu juga yakin, perubahan di Jatim bisa terjadi kalau gubernurnya Risma yang selama ini terbukti tegas, baik saat memimpin Kota Surabaya selama dua periode maupun ketika menjadi Menteri Sosial (Mensos).
“Saya melihat sosok Bu Risma yang tegas. Jadi saya bagi-bagi tugas, Bu Risma yang bagian marah-marah, saya yang bagian ramah-ramah,” kelakarnya yang disambut gergeran hadirin.
Menurut Gus Hans, Risma selain memiliki track record yang kuat juga pribadi yang ikhlas, jujur, dan tulus.
“Bu Risma-lah yang membubarkan lokalisasi terbesar di dunia. Makanya saya ke mana-mana selalu minta maaf kepada para pelanggaan Dolly,” candanya.
Pembubaran Dolly, ucap Gus Hans, adalah cermin ketegasan Risma dan menunjukkan dia seorang politisi, pemimpin, sekaligus negarawan yang tidak berpikir elektoral.
“Kalau Bu Risma menggunakan politik elektoral, maka saya yakin beliau tidak mau membubarkan lokalisasi. Beliau tidak berpikir elektoral, tapi berpikir benar dan salah,” katanya.
Ketika membubarkan Dolly, ujar Gus Hans, Risma juga sangat konsekuen. Tidak asal membubarakan, tapi para penghuninya terlebih dahulu diberi pelatihan berwirausaha.
“Itu yang membuat saya yakin Bu Risma pasti akan mampu menghabisi para pelaku pungli di sekolahan yang selama ini katanya sekolah gratis tetapi ada uang sekolah, uang seragam, uang komite, uang suka rela, maupun uang suka paksa,” sindirnya.{*}
| Baca berita Pilgub Jatim. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur