Refleksi HAN dan Pergeseran Permainan Tradisional

Reporter : barometerjatim.com -
Refleksi HAN dan Pergeseran Permainan Tradisional

Foto: Barometerjatim.com/DOK

HARI Anak Nasional (HAN) diperingati setiap 23 Juli sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984.

Satu refleksi yang patut kita cermati pada peringatan HAN tahun ini: Banyak permainan tradisional yang sudah tidak dikenal lagi oleh banyak anak di Indonesia. Padahal permainan ini memiliki banyak manfaat untuk anak-anak.

Selain dapat melatih fisik dan mental,  permainan tradisional juga bermanfaat untuk melatih kreativitas, ketangkasan dan kecerdasan terutama sosialisasi. Seiring berkembangnya teknologi banyak anak yang kurang bersosialisasi dengan teman-teman sekitar atau dengan lingkungannya.

Permainan tradisional yang biasanya dimainkan oleh lebih dari satu orang jelas akan mengasah kemampuan anak untuk bersosialisasi, berkerja secara kelompok, serta menumbuhkan rasa saling percaya. Kejujuran, keadilan serta kesabaran juga menjadi manfaat karena harus selalu dipatuhi dalam etiap permainan tradisional.

Baca: Eksotisme Mural Dinding Rumah bersama Senja

Beberapa permainan tradisional yang tenar sampai dengan era 90-an adalah gobak sodor, sundamanda, dakon, cublak-cublak suweng, kelereng, egrang, jamuran, plek-plek ketemu, sepak tekong, benthik dan masih banyak lagi.

Permainan tradisional ini melibatkan banyak anak, sehingga dari sisi sosial tentunya permainan ini sangat baik sebagai wahana untuk saling berinteraksi anak anak.

Dari sisi kreatifitas, jelas permainan tradiaional memiliki kreatifitas tinggi karena produk kreasi dari anak-anak. Mereka membuat dan menyiapkan permainan ini sendiri, misalkan permainan gobag sodor anak harus menyiapkan tempat dan membuat garis buat petak petak dengan ukuran 9 x 3 m.

Dalam permainan dakon misalnya, anak-anak harus menyiapkan sendiri biji-bijian atau dengan kerikil kecil. Hal inilah yang membedakan antara permainan tradisional dan permainan modern.

***

HAN diperingati setiap tahunnya dengan tujuan menghormati hak-hak anak Indonesia,  sesuai dengan UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Namun ada yang bergeser pada kebiasaan dan karakter anak dewasa ini akibat kemajuan tekhnologi informasi yang semakin pesat, membuat sebagian besar orang tergagap hingga tidak sempat berpikir panjang apa dampak yang ditimbulkan dalam era digital dewasa ini.

Anak anak kita sangat aktif dengan media sosial dan aneka games layanan dari berbagai operator dunia virtual. Sehingga mereka cenderung individualis dan acuh terhadap lingkungan sekitarnya.

Jika hal ini kita biarkan maka generasi masa depan menjadi generasi yang tidak luwes dalam melakukan komunikasi di dalam lingkungan masyarakat, baik dalam ruang lingkup kecil ataupun masyarakat luas.

Baca: Biro Hukum Pemprov Jatim Tepis Kadis KP Tersangka

Fenomena lain yang terjadi adalah hilangnya atau semakin punahnya permainan tradisional pada anak akibat dari hantaman permainan digital.

Permainan tradisional anak di Indonesia kian hari tinggal menunggu kepunahan. Mainan ini dipaksa kalah oleh persaingan modal dari gempuran industri permainan modern, dengan daya promosinya yang besar-besaran, berhasil merebut hati anak anak.

Tak heran jika kemudian, permainan tradisional anak kian meredup lalu dilupakan dan barangkali menjadi mitos di masa mendatang. Pemerintah disebut-sebut punya andil penting untuk tak hanya membangkitkan, tapi juga melestarikan mainan tradisional yang merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Sementara dari sisi manfaat dari permainan tradisional, sangat baik untuk perkembangan anak karena fisik dan emosi anak terlibat langsung sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhannya.

"Permainan tradisional yang biasanya dimainkan oleh lebih dari satu orang jelas akan mengasah kemampuan anak untuk bersosialisasi, berkerja secara kelompok, serta menumbuhkan rasa saling percaya."

Adapun manfaat dari permainan tradisonal yang dapat mempengaruhi perkembangan anak adalah:

Pertama, mengembangkan kecerdasan intelektual pada anak. Contohnya dalam permainan kelereng, pada permainan kelereng ini melatih otak kiri anak dan melatih anak menggunakan strategi agar dapat mengumpulkan biji-biji kelereng lebih banyak dari lawan.

Kedua, mengembangkan kecerdasan emosi pada anak. Contohnya dalam permainan layang-layang, anak dilatih mulai dari proses pembuatan layang layang dengan kedua sisinya harus seimbang agar bisa terbang. Lalu saat menerbangkannya anak dituntut untuk sabar mencari arah angin yang tepat untuk menerbangkan layang-layang, dan menggerakkan tali dengan gerakan tepat agar tidak putus.

Ketiga, mengembangkan daya kreativitas pada anak. Contohnya pada permainan kuda-kudaan dari pelepah pisang. Permainan ini melatih kreativitas pada anak, mulai anak tersebut mencari bahan untuk membuat kuda juga pedang dari pelepah pidang membayangkan dan merancang kuda terlihat lebih menarik.

Baca: Tak Punya NIK, 1.400 Penghuni Liponsos Ditolak BPJS

Keempat, meningkatkan kemampun bersosialisasi. Contohnya pada permainan gobak sodor, permainan yang bersifat kelompok ini memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi. Selain kebersamaan, anak diajarkan untuk mentaati peraturan, bergiliran dan juga solidaritas dalam bemain.

Jika kita kasus bullying yang marak akhir akhir ini adalah wujud dari gagalnya penanaman solidaritas dan toleransi dari anak anak kita, sehingga muncullah budaya membully sesama teman.

Kelima, melatih kemampuan motorik. Contohnya pada permainan sunda manda, ketika anak meloncat dengan satu kaki dan anak berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya dan loncatan yang dilakukan itu baik untuk metabolisme tubuh anak.

***

Itulah beragam manfaat permainan tradisional yang bagus untuk perkembangan anak. Meskipun sudah berkurang sarana maupun prasarana untuk bermain, kita sebagai generasi muda yang pernah  mengalami masa kecil dan pernah memainkan permainan tradisional tersebut, memiliki kewajiban untuk meneruskan warisan budaya ini kepada generasi selanjutnya.

Dengan begitu anak-anak di masa yang akan datang dapat merasakan bermain permainan tradisional dan tumbuh menjadi anak yang cerdas dalam menjalani kehidupannya ketika dewasa.

Mari kita lestarikan permainan anak dan melindungi generasi kita dalam gempuran tehnologi digital. Mewujudkan generasi yang arif dan peduli terhadap kekayaan budaya kita adalah wujud dari kepedulian kita dalam mewujudkan lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara yang ramah terhadap anak. Selamat Hari Anak Nasional.

* Penulis: Retnoningsih MM Pd, Sekretaris PC Muslimat NU Gunungkidul, DIY

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.