Stikosa-AWS Kupas Kecerdasan Buatan: Manfaatnya Tanpa Batas tapi Bikin Cemas!

Reporter : -
Stikosa-AWS Kupas Kecerdasan Buatan: Manfaatnya Tanpa Batas tapi Bikin Cemas!
KECERDASAN BUATAN: Stikosa-AWS gelar kuliah umum mengupas artificial antelligence. | Foto: Barometerjatim.com/IST

SURABAYA, Barometer Jatim – Kehadiran AI (Artificial Intelligence) alias kecerdasan buatan dibedah Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) lewat kuliah umum bertajuk Menjadi Jurnalis Andal di Media Digital, Jumat (31/3/2023).

Hendro D Laksono, IT (Information Technology) salah satu media lokal di Jatim yang menjadi narasumber menyampaikan beberapa poin AI yang muncul di industri media.

"Suka tidak suka, mau tidak mau, kita akan bilang selamat datang artificial intelligence," kata alumnus Stikosa-AWS angkatan 1992 itu.

Dijelaskan Hendro, AI produk teknologi berfokus pada pengembangan sistem komputer yang dapat melakukan tugas-tugas dengan membutuhkan kecerdasan manusia seperti pemrosesan bahasa alami, pengenalan gambar, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

Teknologi AI, tandasnya, mencakup berbagai teknik dan metode seperti machine learning, neural networks, natural language processing, computer vision, robotics, dan lainnya.

"Tujuan utama dari AI adalah untuk menciptakan mesin atau program yang dapat memperbaiki diri sendiri, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan situasi yang berubah-ubah, serta dapat melakukan tugas-tugas yang kompleks dengan efisien dan akurat," terangnya.

Saat ini, lanjut Hendro, memiliki berbagai aplikasi yang luas dan terus berkembang, termasuk di bidang bisnis, kesehatan, keamanan, otomotif, manufaktur, dan sebagainya.

"Namun perkembangan teknologi AI juga menimbulkan beberapa kekhawatiran terkait privasi, keamanan, dan dampaknya pada pekerjaan manusia," imbuhnya.

Belajar dari Kasus OpenAI  

Hendro lantas menceritakan, di luar negeri sebuah grup yang fokus pada etika teknologi bahkan terang-terangan meminta Komisi Perdagangan Federal untuk menyelidiki OpenAI karena melanggar aturan perlindungan konsumen. Alasannya, peluncuran alat pembuat teks AI organisasi telah 'bias, menipu, dan berisiko terhadap keselamatan publik'.

OpenAI sendiri dikenal sebagai organisasi nirlaba yang didirikan pada 2015 oleh sekelompok tokoh terkemuka di dunia teknologi, antara lain Elon Musk, Sam Altman, Greg Brockman, dan beberapa lainnya. Tujuan utama OpenAI yakni untuk memajukan pengembangan dan penggunaan teknologi AI secara positif dan bertanggung jawab.

Hendro pun menegaskan, AI memang pisau bermata dua. Satu sisi, jika dikelola dan digunakan secara benar sebetulnya bisa banyak membantu. Di antaranya terkait pengelolaan dan suplai data.

"Ancamannya seperti produk teknologi lain, ia akan tumbuh dan berpotensi mengganti keberadaan sumber daya manusia, baik human resources maupun human capital," katanya.

Di depan peserta, Hendro juga mendemonstrasikan video news anchor berbasis AI. Menurutnya, hanya bermodal 300 dolar AS, perusahaan media bisa memiliki banyak profil pembaca berita dengan wajah dan gaya seperti yang diinginkan. Sementara teknologi teks AI bisa digunakan dengan biaya 20 dolar AS.

"Dengan biaya segini, hanya Rp 300 ribu per bulan, kita bisa membuat lebih dari 200 artikel bebas dengan kualitas cukup baik. Dalam pengertian, artikel yang lolos plagiarism checker," tegasnya.

Hendro menambahkan, AI pada dasarnya produk teknologi yang tak sepenuhnya mampu berperilaku seperti manusia. Artinya, ada sisi yang AI tak bisa melakukan dan ini tetap butuh keberadaan manusia.

"Seperti kreativitas, human dan humanity touch, sentuhan sastra, dan lain-lain," pungkasnya.{*}

» Baca berita terkait Kampus. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.